Awal Mula Penemuan Harta Karun Sriwijaya di Cengal
Merdeka.com - Musim kemarau dinanti-nanti warga Kecamatan Cengal, Sungai Menang, dan Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, untuk mencari harta karun diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Aktivitas ini telah berlangsung sejak empat tahun lalu.
Menurut Sukas (50), warga Cengal, penemuan harta karun itu terjadi ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan milik sebuah perusahaan di Sungai Jeruju, Cengal, 2015. Secara tak sengaja seseorang menemukan perhiasan cincin di atas lahan gambut bekas terbakar.
Dari mulut ke mulut, cerita itu sampai ke warga-warga sekitar. Banyak yang percaya namun tak sedikit juga yang mengacuhkan kabar itu. Bagi yang penasaran, mereka menuju lokasi dan akhirnya ketagihan mencari karena benar-benar menemukannya.
"Ketika itu kami tidak perlu gali tanah karena emas-emas itu muncul di permukaan tanah, anehnya tidak rusak, banyak masih utuh," ujarnya.
Lantaran lahan bekas terbakar itu digarap perusahaan, aktivis warga terhenti. "Kami yakin masih banyak lagi emas-emas di sana, karena tidak dilimbang (ayak) seperti sekarang, cuma mengais-ngais tanah sedikit," ujarnya.
Di tahun yang sama, perburuan kembali terulang karena penemuan emas Sriwijaya kembali ditemukan oleh kernet ekskavator yang membuat galian sudah cair di dusun Talang Petai. Dari sinilah mulai menggunakan sistem pengayaan karena berada di sungai.
Lokasi ini menjadi tempat dan masa jayanya pemburu harta karun. Mereka mendirikan tenda bermalam dan membawa bekal selama seminggu sebelum pulang untuk menjual hasil buruan. Ketika itu mereka sangat mudah mendapatkan perhiasan emas dalam kondisi utuh, tanpa cacat sedikitpun.
Selain perhiasan, warga juga banyak menemukan gerabah atau tembikar yang terbuat dari tanah liat maupun keramik. Gerabah itu bervariasi, ada yang kecil ada juga yang besar setinggi 50 sampai 60 sentimeter.
Di dalam guci besar, berisi tulang belulang manusia. Banyaknya tulang tersebut membuat warga menjuluki areal itu sebagai pulau tengkorak. Mayoritas tulang-tulang itu berukuran kecil, berbeda dengan tulang manusia saat ini.
"Setiap gerabah besar pasti atau tulang-tulang, lengkap dari kaki sampai tengkorak. Tidak ada yang kami bawa ke rumah, takut juga, kan tidak tahu tulang siapa," kata dia.
Benda Bersejarah Berserakan di Pinggir Sungai
Lagi-lagi lokasi itu tak diperkenankan lagi didatangi karena berada dalam lahan konsesi perusahaan. Warga hanya membiarkan gerabah-gerabah itu beserta tulang belulang berserakan di pinggir sungai.
"Tidak tahu sekarang, apa masih ada atau sudah diambil orang. Sejak dilarang kami tidak pernah ke situ lagi," ujarnya.
Selama beberapa tahun terakhir, banyak tempat yang sudah menjadi lokasi perburuan harta karun. Seperti Dusun Pasir, Sungai Lumpur, Sungai Serdang, Kanal 12, Sungai Bagan, Talang Sebaris, Kanal Pisang, dan sekarang Sungai Pelimbangan.
"Baru di Pelimbangan ini yang heboh, mungkin karena menyebar di media sosial," kata dia.
Warga berkeyakinan pernah ada penduduk yang bermukim di wilayah itu sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Hanya saja, mereka tidak mengetahui sejarahnya karena terputus keturunannya.
"Buyut-buyut kami tidak tahu ada cerita penduduk lama di sini, ceritanya terputus. Baru tahu ada perumahan lama setelah penemuan harta karun itu," kata Karan (48) warga Cengal.
Oleh karena itu, warga berharap sejarah yang pernah ada di situ bisa diungkap dengan terang. Bagi mereka ada kebanggaan tersendiri karena bagian dari sejarah pra, masa, dan pasca Kerajaan Sriwijaya.
"Tapi bukan berarti memburu emas ditutup atau dilarang. Silakan meneliti, kami tetap memburu, intinya jangan saling ganggu," kata dia.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaMenelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaCatat! Ini Jam Rawan Kecelakaan Saat Liburan Akhir Tahun
Masyarakat diminta untuk berhati-hati dalam berkendara saat merayakan libur tahun baru.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Haru Sambil Taburkan Bunga, Mayjen Kunto Memperlihatkan Makam Anak Sulungnya yang Bernama Senin
Menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah, Mayjen Kunto dan Istri melakukan ziarah ke makam orangtua dan putra sulungnya.
Baca SelengkapnyaMenjelajahi Zaman Es di Dataran Tinggi Magetan, Bermain Hujan Salju hingga Kenalan dengan Hewan Purba
Pada momen libur Natal dan Tahun Baru, setiap hari sekitar 3.000 pengunjung asyik bermain hujan salju.
Baca SelengkapnyaCatat! Ruas Jalan Ditutup dan Dialihkan Saat Perayaan Malam Tahun Baru 2024 di Jakarta
Khusus di Jalan Jenderal Sudirman - MH Thamrin, penutupan jalan dilakukan mulai hari ini, Minggu (31/12) dari pukul 19.00 Wib sampai Senin (1/1) pukul 01.00 Wib
Baca SelengkapnyaSegini Santunan dari Pemerintah untuk Korban Meninggal Kecelakaan KA di Cicalengka
Besaran dana santunan ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No.15 Tahun 2017.
Baca Selengkapnya21 Januari: Peringatan Hari Pelukan Nasional, Berikut Sejarah dan Tujuannya
Hari Pelukan Nasional dirayakan setiap tahun pada tanggal 21 Januari.
Baca SelengkapnyaWarga Jakarta Mulai Padati Kawasan Bundaran HI jelang Perayaan Tahun Baru
Pemprov DKI Jakarta bakal menggelar perayaan malam tahun baru menuju 2024 di kawasan Bundaran HI
Baca Selengkapnya