Bio Farma Ungkap Alasan Pfizer Minta Klausul Bebas Hukum Jika Vaksin Bermasalah
Merdeka.com - Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap alasan Pfizer meminta klausul khusus dalam kontrak penjualan vaksin Covid-19. Klausul itu berupa Pfizer ingin bebas hukum jika ada masalah dalam vaksinasi.
Honesti menjelaskan, Pfizer merupakan vaksin platform baru. Efek jangka panjang dari vaksin Pfizer ini belum terbukti.
"Khusus untuk Pfizer, karena ini vaksin platform baru yang efek jangka panjangnya belum terbukti," ujar Honesti dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (14/1).
Sehingga Pfizer meminta perlakuan khusus dari pemerintah agar bebas hukum jika ada efek samping jangka panjang atau jangka pendek setelah divaksinasi.
"Mereka memang minta perlakukan khusus dari pemerintah untuk dibebaskan dari klaim hukum baik jangka pendek ataupun jangka panjang terhadap kasus efek samping dari vaksin mereka," kata Honesti.
Alasan itu juga mengapa Pfizer hanya ingin negosiasi langsung dengan pemerintah. Bukan dengan badan bisnis.
"Itulah sebabnya, Pfizer dengan di manapun mereka melakukan deal, mereka minta itu langsung dilakukan dengan pemerintah," jelasnya.
Berbeda dengan Sinovac, Novavax, dan AstraZeneca. Produsen vaksin ini menggunakan platform yang sudah teruji. Dengan perusahaan itu hanya perjanjian langsung dengan Bio Farma.
"Misalnya gini, Sinovac dia produksi kirim ke Bio Farma kalau ada kerusakan akibat kesalahan di Bio Farma, mereka enggak mau dikenakan ganti rugi dan begitu sebaliknya. Novavax juga seperti itu," jelas Honesti.
Sebelumnya, Honesti mengungkap, Pfizer memberikan syarat penjualan vaksin kepada Indonesia. Pfizer memberikan klausul bebas dari tuntutan hukum jika vaksin tersebut bermasalah.
"Karena ada beberapa klausa yang mereka minta diberikan semacam kebebasan atau dilepaskan klaim tuntutan hukum kalau seandainya ada masalah," ujar Honesti dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (12/1).
Persyaratan itu yang membuat Indonesia masih bernegosiasi dengan Pfizer. Adapun Indonesia akan membeli sebanyak 50 juta dosis vaksin dari Pfizer.
Honesti mengatakan, klausul tersebut masih dinegosiasikan dengan Pfizer. "Bagaimana klausul ini kita negosiasikan dengan Pfizer/Biontech," kata dia.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pabrik Obat Berusia 2.800 Tahun Ditemukan di Dalam Kuil Kuno, Canggih Pada Masanya
Pabrik ini ditemukan di dalam kompleks kuil di kota kuno Trakia, Turki.
Baca SelengkapnyaKemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaKimia Farma Kolaborasi dengan MSD Tingkatkan Kesadaran Masyarakat soal Vaksin HPV
Adapun ruang lingkup kerja sama tersebut meliputi dukungan tenaga ahli kesehatan di Klinik Kimia Farma.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Antisipasi Covid-19 dan Pneumonia, 5 Pendeteksi Suhu Tubuh Dipasang di Bandara I Gusti Ngurah Rai
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengantisipasi lonjakan Covid-19 dan temuan mycoplasma pneumonia di luar negeri.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaTak Selalu Menarik, Inilah Ancaman Menggunakan Kuku Palsu
Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan kuku palsu dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti kuku menjadi rusak, risiko infeksi, & reaksi alergi.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI Pastikan Vaksin nOPV2 Aman Digunakan untuk Cegah Polio
Komnas KIPI menyebut vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaFakta-Fakta Kasus Dokter Diduga Cabuli Istri Pasien Sedang Hamil Modusnya Suntik Vitamin
Korban berinisial TA (22) melayangkan laporan dugaan pencabulan itu ke Polda Sumatera Selatan pada pekan lalu.
Baca SelengkapnyaObat Penyakit ini Dicoba Dibuat di Luar Angkasa, Bagaimana Hasilnya?
Ini merupakan kali pertama sebuah perusahaan sukses membuat obat di ruang hampa udara.
Baca Selengkapnya