BMKG: Sistem Peringatan Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi Bangun Budaya Mitigasi
Merdeka.com - PDI Perjuangan meluncurkan Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai, sistem itu memang diperlukan karena saat ini butuh pembangunan budaya mitigasi bencana alam yang rawan terjadi.
Dwikorita berterima kasih kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang turut hadir dalam acara ini. Sebab, Megawati dinilai sebagai sosok yang berjasa mendorong pembangunan BMKG dan sosok teladan dalam penanganan bencana.
"Ini berpengaruh terhadap spirit kami, sehingga setiap bencana kami merasa itu yang harus dilakukan, pemimpin tertinggi harus turun langsung tak memberi perintah dari balik meja," kata Dwikorita dalam pidatonya saat launching sistem yang digelar secara virtual, Rabu (4/8).
Dwikorita juga bicara pengalaman bagaimana kepala daerah dari PDIP terbuka membantu penugasan lapangan BMKG di berbagai wilayah di Indonesia.
Atas pengalaman dari berbagai daerah itu, BMKG bisa melihat betapa pentingnya membangun budaya kesiapsiagaan menghadapi berbagai bencana yang mengancam Indonesia. Tahun ini saja, di awal tahun ada gempa bumi, banjir di Kalimantan, yang menuntut kesiapsiagaan.
"Maka sistem peringatan dini yang akan dilaunching, sangat kami dukung," kata dia.
Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan Indonesia berada dalam wilayah cincin api atau ring of fire. Serta wilayah tumbukan lempeng tiga arah dan berada di wilayah dua samudera dan dua benua. Akibatnya, Indonesia rentan gempa, rentan terdampak perubahan iklim dan cuaca, rentan terkena perubahan muka air laut, hingga muka air laut mudah mengalami pemanasan.
BMKG, kata Dwikorita, sesuai arahan Megawati, terus belajar dari negara yang maju dalam hal penanganan bencana. Misalnya dari Jepang yang memiliki keselamatan masyarakat tinggi saat gempa. Riset menyebut 95 persen warga selamat karena kemampuan sendiri, bukan ditolong petugas pemerintah.
BMKG juga belajar dari China yang sudah memanfaatkan perbedaan gelombang gempa untuk bisa menyelamatkan diri. Sistem ini juga dibangun oleh Jepang. Diketahui, bahwa ada jeda 10 detik antara gelombang primer dan gelombang sekunder ketika gempa terjadi. Dan di antara 10 detik itulah sistem nuklir dan sistem transportasi dimatikan hingga peringatan ke masyarakat disampaikan di jeda waktu itu.
"Kami sedang dalam proses membangun teknologinya, kami baru belajar ilmunya. InsyaAllah dalam 2 tahun ini bisa terwujud," kata Dwikorita.
Ia memaparkan, tantangan dalam membangun budaya kesiapsiagaan ini adalah masyarakat yang tidak dapat menerima respons dengan baik meski sistem peringatan dini BMKG sudah lumayan cepat.
Riset menemukan masyarakat menerima informasi tidak memahami warna merah, kuning, hijau yang jadi simbol waspada. Banyak nelayan dan nahkoda kapal yang tak paham grafis yang dikirim oleh BMKG.
"Tantangannya, bagaimana dari sisi kultur, peringatan dini ini dipahami, dan mendorong sikap bagaimana mampu menolong diri sendiri dan sekitarnya agar selamat. Yang jelas, bagi kami, setinggi apapun teknologi, kalau dari sisi kultur tak terbangun, tak guna," jelas Dwikorita.
"Terima kasih kepada PDI Perjuangan yang terus menguatkan kultur kesiapsiagaan multi bencana ini," tegasnya.
Kepala BNPP atau lebih dikenal sebagai Basarnas, Marsekal Madya Hendri Alfiandi mengakui bahwa para kader PDIP memang termasuk salah satu yang paling memberikan dukungan atas kerja-kerja penanggulangan bencana. Pihaknya berharap komitmen PDIP ini bisa diikuti oleh kelompok organisasi kemasyarakatan lainnya, tanpa memperhitungkan latar belakang politiknya.
"Terutama kami memang masih sangat membutuhkan support langsung dari potensi SAR yang ada di Indonesia. Kami sangat terbantu dengan Baguna, dan ormas lainnya yang selama ini membantu," kata Hendri.
"Sebetulnya kami secara hati nurani, ingin organisasi lain mengikuti jejak PDI Perjuangan, sehingga mereka bisa memberi kontribusi langsung kepada masyarakat terlepas dari latar belakang politiknya," pungkasnya.
Acara peluncuran ini hadir Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Hasto, beserta jajaran DPP PDIP lainnya. Seperti Djarot Saiful Hidayat, Komarudin Watubun, Ribka Tjiptaning, Sadarestuwati, dan Sukur Nababan. Secara virtual hadir Eriko Sotarduga, Mindo Sianipar, Sri Rahayu, Utut Adianto, Hamka Haq, Rudianto Tjen, Ahmad Basarah, Yanti Sukamdani, dan Yasonna Laoly. Turut hadir Kepala BNPP Marsekal Madya Henri Alfiandi.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaIa menjelaskan dalam keilmuan geologi erupsi gunung berapi seperti ini berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani mengatakan dalam sepekan ke depan cuaca ekstrem tersebut dapat terjadi di sebagian besar Sumatera.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penyebab angin puting beliung dampak dari ikutan pertumbuhan awan sibi. Di mana awan sibi ini merupakan awan yang menyebabkan terjadinya hujan lebat.
Baca SelengkapnyaWarga dan wisatawan dilarang berenang karena berpotensi terseret.
Baca SelengkapnyaDeputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengungkapkan ciri-ciri angin puting beliung.
Baca SelengkapnyaYogyakarta menjadi provinsi dengan tingkat hidup paling tinggi. Dibuktinya dengan banyaknya lansia yang masih hidup bahagia di provinsi ini.
Baca SelengkapnyaTercatat sebanyak 93 bangunan mengalami kerusakan akibat peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaPenemuan ini memberikan perspektif unik tentang proses pembentukan elemen-elemen awal di galaksi selain Bima Sakti
Baca SelengkapnyaMenurut petugas BMKG, ada satu gempa bumi dirasakan di Laut Maluku
Baca Selengkapnya