Apakah drop out solusi tepat untuk RA, ayam kampus UIN Bandung?
Merdeka.com - Kasus RA, Mahasiswi UIN Bandung yang di-Dropout (DO) menuai pro kontra dari beberapa kalangan. Meski dikeluarkan karena dianggap mencemarkan nama baik, namun sebagian pihak menilai hal itu hanya akan membuat kehidupan RA menjadi semakin buruk.
Pengamat Politik dan Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Musni Umar mengatakan rasa tidak setujunya akan keputusan DO itu. Meski dirinya merasa prihatin, namun dia menilai RA tidak seharusnya dikeluarkan dari kampus UIN.
"Saya merasa prihatin ya, bagaimanapun dia belajar di kampus yang berlabel Islam. Seharusnya dia bisa menunjukkan dirinya sebagai mahasiswi Islam yang baik. Tapi dia juga tidak sepatutnya dikeluarkan, hanya diperingatkan saja," ujar Musni ketika dihubungi merdeka.com, Minggu (15/2).
Dia mengatakan seharusnya RA diberi pengarahan dan pendidikan lebih, terutama pengajaran tentang Aqidah Islam agar RA bisa bertaubat. Selain RA, orangtuanya pun harus diberi pengarahan untuk bisa merubah pribadi RA secara lebih dekat.
Musni, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Ibnu Khaldun, mengatakan orang-orang seperti RA tidak sepatutnya dijauhi, melainkan untuk diberi perhatian dari lingkungan yang baik.
"Kalau dari kalangan santri kan orang yang sudah melakukan perbuatan itu dianggap sudah berdosa. tapi bagaimanapun juga tidak usah dijauhi kan," tutur Musni.
Jika alasannya soal ekonomi, Musni mengatakan pihak UIN bisa memberinya beasiswa agar RA tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi. Lagipula, dalam kesehariannya, RA selalu mendapat nilai Indeks Prestasi (IP) diatas angka 3. Bahkan di kampus pun, RA dikenal sebagai mahasiswi yang rajin.
Musni menyadari bahwa men-DO mahasiswanya merupakan hak dari setiap kampus. Namun dengan adanya kasus ini, dampak buruk tidak hanya menimpa RA, melainkan juga menimpa Kampus UIN. UIN akan lebih dicap sebagai instansi yang tidak bisa mengajarkan Aqidah Islam dengan baik sehingga mahasiswinya bisa melakukan perbuatan asusila itu.
"Saya tetap tidak setuju kalau dia dikeluarkan. Dia justru akan kehilangan tempat berlindung, kehilangan teman, kehilangan orang yang menyayanginya. tidak menutup kemungkinan dia bisa semakin buruk lagi," tutup Musni.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Qonata, perempuan bermental baja menceritakan kisahnya saat berjuang mendapatkan beasiswa kedokteran di Rusia.
Baca SelengkapnyaPasalnya, kata Budi penonaktifan akan dilakukan langsung oleh Kemendagri.
Baca SelengkapnyaKeputusan menonaktifkan ETH ini berdasarkan hasil Rapat Pleno Yayasan pada hari Senin 26 Februari 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Faqih bercerita bahwa saat lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dia bergegas mendaftar menjadi anggota TNI. Usaha pertamanya, gagal.
Baca SelengkapnyaAtla mengaku banyak aktivitas memberinya pengetahuan nonakademik selama menjadi ajudan Ridwan Kamil.
Baca SelengkapnyaETH telah mengklarifikasi kepada penyidik Polda Metro Jaya terkait laporan dugaan pelecehan seksual terhadapnya.
Baca SelengkapnyaSempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaMahasiswa mengaku tak puas dengan putusan tersebut, yang hanya menonaktifkan ETH. Mereka menginginkan ETH dipecat tak hormat.
Baca SelengkapnyaKisah seorang ojol perempuan yang tiba-tiba rindu kuliah saat ngetem di kampusnya mendapat banyak sorotan warganet.
Baca Selengkapnya