ASN Jadi Pemasok Senjata KST Papua, Diduga karena Motif Bisnis atau Ideologi

Merdeka.com - Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Zaki Mubarak menduga ada dua kemungkinan yang membuat seorang bisa bergabung ke dalam Kelompok Separatis Teroris (KST) di Papua. Hal itu menyusul ditangkapnya salah satu Aparatur Sipil Negara (ASN) berinisial ES yang diduga terlibat sebagai pemasok senjata api untuk KST.
"Motifnya bisa dua hal: bisnis atau ideologis. Jika bisnis, berarti hanya sekedar cari untung. Harga yang diberikan KST lumayan menggiurkan," kata Zaki saat dihubungi merdeka.com, Jumat (24/9).
Karena, Zaki menilai bila KST di Papua memiliki finansial yang cukup baik dari hasil pengamanan berbagai proyek. Sehingga untuk mendapat senjata tidak terlalu sulit, sebagian bisa dari wilayah bekas konflik di Maluku dan Poso, maupun senjata-senjata selundupan dari Filipina.
Sedangkan untuk faktor kedua, lanjur Zaki, adalah faktor ideologis. Seperti ditangkapnya ES, meski sebagai ASN namun dia menduga kalau ideologinya bukan pada NKRI melainkan Papua Merdeka.
"Orang-orang seperti ini bisa manfaatkan posisinya sebagai PNS untuk membantu KST, baik dari segi finansial, jaringan, termasuk mensuplai senjata. Jika motifnya idelogis, tentu lebih mengkhawatirkan dan berbahaya," terangnya.
Oleh sebab itu, Zaki mendorong agar aparat segera menggali dan memastikan motif dari ES yang kedapatan terlibat menjadi pemasok senjata api ke KST. Termasuk dari mana dia mendapatkan suplai senjata tersebut.
Karena dia menyakini kalau ES tidak bergerak sendirian dalam menjalankan bisnis senjata ilegal tersebut. Sehingga banyak kemungkinan yang bisa melatarbelakangi sampai ES berani membelot ke KST.
"Ada berbagai kemungkinan. Jika di TNI saja, yang sudah mendapatkan pendidikan keras soal wawasan kebangsaan, bisa membelot apalagi Akan yang relatif longgar," katanya.
Pasalnya, bagi aparat-aparat desa di wilayah konflik selalu dalam posisi yang sulit. Mereka harus melakukan pilihan- pilihan yang penuh risiko, termasuk juga bisa dialami ES. Dimana bila dianggap terlalu pro NKRI dan berpartisipasi memburu anggota KST, pasti akan dianggap musuh oleh yang KST.
"Keselamatannya bisa terancam kapan saja. Sebaliknya jika mereka pasif atau terkesan membantu KST, tentu saja kan mendapat tekanan dari aparat keamanan Indonesia. Biasanya di desa-desa yang intensitas konflik tinggi mereka akan cenderung menghindari risiko," sebutnya.
"Secara formal mendukung NKRI tetapi tidak konfrontatif terhadap gerakan KST. Ini bisa dipahami karena kemampuan TNI dan Polri juga sangat terbatas dalam melindungi keselamatan aparat-aparat di desa atau daerah-daerah yang rawan konflik itu. Kehadiran aparat keamanan di daerah itu juga tidak intensif," tambahnya.
Sebelumnya, ES, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Yahukimo, Papua ditangkap karena diduga menjadi pemasok atau penyuplai senjata api ke Kelompok Separatis Teroris (KST) di wilayah itu. Polisi masih mendalami lebih jauh keterlibatan ES. Adapun penyelidikan yang dilakukan dengan memeriksa laptop maupun ponsel milik ES.
"Masih didalami untuk pemeriksaan lebih lanjut, karena hasil pemeriksaannya dia masih lari-lari (berkilah). Kita sudah lihat sebagian file yang ada pada laptop dan handphone yang bersangkutan," kara Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal, saat dihubungi merdeka.com, Jumat(24/9).
Dari pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan sejumlah file yang disimpan ES sebagai data perhitungan peluru maupun barang-barang lainnya.
"Ya, kita sedang cari tahu waktu dia menghitung peluru dan sebagainya," katanya.
Kamal menegaskan, pihaknya akan kembangkan adanya dugaan pihak-pihak lain yang terlibat dengan ES dalam kasus pemasok atau penyuplai senjata api kepada KST.
"Iya, penyidik akan bongkar isi laptop dan hp. Dari situ akan terlihat siapa saja dia berkomunikasi dengan siapa aja dia transaksi," jelasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Jenderal Maruli Diskusi dengan Jokowi soal Papua, Singgung Perang Gerilya Rebut Hati Rakyat
Jenderal TNI Maruli Simanjuntak sudah bicara dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai situasi di Papua.
Baca Selengkapnya

Disdik Ungkap Alasan Guru Honorer di SDN Malaka Jaya Duren Sawit Terima Gaji Rp300 Ribu Per Bulan
Guru tersebut ingin mengajar sebagai bentuk pengabdian dan pelayanan
Baca Selengkapnya

Bertemu Uskup Agung Merauke, Ganjar Pranowo Dapat Masukan Bebaskan Papua dari Konflik dan KKB
Ganjar Pranowo menemui Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC di Merauke, Papua Selatan.
Baca Selengkapnya

Guru SDN Malaka Jaya 'Irit' Bicara Soal Laporan Gaji Honorer Dipotong
guru agama Kristen di SDN Malaka Jaya 10, Duren Sawit, Jakarta Timur, terpaksa menelan nasib pahit
Baca Selengkapnya

Istri Ungkap Isi Komunikasi Terakhir dengan Kopda Dwi Bekti Probo yang Gugur Ditembak KKB
Komunikasi terakhir itu dilakukan Kopda Probo melalui fasilitas panggilan vide.
Baca Selengkapnya

Gugur Ditembak KKB, Kopda Dwi Probo Baru Lima Bulan Tugas di Papua dan Tinggalkan Anak Usia Satu Bulan
Jenazah Kopda Dwi Probo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kota Madiun, Jawa Timur, Senin (27/11) kemarin.
Baca Selengkapnya

Tempat Penuh Memorable, Alasan Anies Mulai Kampanye di Kampung Tanah Merah Jakarta Utara
Tanah Merah punya sejarah dan hubungan emosional dengan Anies Baswedan.
Baca Selengkapnya

Empat Prajurit TNI Gugur Ditembak KKB di Nduga Dapat Kenaikan Pangkat dan Santunan Rp500 Juta
Jenazah anggota Satgas Yonif Mekanis Raider 411/Pandawa Kostrad itu sudah dievakuasi ke kampung halaman masing-masing.
Baca Selengkapnya

Ini 8 Rekomendasi Rakornas Relawan Ganjar-Mahfud Se-Pulau Jawa
Relawan Ganjar-Mahfud Md mengeluarkan rekomendasi pada Rakornas Organ Relawan Ganjar-Mahfud se-Pulau Jawa di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (27/11).
Baca Selengkapnya

Polisi Gerah Tawuran Warga di Manggarai Terus Terulang: Capek Kita, Kerja Sama Mereka Kurang
Segala upaya telah dilakukan secara preemtif untuk mencegah terjadi tawuran.
Baca Selengkapnya

Panglima TNI Jelaskan Kronologi Empat Prajurit Gugur Ditembak KKB, Jenazah Sudah Dibawa ke Kampung Halaman
Empat prajurit itu merupakan anggota Satgas Yonif Mekanis Raider 411/Pandawa Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad).
Baca Selengkapnya

PKS Keukeuh Jakarta Tetap Ibu Kota Negara, Ini Alasannya
PKS menggelar Kick Off Kampanye Nasional 2024 dengan meluncurkan program kampanye gagasan, salah satunya Jakarta tetap Ibu Kota Negara.
Baca Selengkapnya