Bocah Pemungut Cengkih Asal Kuningan itu Akhirnya Bisa Sekolah
Merdeka.com - Wajah Jodi semringah bersamaan dengan sinar matahari yang masuk melalui celah dinding rumahnya di Dusun Pahing, Desa Margabakti, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dia tampak semangat menyiapkan segala kebutuhan sekolah.
Semangat Jodi itu bukan tanpa alasan. Pihak SD Negeri Margabakti mengizinkannya bersekolah. Selama ini, keinginan kuat Jodi untuk menimba ilmu di bangku sekolah terkendala kondisi ekonominya. Dia merupakan anak yatim yang tinggal bersama kakek dan neneknya, Rakum (62) dan Sati (60).
Rumah Jodi berada di perbukitan. Jaraknya sekitar satu kilometer dari SDN Margabakti. Kondisi rumah itu tak layak huni, bahkan tidak memiliki kamar mandi. Penerangan rumah dibantu dengan aliran listrik dari rumah warga sekitar. Jika ingin mandi, Jodi maupun kakek dan neneknya harus mengambil air dari bawah.
Rakum dan Sati bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Keluarga Rakum dan Sati tak pernah mengenyam pendidikan hingga lulus karena faktor ekonomi. Namun, semangat belajar Jodi ini mendapat respons positif dari pihak sekolah. Pihak SD Negeri Margabakti merasa iba melihat kondisi Jodi.
Kepala Sekolah SD Margabakti Kuningan Jawa Barat Edi Junaedi menceritakan awal mula melihat Jodi. Bocah itu sering main di sekolah. Dia main dengan siswa lain. Kadang juga bermain di PAUD. Dia berpakaian seadanya. Tanpa alas kaki.
Keseharian Jodi membuat pihak sekolah iba. Lalu mengajak Jodi bersekolah. Tanpa berpikir panjang, Jodi langsung menyetujui tawaran itu. Pihak guru pun rela membantu mengurus kebutuhannya hingga memandikan Jodi di sekolah sebelum masuk kelas.
"Saat itu juga saya langsung mengambil batangan pohon cengkih untuk mengukur sepatu Jodi. Dibantu para guru membeli semua kebutuhan sekolah mulai dari atas sampai bawah," ujar dia.
Belakangan nama Jodi mendadak viral di media sosial setelah salah seorang gurunya Atun Rohayatun membagikan pengalaman harunya di akun Instagram miliknya @rohayatun7. Unggahan Atun dibanjiri komentar positif.
Edi mengatakan, Jodi tengah memungut cengkih saat dia mengajaknya untuk bersekolah. "Memungut cengkih terus dijual uangnya untuk jajan sendiri," kata dia.
Keputusan sekolah membiayai Jodi bersekolah dianggap tepat. Menurut dia, Jodi merupakan anak yang aktif dan memiliki potensi. Jodi anak yang mudah bergaul meski dia mendadak jadi pendiam jika ada orang baru yang menyapa dan mengajak bicara.
"Tidak ada masalah apa pun dalam diri Jodi alias normal semua kemudian usia Jodi juga memang cukup untuk bersekolah. Saya sendiri yang nunggu orangtuanya datang daftarkan anaknya saat PPDB tapi tidak datang. Minggu pertama masuk sekolah Jodi tidak main ke sini. Pas minggu kedua datang memungut cengkih di sekolah langsung saya datangi dan ajak sekolah dan Alhamdulillah mau anaknya," kata dia.
Edi mengaku sering mengamati aktivitas Jodi sebelum diajak bersekolah. Jodi kerap memungut cengkih di halaman sekolah. Cengkih tersebut ditaruh di gelas kemasan air mineral bekas untuk dijual kembali.
Edi menaruh harapan terhadap Jodi agar terus memiliki semangat belajar. Pihak sekolah membantu memberikan uang saku untuk jajan Jodi sehari-hari. "Pokoknya kita bantu bagaimana caranya agar semangat Jodi tetap terjaga. Salah satunya dibantu anggaran untuk jajan Jodi kita anggarkan Rp5.000 per hari," ujar dia.
Reporter: Panji PrayitnoSumber: Liputan6.com
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!
Baca SelengkapnyaSetelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Baca SelengkapnyaSimak potret rumah masa kecil Fikoh LIDa sebelum terbakar!
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi rumah kakek pembuat gula merah berusia 82 tahun ini memprihatinkan bahkan nyaris roboh.
Baca Selengkapnyakondisi bangunan ruang kelas sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ikhlas Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaIa disambut penuh air mata bahagia oleh anggota keluarganya. Rasa rindu kian pecah begitu saja melihat dia datang dan pulang.
Baca SelengkapnyaSatu orang meninggal atas nama Amsiah usia 70 tahun, delapan orang luka ringan,
Baca SelengkapnyaLama menjalani hubungan, membuat pria ini mendapat reaksi tak terduga dari keluarga mantan saat menghadiri pernikahan sang cewek tercintanya dengan pria lain.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, rumah sederhana ini bisa dihuni puluhan keluarga.
Baca Selengkapnya