Bukan RA Kartini, Inilah Perempuan Pertama yang Jadi Pahlawan Nasional
Pada tahun 1586, Malahayati memimpin pertempuran melawan Portugis di perairan Teluk Haru, yang terletak dekat Selat Malaka.

Sebelum RA Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan, Kesultanan Aceh telah melahirkan sosok pejuang perempuan yang luar biasa. Laksamana Malahayati merupakan perempuan pertama yang diangkat sebagai pahlawan nasional, berkat kepemimpinannya dalam pertempuran.
Dia memimpin armada laut dan berhadapan langsung dengan pasukan kolonial Belanda dan Portugis. Mengacu pada laman Budaya Indonesia, nama asli Malahayati adalah Keumalahayati, yang lahir pada 1 Januari 1550 di Aceh. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki tradisi kuat dalam dunia kemaritiman.
Ayahnya, Laksamana Mahmud Syah, adalah panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh, sedangkan kakeknya, Laksamana Muhammad Said Syah, merupakan putra Sultan Salahuddin Syah. Latar belakang keluarga yang kuat inilah yang membentuknya menjadi pemimpin perang laut yang dihormati.
Perang Lawan Portugis
Pada tahun 1586, Malahayati memimpin pertempuran melawan Portugis di perairan Teluk Haru, dekat Selat Malaka. Pada saat itu, Kesultanan Aceh berupaya mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari invasi asing.
Kemampuannya dalam merancang strategi perang laut membuatnya dipercaya untuk memimpin pasukan khusus yang dikenal dengan nama Inong Balee, yang terdiri dari para janda pejuang yang suaminya gugur dalam pertempuran. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah keberhasilannya mengalahkan Cornelis de Houtman, seorang pelaut Belanda yang dikenal kejam.
Dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, Malahayati berhasil membunuh de Houtman. Namun, kiprah Malahayati tidak hanya terbatas pada pertempuran fisik, tetapi juga mencakup peran dalam diplomasi.
Pada tahun 1599, ia melakukan perundingan dengan dua utusan Belanda, Paulus van Caerden dan Frederick de Houtman, yang ditahan oleh Kesultanan Aceh. Pemerintah Indonesia kemudian mengakui jasa-jasa Malahayati dengan menganugerahinya gelar pahlawan nasional pada tahun 2017.
Penulis: Ade Yofi Faidzun