Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Astana Giribangun, makam agung trah Tien Soeharto

Astana Giribangun, makam agung trah Tien Soeharto Makam Mangkunegaran. merdeka.com/Parwito

Merdeka.com - Dalam masyarakat dan kerajaan Jawa, filosofi berbakti kepada leluhur adalah wajib hukumnya. Apalagi terhadap leluhur pendahulunya yang telah 'suargi' atau meninggal dunia. Maka tidak heran, keberadaan dari jejak makam raja-raja Jawa mencerminkan betapa pentingnya menghormati orang yang telah meninggal dunia sesuai dengan 'trah' atau silsilah dalam keluarga.

Di dunia kejawen, hierarki bahasa sangat penting makna dan penerapanya antara 'kawulo' (rakyat) dengan raja atau bangsawan. Antara orang tua dengan anaknya dan antara teman dengan temannya. Tidak hanya dari segi bahasa yang digunakan, namun mulai dari cara bersikap hingga meninggal dunia pun masyarakat Jawa memiliki kelas-kelas yang berbeda.

Dari segi berbicara, orang Jawa menggunakan bahasa dengan hierarki mulai dari paling halus atau tinggi adalah bahasa Kedaton, Krama Inggil, Krama Madya, Krama Deso, Krama Gunung dan Ngoko yang merupakan bahasa yang paling kasar.

Demikian juga dengan keberadaan makam atau kuburan. Pada tingkatan tertinggi kuburan disebut 'Astana' (bahasa Kedaton untuk keluarga keraton), 'Pasareyan' (bahasa krama inggil untuk golongan priyayi), 'Makaman' (bahasa Jawa Krama Madya bahasa bagi rakyat kota), 'Jaratan' (bahasa Jawa Krama bagi orang desa), 'Kramatan' (bahasa Jawa Krama Gunung bagi masyarakat sekitar pegunungan), dan 'Kuburan' (bahasa Jawa Ngoko yang merupakan bahasa paling kasar) yang sering disebut bahasa jalanan.

Kompleks Astana Giribangun merupakan makam megah di lereng barat Gunung Lawu. Tepatnya terletak di Desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jateng. Sekitar 40 kilometer arah timur kota Solo.

Makam megah itu memiliki dua bagian. Bagian pertama adalah Astana Mangadeg yang merupakan makam raja Mangkunegara dan Astana Giribangun yang merupakan makam Siti Hratanti atau akrab dipanggil Ibu Tien beserta Presiden kedua Soeharto.

Makam itu dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Istana Mangkunegaran, salah satu pecahan dinasti Mataram. Yang merupakan Raja Mangkunegoro III (sebutan Jawa Mangkunegoro III) keturunan Raja Mataram Panembahan Senopati.

Pemilihan posisi Astana Giribangun berada di bawah Astana Mangadeg sebagai bentuk penghormatan anak cucu kepada para penguasa Kerajaan Mangkunegaran. Ibu Tien Soeharto mengaku keturunan Raja Mangkunegoro III. Giribangun disebut sebagai makam yang dikhususkan untuk keluarga Mangkunegaran XII atau yang terakhir.

Bangunan megah makam (Astana) ini mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1976 ditandai dengan pemindahan abu jenazah Soemaharjomo (ayahanda Tien Soharto) dan Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien), yang keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Utoroloyo. Kompleks makam keluarga besar keturunan Mangkunegaran yang berada di Kota Solo, Jateng.

Sebelum dibangun Astana Giribangun, telah berdiri kompleks pemakaman keluarga Putra Mangkunegaran, yaitu Astana Mangadeg. Salah satu yang dimakamkan disini adalah Kanjeng Pangeran Adi Pati Arya Sri Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo.

Astana Giribangun ini terletak tepat di bawah Astana Mangadeg yang berfilosofi dan bermakna bahwa masih terdapat garis keturunan antara Sri Hartinah (Bu Tien) dengan keluarga Mangkunegaran III. Astana Giribangun dibangun tahun 1974, dan diresmikan pada hari Jumat Wage, tanggal 23 Juli 1976.

Jika Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (dpl), maka Astana Giribangun terletak lebih rendah ketinggianya pada 666 meter dpl. Yang menurut orang Jawa disebut sebagai trah atau silsilah menurut derajat atau kelas pada garis keturunanya. Kedua makam ini, masih berhubungan dengan dibuktikan keberadaan lorong yang mempunyai makna hubungan antara anak, cucu, cicit dan keturunanya lain.

”Ada jalan atau lorong tembus yang menghubungkan kedua kompleks Bahkan Giribangun disebut sebagai makam yang dikhususkan untuk keluarga Mangkunegaran yang makam itu. Lorong itu hanya boleh dilewati orang-orang tertentu dan hari-hari tertentu pula,” ungkap Sukirno sang juru kunci Astana Giri Bangun.

Astana Giribangun berada di atas bukit dibangun dengan mengadopsi model bangunan rumah khas jawa, yaitu joglo. Astana yang memiliki luas sekitar 200 m2 ini, terbagi ke dalam tiga cungkup (bagian makam sesuai trah (silsilah keluarga) yang masing-masing bernama Cungkup  Argosari, Cungkup Argokembang, dan Cungkup Argowutuh.

Cungkup Argosari memiliki luas 81 meter persegi merupakan Bangunan utama dan berada di dalam ruangan tengah. Bangunannya dilindungi cungkup rumah bentuk joglo beratap sirap dengan dinding rumah dari kayu berukir. Di ruang tersebut ada  makam lima badan. Saat ini, makam Ibu Tien Suharto berada paling timur. Tepat di sebelahnya Soeharto. Di tengahnya terdapat makam pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien).

Empat tiang utama di dalam Cungkup Argosari ini terbuat dari beton yang dihiasi dengan lapisan kayu ukiran asal Jepara. Selain itu, pada dasar tiang tersebut juga dihiasi dengan cincin-cincin yang terbuat dari logam kuningan yang kilaunya mirip dengan emas. Sedangkan lantainya terbuat dari marmer buatan Tulungagung, Jatim.

Di Cungkup Argosari juga terdapat emperan seluas 243 meter persegi. Emperan itu direncanakan untuk makam 12 badan. Rencananya untuk anak-anak dan para menantu Soeharto. Selain emperan, ada pula selasar

cungkup seluas 405 meter persegi. Selasar itu terdapat areal untuk 48 badan. Selasar ini untuk makam penasihat, pengurus harian serta anggota pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman itu.

Bagian yang berada di luar lokasi utama adalah Cungkup Argokembang seluas 567 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 116 badan. Yang dapat dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang dianggap berjasa kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk dimakamkan di astana tersebut.

Pada bagian terluar adalah Cungkup Argotuwuh seluas 729 meter persegi tersedia tempat bagi 156 badan. Seperti halnya Cungkup Argo Kembang, yang berhak dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang mengajukan permohonan. Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara.

Sisi selatan astana Giribangun ini berbatasan langsung dengan jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah berhulu di obyek wisata air terjun Tawang Mangu. Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.

Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya seperti;  masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto ziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga.

Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas. Di masa Soeharto berkuasa, di areal ini terdapat puluhan kios pedagang yang berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Namun kini di tempat itu tidak diizinkan lagi menjadi tempat berjualan dengan alasan keamanan dan ketenangan Kompleks Astana Giribangun.

Pada akhir pekan dan musim libur, biasanya makam ini selalu dikunjungi oleh para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Sebab di sekitar Astana Giribangun terdapat pemandangan alam yang indah, taman-taman yang menghijau serta suasana rindang dan sejuk.

Dari komplek pemakaman ini, pengunjung juga dapat melihat hamparan sawah yang menghijau. Untuk menuju Astana Giribangun, pengunjung harus melewati jalan berundak-undak yang berkelok-kelok dan menanjak.

(mdk/war)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejumlah Tokoh Nasional Hadiri Pemakaman Sesepuh Jabar Solihin GP

Sejumlah Tokoh Nasional Hadiri Pemakaman Sesepuh Jabar Solihin GP

Mantan Gubernur Jawa Barat, Letnan Jenderal (Purn) Solihin Gautama Purwanegara (GP) meninggal dunia pada Selasa (5/2).

Baca Selengkapnya
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Kandangan Jawa Barat, Siap Tampil pada HUT RI ke-78 di Istana Merdeka

Mengenal Tari Kandangan Jawa Barat, Siap Tampil pada HUT RI ke-78 di Istana Merdeka

Pemerintah Provinsi Jawa Barat siap mengirimkan keikutsertaan Tari Kandangan pada 17 Agutus di Istana Merdeka

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tersisa 6 Bulan, Begini Rupa Pembangunan IKN Nusantara yang Bakal Gelar HUT RI Ke-79

Tersisa 6 Bulan, Begini Rupa Pembangunan IKN Nusantara yang Bakal Gelar HUT RI Ke-79

Tampak beberapa gedung inti pemerintahan yang kian menunjukkan bentuknya.

Baca Selengkapnya
Begini Sejarah Lengkap Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta, Digagas Era Soekarno dan Soeharto

Begini Sejarah Lengkap Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta, Digagas Era Soekarno dan Soeharto

Rencana untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta tersebut urung terwujud di era Presiden Soekarno.

Baca Selengkapnya
Gagasan 40 Kota Selevel Jakarta ala Cak Imin, Timnas AMIN Beberkan Sumber Anggarannya

Gagasan 40 Kota Selevel Jakarta ala Cak Imin, Timnas AMIN Beberkan Sumber Anggarannya

Timnas Amin menilai kota selevel Jakarta baru ada lima sehingga kota-kota lain perlu diprioritaskan pembangunannya daripada anggaran dihabiskan untuk IKN.

Baca Selengkapnya
Pernah Lihat Atap Gedung Bertuliskan Allah di Jalan Simatupang Jaksel? Ternyata ini Isi di Dalamnya

Pernah Lihat Atap Gedung Bertuliskan Allah di Jalan Simatupang Jaksel? Ternyata ini Isi di Dalamnya

Potret isi dari puncak gedung menara 165 yang sangat ikonik di Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya
Ada di Mana Soeharto Saat  Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?

Ada di Mana Soeharto Saat Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?

Ini kesaksian Soeharto saat revolusi terjadi. Apa yang sedang dikerjakannya?

Baca Selengkapnya
Kisah Albertus Soegijapranata, Uskup Agung Pribumi yang Meyakinkan Vatikan untuk Akui Kemerdekaan RI

Kisah Albertus Soegijapranata, Uskup Agung Pribumi yang Meyakinkan Vatikan untuk Akui Kemerdekaan RI

Sosok Albertus Soegijapranata pernah berdiplomasi dengan Vatikan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya