Merdeka.com - Terlibatnya Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dalam pengamanan Asian Games 2018 bukan hal baru di dunia olahraga. Sekretaris Utama BAPETEN, Hendriyanto Hadi Tjahyono mengatakan, beberapa negara sudah menerapkan nuclear security pada setiap event olahraga yang berskala besar.

Penerapan nuclear security karena event olahraga besar ini menyangkut nama baik bangsa dan negara. Untuk itu dalam Asian Games 2018 mendatang, BAPETEN akan serius dalam merancang sistem pengamanan dari bahaya serangan nuklir.

"Maka, persiapannya harus benar-benar matang," kata Hendriyanto.

Ketenaganukliran ini, menurutnya, belum banyak diketahui dan dipahami oleh banyak orang, termasuk oleh aparat keamanan. Sebagai langkah awal, BAPETEN menggandeng Internasional Atomic Energy Agency (IAEA). Lembaga inilah yang mengatur pemanfaatan tenaga nuklir baik untuk militer maupun nonmiliter.

Agar ini tidak hanya menjadi wacana dan pembahasan antara BAPETEN dan IAEA saja, pada 12 September 2017 kemarin BAPETEN menggelar diskusi bertajuk 'National Coordination Meeting for Major Public Event (MPE) on Asian Games XVIII' di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat. Acara ini melibatkan semua stakeholder, seperti Polri, TNI, Badan Intelijen Negara (BIN), Kemenpora, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN).

Hendriyanto mengungkapkan pertemuan ini telah melahirkan corporation agreement. Ini akan menjadi pedoman dan panduan bagi BAPETEN dalam melaksanakan tugas-tugas pengamanan pada Asian Games 2018 nanti. IAEA, katanya, akan memberikan bantuan dan dukungan dari sisi teknis dan pelatihan penanganan serangan nuklir.

"Juga beberapa bantuan yang sudah disepakati dalam corporation agreement," tegasnya.

Hasil pertemuan dalam forum diskusi itu memang masih dalam bentuk draf. Tentunya, masih harus dimatangkan lagi. Bahkan, Hendriyanto memprediksi akan terjadi berkali-kali revisi. BAPETEN sendiri menargetkan segala isi dalam corporation agreement itu dapat rampung pada akhir tahun ini. Ini untuk memberikan waktu agar terimplementasi pada sistem keamanan secara keseluruhan.

Pemetaan serangan menggunakan kecanggihan teknologi dan zat radioaktif pernah di terjadi kantor Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. Di tengah kerumunan demonstrasi, Yosua Yamamoto, menerbangkan drone. Tak disangka, pesawat nirawak itu menebar pasir yang mengandung zat radioktif ke atap kantor PM Abe.

Beruntung aksi ini cepat terdeteksi oleh aparat keamanan dan langsung menangkap Yosua. Kebetulan pula, perdana menteri dari Partai Demokratik Liberal itu sedang tidak berada di kantornya. Menurut Kepala BAPETEN, Jazy Eko Istiyanto, pihaknya belajar dari peristiwa-peristiwa seperti itu untuk meningkatkan keamanan objek vital dan perhelatan akbar yang banyak dihadiri kepala negara, seperti Asian Games.

Di Indonesia memang serangan seperti itu belum pernah terjadi. Namun, BAPETEN tidak ingin mengambil risiko. BAPETEN, katanya, tidak ingin berandai-andai dan terjebak apakah mungkin orang dapat menyelundupkan zat radioaktif di tengah pengamanan yang ketat. Sebelum itu terjadi lebih baik dicegah. "Kita harus siapkan," ujarnya.