Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Batasi Pergerakan Manusia Jika Pandemi Ingin Berakhir

Batasi Pergerakan Manusia Jika Pandemi Ingin Berakhir Perubahan Jam operasional KRL PSBB. ©2020 Liputan6.com/Faizal Fanani

Merdeka.com - Pemerintah terus mengencarkan sosialisasi penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sampai saat ini Indonesia masih belum mencapai puncak dari pandemi ini. Bahkan angka pasien positif merangkak naik, dari yang biasa perhari sekitar 3000 pasien kini menjadi 4000.

Mengenai akan ditemukannya vaksin, ternyata tidak menjadi jaminan akan dapat menghindarkan seseorang dari Covid-19. Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo menilai, adanya vaksin tidak bisa menjamin pandemi Covid-19 akan berakhir. Hingga saat ini pun belum ada yang bisa memprediksi kapan pandemi akan hilang.

"Kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir, apakah tahun depan iya, kalau tahun depan kalau ternyata tidak?. Vaksin ini sangat dinantikan, tapi apakah dengan vaksin Covid ini akan berakhir?" katanya dalam raker dengan Komisi VIII DPR.

Menurutnya, masalah Covid ini sudah menjadi masalah global dan sekarang bila dilihat korbannya bukan makin menurun. Dia bilang, beberapa negara yang sudah bangga bisa menekan laju corona, justru sekarang muncul lagi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menekankan, aspek kesehatan dalam penanganan Covid-19 harus diprioritaskan. Menurut dia, berbahaya apabila sektor ekonomi didahulukan tanpa penanganan Covid-19 yang serius.

Epidemiolog dari Unair, Windhu Purnomo menilai, apa yang menjadi visi Jokowi tersebut sampai saat ini masih belum sesuai diterjemahkan di jajaran penanganan Covid-19, baik Satgas maupun Komite. Dia menekankan, yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah soal pencegahan penyebaran Covid-19, bukan soal menyembuhkan.

"Kita bicara pemutusan rantai penularan, kita bukan bicara hilir. Hulu itu penularan di masyarakat, mutusnya gimana? Saya bilang selama 6 bulan kita bekerja tidak tepat, negara lain penanganannya ketat, 2-3 bulan selesai. Kita sampai 6 bulan bahkan 7 bulan aja belum tercapai puncak, kita masih terus menanjak," katanya kepada merdeka.com.

Menurutnya, membatasi gerakan manusia merupakan upaya paling efektif dalam mencegah penyebaran Covid-19. Selama masyarakat masih bebas bergerak, maka muskil pemerintah bisa menekan penyebaran virus asal Wuhan, China tersebut.

Pembatasan ini bertujuan untuk memastikan tidak adanya pertemuan antar orang. Mengingat penyebaran virus ini melalui udara, tanpa menerapkan protokol kesehatan yang ketat maka seseorang kemungkinan akan tertular Covid-19.

Windhu meminta pemerintah tidak setengah setengah dalam melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dia mengingatkan, selama masih ada orang berpindah daerah dan transportasi umum masih beroperasi, maka PSBB itu tidak akan efektif.

"Selama masih ada pergerakan orang, maka pandemi enggak akan berakhir. Kalau ada orang keluar masuk, bisa jadi daerah lain berubah orange dan merah. Nah bisa juga sebaliknya, dan ini akan ping pong terus dan tidak akan selesai," terangnya.

Penanganan Tanpa Peta

Selanjutnya, pemerintah juga harus memperkuat melakukan testing dan tracing. Selama masa pandemi ini, Indonesia masih belum dapat memenuhi standar WHO untuk melakukan testing batas minimum 1 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Ini menyebabkan, pemerintah tidak memiliki pemetaan terkait penyebaran virus Corona. Dia menerangkan, dari 34 provinsi hanya ada 6 provinsi yang telah melakukan testing sesuai dengan anjuran WHO tersebut.

"Sekarang kita harus mencari kasus sebanyak banyaknya. Yang harus dilakukan adalah dengan melakukan testing dan tracing. Kita seperti bermain peta buta, karena kita enggak ada testingnya. Enggak tahu petanya," ujarnya.

Terakhir, pemerintah harus tegas dalam menerapkan sanksi bagi para pelanggar protokol kesehatan. Harus ada ketegasan agar seseorang berpikir dua kali untuk melanggar batas jarak dan penggunaan masker.

Untuk diketahui, kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 252.923 orang.

Ada penambahan 4.071 kasus baru dari data Senin (21/9) kemarin yang masih 248.852 orang. Perkembangan data dihimpun dalam 24 jam terakhir hingga hari ini, Selasa (22/9), pukul 12.00 WIB.

4.071 Kasus baru ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 43.896 spesimen dari 31.065 orang yang diperiksa. Total kumulatif spesimen yang sudah diperiksa sejak Indonesia terpapar Covid-19 sejak Maret lalu yakni 2.994.069 dari 1.774.065 orang yang diperiksa.

Kementerian Kesehatan juga menunjukkan, penambahan kasus meninggal akibat Covid-19, yakni ada 160 sehingga total kumulatifnya menjadi 9.837 orang. Data kemarin, kasus kematian Covid-19 di Indonesia masih 9.677 orang.

Jumlah pasien sembuh dari Covid-19 juga meningkat. Pasien sembuh hari ini bertambah sebanyak 3.501 dari data kemarin yang masih 180.797 orang. Dengan demikian, total keseluruhan pasien sembuh dari Covid-19 menjadi 184.298 orang.

Pasien yang dinyatakan sembuh ini telah menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) sebanyak dua kali atau lebih dan hasilnya negatif.

Sementara itu, masih ada 109.721 orang suspek Covid-19 di Indonesia. Angka ini meningkat dari data kemarin yang masih 108.880 suspek Covid-19.

(mdk/fik)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Jokowi Setop Sementara Bagi-Bagi Bansos, Ini Alasannya

Pemerintah Jokowi Setop Sementara Bagi-Bagi Bansos, Ini Alasannya

Penghentian sementara penyaluran bansos ini untuk menghormati tahapan pemilu dan mendukung kelancaran pesta demokrasi tersebut.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa

Jokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa

Wajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
Jokowi Harap Debat Pamungkas Pilpres Bahas Visi Misi: Tak Terjebak Masalah Personal

Jokowi Harap Debat Pamungkas Pilpres Bahas Visi Misi: Tak Terjebak Masalah Personal

Menurut Jokowi, akan lebih baik apabila debat terakhir Pilpres 2024 saling menyampaikan visi yang substansial dan berguna bagi masyarakat.

Baca Selengkapnya
Jokowi Siaran Perdana dari RRI IKN, Sapa Pendengar di Sejumlah Daerah

Jokowi Siaran Perdana dari RRI IKN, Sapa Pendengar di Sejumlah Daerah

Jokowi optimistis Upacara Peringatan ke-79 Kemerdekaan RI bisa digelar di IKN.

Baca Selengkapnya
Jamuan Minggu Malam: NasDem Bilang Jokowi yang Undang, Istana Sebut Surya Paloh yang Minta

Jamuan Minggu Malam: NasDem Bilang Jokowi yang Undang, Istana Sebut Surya Paloh yang Minta

Belum diketahui apa pembicaraan antara Surya dengan Jokowi dalam pertemuan itu.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Boleh Kampanye, Perludem Minta Publik Awasi Setiap Aktivitas Presiden

Jokowi Sebut Boleh Kampanye, Perludem Minta Publik Awasi Setiap Aktivitas Presiden

Menurutnya, dengan pernyataan itu bisa menjadi penentu dari segala pernyataan Jokowi yang seolah netral.

Baca Selengkapnya