Bahasa jadi kendala tim medis tangani pengungsi Rohingya
Merdeka.com - Faktor bahasa membuat sejumlah petugas dan tim medis terkendala dalam melakukan pelayanan kepada 682 pengungsi Rohingya dan Bangladesh. Kendati demikian hal itu tidak membuat relawan, petugas seperti Satpol PP yang melayani pengungsi habis akal. Mereka tetap berusaha berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Meskipun diakui ada banyak kendala, karena tidak semua bahasa tubuh bisa dipahami oleh kedua belah pihak.
Pantauan merdeka.com di lokasi pengungsian di Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh terlihat tim medis sangat kesulitan memberikan arahan untuk pasien. Karena mereka hanya bisa berbicara dengan bahasa daerah mereka sendiri yang tidak satu pun dapat memahaminya.
Seorang petugas medis, Nur Azrani mengaku, acap kali mereka tidak bisa memeriksa pasien saat membutuhkan tanya jawab. Meskipun tim medis tidak menyerah begitu saja. Mereka tetap berusaha untuk untuk memberikan pelayanan medis yang terbaik untuk pengungsi Rohingya.
"Susah sekali memang untuk berkomunikasi, tetapi kami tetap berusaha untuk bisa berkomunikasi dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka," kata Nur Azrani, Minggu (24/5) di camp pengungsian.
Ada seorang etnis Rohingya sesuai dengan tertera di gelang pada tangannya bernama M Mizahir Ranh sedikit berpendidikan, sehingga bisa membantu tim medis untuk berkomunikasi. Dia bisa beberapa kosa kata dalam bahasa Inggris.
Kemampuan yang terbatas M Mizahir Ranh inilah kemudian dipergunakan oleh tim medis untuk berkomunikasi dengan seluruh pasien, baik etnis Rohingya maupun Banglades. Meskipun tetap banyak kendala, karena kosa kata M Mizahir Ranh sangat terbatas dalam memahami bahasa Inggris.
"Sick, sakit," ucap M Mizahir Ranh pada rekannya sambil menunjukkan arah sakit setelah sebelumnya rekannya menjelaskan sakitnya. Namun penjelasannya hanya sebatas itu. Namun tim medis sedikit bisa memahami dari bahasa tubuh yang diperlihatkan.
Adapun jenis penyakit yang banyak diderita oleh pengungsi seperti diare, demam, sariawan, sakit perut. Bahkan ada beberapa pasien yang terpasang infus di tangannya. Menurut penjelasan petugas medis, mereka yang diinfus karena lemah dan membutuhkan penambahan cairan.
"Kalau memang perlu diinfus langsung kita infus, kalau tidak bisa kita tangani langsung kita rujuk ke rumah sakit umum terdekat," tutupnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
MPU Aceh menyebut isu berkaitan etnis Rohingya yang beredar di media sosial belum tentu benar.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini ratusan pengungsi Rohingya masih berada di pesisir Kuala Parek.
Baca SelengkapnyaKorban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Wahidin Makassar usai kejadian.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ia membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.
Baca SelengkapnyaWarga menilai pengungsi Rohingya memanfaatkan kebaikan orang Aceh.
Baca SelengkapnyaPemberian ASI merupakan hal penting pada bayi. Dalam pemberiannya, dokter anak menyebut cukup dilakukan selama 15-30 menit.
Baca SelengkapnyaDari tiga orang tersebut, satu orang S (34) di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.
Baca SelengkapnyaSaat di kediaman orangtua, sang istri seketika jadi pusat perhatian.
Baca SelengkapnyaSejumlah kondisi batuk pada bayi tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua dan tidak selalu harus diobati.
Baca Selengkapnya