Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

BPOM Sebut Peneliti Obat Covid-19 Unair Tak Cantumkan Dampak Pemberian Dosis

BPOM Sebut Peneliti Obat Covid-19 Unair Tak Cantumkan Dampak Pemberian Dosis Kepala BPOM Penny Lukito. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan peneliti obat Covid-19 tidak mencantumkan dampak dari pemberian dosis. Diketahui, obat tersebut merupakan kerjasama dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bersama TNI Angkatan Darat (AD), dan Badan Intelijen Negara (BIN) serta Polri.

Seharusnya, kata Penny, dicantumkan dampak pemberian dosis karena obat tersebut merupakan obat keras yang memungkinkan ada resikonya jika dikaitkan dengan efek, resistensi terhadap antiviral.

"Jadi saya kira kita perlu kita tindaklanjuti lebih jauh lagi jadi kalau aspek said efek. Ada said efek sehingga kita tidak bisa memberikan pada sembarangan orang apalagi orang tidak sakit," ujar dia, Rabu (19/8).

Terlepas dari itu, Penny menyampaikan apresiasi kepada semua pibak terlibat. Ini adalah tentunya upaya bersama untuk menemukan obat untuk menghadapi krisis pandemi covid-19.

"Tugas dari Badan POM tentunya adalah untuk mendampingi, memastikan obat dan vaksin yang diproduksi izinkan diedarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat adalah obat dan vaksin yang aman bermutu dan berikan efek, memberikan khasiat," jelasnya.

Efek Samping bukan Faktor Utama BPOM Tolak Obat

Padahal, Penny menjabarkan efek samping suatu obat bukan satu-satunya alasan penolakan dari BPOM. Ia mencontohkan efek samping yang ada pada obat anti-kanker begitu banyak. Namun, tetap disetujui BPOM karena bisa memperpanjang usia pasien sekian tahun.

"Efek samping pada suatu obat tidak merupakan faktor satu-satunya kita menolak obat tersebut," jelasnya.

Karena apa yang kita timbang itu, seperti contoh obat anti kanker, efek sampingnya banyak sekali kebotokan, luka di mana-mana tapi toh kita setujui karena dia bisa memperpanjang umur orang sekian panjang dan sekian tahun," sambungnya.

Untuk itu, Penny meminta agar peneliti tidak melulu mengira BPOM mempertimbangkan suatu obat hanya dari efek sampingnya.

"Jadi mohon dimengerti efek samping tidak merupakan satu-satunya pertimbangan. Yang kedua adalah efek samping ini bisa dimitigasi memodifikasi dosis, atau pemberian sesudah makan dan sebagainya," tegasnya.

Reporter: Ady AnugrahadiSumber : Liputan6.com

(mdk/rhm)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kemenkes Sebut Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Kemenkes Sebut Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Pasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.

Baca Selengkapnya
Penyakit Musim Hujan pada Bayi, Perlu Diwaspadai Orang Tua

Penyakit Musim Hujan pada Bayi, Perlu Diwaspadai Orang Tua

Pada masa ini, risiko penyakit pada bayi meningkat, memerlukan perhatian khusus dalam hal pencegahan dan perawatan.

Baca Selengkapnya
Pria Ini Tak Bisa Buang Air Besar Selama 22 Tahun, Dokter Lakukan Operasi Mengerikan Untuk Angkat Kotorannya

Pria Ini Tak Bisa Buang Air Besar Selama 22 Tahun, Dokter Lakukan Operasi Mengerikan Untuk Angkat Kotorannya

Pasien ini mengalami sembelit sepanjang hidupnya dan obat pencahar tidak mempan mengatasinya.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
2 Pemuda Ditangkap Usai Simpan 1.435 Butir Obat Keras Jenis Triheksifenidil, Ngaku untuk Konsumsi Pribadi

2 Pemuda Ditangkap Usai Simpan 1.435 Butir Obat Keras Jenis Triheksifenidil, Ngaku untuk Konsumsi Pribadi

Kedua pelaku saat ini sudah diamankan di rutan polda Papua dan telah ditetapkan sebagai tersangka

Baca Selengkapnya
Begini Panduan Minum Obat Bagi Orang Sakit Selama Puasa Ramadan

Begini Panduan Minum Obat Bagi Orang Sakit Selama Puasa Ramadan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan panduan cara mengonsumsi obat bagi orang sakit selama puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya