'Berantas Paham Radikalisme, Tak Ada Agama Ajarkan Kekerasan Apalagi Membunuh'
Merdeka.com - Seorang wanita Siti Elina ditangkap karena coba menerobos masuk ke Istana dengan membawa pistol. Setelah diselidiki guru dan suami Siti diduga berafiliasi dengan kelompok terlarang Negara Islam Indonesia (NII).
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan mengatakan, meski NII sudah dilarang secara ideologi masih cukup masif terutama di kalangan wanita. Untuk itu dia mendorong adanya regulasi tegas untuk memberantas paham-paham kekerasan.
"Butuh ketegasan negara agar dapat memberantas paham radikalisme mengatasnamakan agama. Pasalnya, tak satu pun agama di muka bumi mengajarkan kekerasan, merusak, apalagi membunuh sesama," tegas Ken dalam keterangannya, Kamis (3/11).
Menurutnya, ideologi kelompok penyebar teror jelas bertentangan dengan ideologi bangsa yaitu Pancasila. Dia menilai kerap organisasi setelah dilarang tidak hilang, muncul lagi dengan kemasan baru.
"Kalau ditindak hanya organisasinya, itupun hanya dengan pasal yang ringan. Jika mereka ganti nama maka bisa kembali melakukan perekrutan dan penggalangan dana," tuturnya.
Ken menambahkan, perlu edukasi lebih masif dari segenap elemen untuk menyebarkan bahwa melawan radikalisme dan terorisme bukan proses stigmatisasi agama. Tetapi justru menyelamatkan agama dari fitnah yang dilakukan kelompok teror.
Ken mengungkapkan, memang ada fakta belajar dengan guru yang salah akhirnya menafsirkan ayat-ayat jihad dengan cara keliru. Menurutnya, hal itu yang dialami Siti di mana mendapat doktrin dari guru dan suaminya.
"Perempuan lebih rentan bila sudah bergabung dengan NII. Ketaatan pada kelompoknya lebih kuat," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Panglima TNI Jenderal Agus Bicara Investasi Akhirat, Bergerak Dalam Gelap Mencari Ridho-Nya
Panglima TNI Agus Subiyanto adalah sosok yang sangat religius, ia sering sholat Subuh berjamaah di masjid dan menyampaikan tentang pentingnya akhirat.
Baca SelengkapnyaGencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan
Narasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.
Baca SelengkapnyaBPIP: Bangsa Ini Sudah Biasa Bertindak dengan Menghargai Perbedaan
Dengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Detik-Detik Eks Casis Bintara Iwan Dihabisi Serda Adan, Korban Dicekik, Ditusuk Lalu Dibuang ke Jurang
Polisi ungkap detik-detik peristiwa tewasnya eks calon siswa Bintara Iwan oleh anggota TNI AL Serda Adan.
Baca SelengkapnyaIni Lima Napi Lapas Salemba Kasus Terorisme yang Ikrar Janji Setia kepada NKRI
Turut hadir pula Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Tonny Nainggolan.
Baca Selengkapnya'Jangan Persatuan Dinodai karena Mendahulukan Kepentingan Politik'
Para elite politik diingatkan tidak menggunakan politik identitas dan ujaran kebencian demi meraih kekuasaan
Baca SelengkapnyaPerempuan Harus Waspadai Doktrin Sesat Kelompok Radikal Intorelan
Musdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaMengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga
Sang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
Baca SelengkapnyaRelawan Lintas Agama Doa Bersama, TKN 02: Semoga Titik Awal Kemenangan Prabowo-Gibran Satu Putaran
Ketua Relawan Pragribsip, Ica Simon mengatakan, aksi nyalakan 1.000 lilin cinta ini dilakukan sebagai simbol persatuan dalam keberagaman di Indonesia.
Baca Selengkapnya