BMKG Luruskan Spekulasi Keterkaitan Gempa Mentawai Sumbar dan Nias
Merdeka.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meluruskan spekulasi keterkaitan peristiwa gempa yang mengguncang Mentawai Sumatra Barat pada Rabu (12/5) dengan gempa Nias, Sumatra Utara pada Jumat (14/5) sore ini.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Tiar Prasetya menilai, spekulasi tersebut tidak benar. Menurutnya, hal itu karena faktor lempeng di Indonesia yang dinamis.
"Kalau dia (gempa di Nias) terjadi seolah berentet, itu hanya karena faktor karena lempeng di Indonesia sangat dinamis. Dan kalau nanti ada perkembangan info terkait hal tersebut, pasti akan kami infokan," kata Tiar dalam jumpa pers virtual BMKG, Jumat (14/5).
Menurutnya, dimungkinkan terjadi gempa bumi dalam rentang waktu yang tak jauh karena pergerakan lempeng di Indonesia sangat dinamis. Tetapi, bukan berarti gempa saling berkaitan hanya karena peristiwa satu gempa dengan yang lain cenderung berdekatan secara waktu.
"Dan tidak harus secara efek domino. Contohnya di Mentawai Gempa, bisa juga di lokasi yang cenderung jauh misalnya Sulawesi Utara juga terjadi gempa," jelasnya.
Sementara, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat tidak terpengaruh dengan spekulasi yang belum dipertanggung jawabkan kebenarannya. Menurutnya, peristiwa gempa bumi bisa terjadi kapan dan di mana saja mengingat dinamisnya lempeng di Indonesia.
"Demikian dengan gempa di Mentawai, itu kebetulan gempanya tidak sama persis dengan yang terjadi hari ini. Meskipun sama-sama terjadi di dekat wilayah barat daerah Sumatra," pungkasnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data BMKG, gempa di Nias hari ini terjadi sekitar pukul 13.33 WIB dengan kekuatan magnitudo 7,2 dan telah dimutakhirkan jadi M 6,7.
Setelah perisitiwa tersebut, per pukul 16.20 WIB BMKG mencatat adanya 9 kali gempa susulan dengan rentang magnitudo 3,3 hingga 5,3.
Sementara, pada BMKG mencatat ada dua gempa yang getarkan wilayah Indonesia pada Rabu (12/5), hingga pukul 19.30 WIB. Gempa berkekuatan magnitudo 5,1 itu mengguncang Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat. Getarannya terasa hingga Siberut pada skala II-III MMI (Modified Mercalli Intensity). Sementara di Padang I-II MMI.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang Berpotensi di 27 Daerah Ini
Hari ini, sebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang
Baca SelengkapnyaBMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir Landa Jakarta hingga Papua Selama Sepekan ke Depan
BMKG minta masyarakat waspada cuaca ekstrem periode 3-10 Januari 2024
Baca SelengkapnyaGempa M 4,1 Guncang Bali, Getaran Terasa Hingga ke Banyuwangi
Analisa BMKG mendapati gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal yang timbul akibat aktivitas sesar lokal wilayah setempat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gempa Susulan Berlanjut di Kepulauan Bawean, Jumlah Pengungsi Bertambah Jadi 34 Ribu Jiwa
Gempa susulan masih terjadi di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, banyak warga yang enggan kembali ke rumah dan lebih memilih untuk mengungsi.
Baca SelengkapnyaBMKG Pasuruan Catat 153 Kali Gempa Susulan di Tuban & Pulau Bawean Jatim Hingga Sabtu Pagi
Rentetan gempa Tuban sejak Jumat pagi dipicu sesar aktif di Laut Jawa.
Baca SelengkapnyaGempa Guncang Kepulauan Sangihe dan Banjar Kalsel Pagi Ini, BMKG Ungkap Penyebabnya
Gempa bumi tektonik dengan magnitudo 4,8 mengguncang Pantai Utara Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, hari ini (13/2) pukul 07.34 WIB.
Baca SelengkapnyaBMKG Bicara Potensi Puting Beliung Ekstrem Muncul di Jakarta, Apa Cirinya?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaBMKG Ungkap Pemicu Munculnya Puting Beliung di Rancaekek Bandung
Penyebab angin puting beliung dampak dari ikutan pertumbuhan awan sibi. Di mana awan sibi ini merupakan awan yang menyebabkan terjadinya hujan lebat.
Baca SelengkapnyaCuaca Ekstrem Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah Indonesia hingga Pertengahan Maret, Masyarakat Diminta Waspada Banjir
Penyebab kembali tingginya curah hujan akibat fenomena regional seperti gelombang Kelvin, gelombang Rossbi, dan Madden-julian di sejumlah wilayah tanah air.
Baca Selengkapnya