Analisis Badan Geologi Penyebab Penurunan Tanah di Pantura Jateng
Merdeka.com - Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rita Susilawati mengatakan salah satu penyebab seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob ialah penurunan tanah. Selain karena adanya perubahan iklim.
Badan Geologi telah melakukan studi pemicu terjadinya penurunan tanah di Pantura Jawa Tengah. Hasil studi menunjukkan, penurunan muka tanah terjadi akibat konsolidasi alamiah.
"Penurunan muka tanah di Pantura Jateng lebih disebabkan karena karakteristik tanah atau batuannya (konsolidasi alamiah)," kata Rita, Selasa (31/5).
Rita menyebut, tanah pada 30 titik banjir rob di Pantura Jawa Tengah masuk kategori aluvial berusia muda. Artinya, tanah tersebut belum mengalami konsolidasi atau pemadatan. Selain itu, lokasi terkena banjir memiliki nilai indeks kompresibilitas yang tinggi.
"Hal ini mengandung arti, daerah yang mengalami kompresibilitas tinggi lapisan tanah akan lebih mudah mengalami pemadatan," ujar dia.
Penurunan Per Tahun
Menurut Rita, Badan Geologi telah melakukan monitoring penurunan tanah, seperti di Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Pekalongan. Hasil monitoring pada Maret 2020 hingga September 2021 menunjukkan, rata-rata penurunan tanah mencapai 5,6 cm per tahunnya."Ada memang beberapa wilayah kami mencermati ada yang memang 10 cm, ada yang 8,4 cm. Tapi rata-rata 5,6 cm per tahun," ucapnya.
Rita belum bisa mengaitkan penurunan tanah di Pantura Jawa Tengah dengan pengambilan air tanah. Sebab, data sementara menunjukkan dampak pengambilan air tanah di sejumlah lokasi berbeda-beda.
Dia mengambil contoh Pekalongan. Berdasarkan pengamatan pada 2010 dan 2020, pengambilan air tanah di wilayah tersebut tidak signifikan menyebabkan penurunan tanah.
"Tetapi sebaliknya di wilayah selatan, itu penurunan tanahnya rendah. Tetapi perubahan muka air tanahnya lebih besar," jelasnya.
Sementara di Semarang, pengambilan air tanah kemungkinan berpengaruh pada penurunan muka tanah. Namun demikian, menurut Rita, perlu penelitian lebih dalam untuk mengetahui dampak pengambilan air tanah terhadap penurunan muka tanah.
"Pengaruh penurunan muka tanah karena pengambilan air tanah masih membutuhkan studi komprehensif," tutup dia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
2 Tahanan Kabur dari Rutan Polsek Tanah Abang Ditangkap, Total 13 Orang Dijebloskan Kembali ke Bui
Mereka memotong teralis itu setelah mengetahui kondisi teralis besi ventilasi di kamar mandi yang sedikit terbuka.
Baca SelengkapnyaTemuan Badan Geologi Ungkap Penyebab Rentetan Gempa di Sumedang
Badan Geologi mengimbau untuk meningkatkan upaya mitigasi dan penataan ruang di kawasan rawan bencana gempa bumi.
Baca SelengkapnyaBadan Geologi Pantau Intensif Gunung di Sekitar Gunung Ruang, Deteksi Ada Peningkatan Kegempaan
Letusan eksplosif memunculkan fenomena alam kilatan petir vulkanik
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
98,6% Tanah Sudah Terdaftar, Dampak Ekonomi di Kota Tangerang Selatan Mencapai Rp20,5 T
Tujuan dari dilakukannya percepatan dalam hal pendaftaran tanah, di antaranya untuk memberikan kepastian hukum hak atas tanah masyarakat
Baca SelengkapnyaPerusahaan yang Bantu Hijaukan IKN Bisa Dapat Pengurangan Pajak 200 Persen
Otorita IKN Nusantara akan membangun kawasan hijau atau lindung seluas 177 ribu hektare.
Baca SelengkapnyaPVMBG: Gunung Semeru Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Awan Panas dan Lahar Bisa Mencapai 17 Km
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan kondisi Gunung Semeru saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaPunya Jalur Pendakian Terpanjang Kedua di Sumatra, Ini 4 Fakta Gunung Patah Bengkulu
Gunung Patah mempunyai medan pendakian yang sulit, tutupan hutan yang rapat akan menghambat perjalanan yang bisa berhari-hari.
Baca SelengkapnyaBukan Sembarang Batu, Pemandu Turis Temukan Fosil Buah Pinus Berusia 115 Juta Tahun di Pinggir Pantai
Tanaman purba ini berasal dari Zaman Greensand Bawah. ketika terjadi kenaikan air laut secara besar-besaran ke daratan.
Baca SelengkapnyaBegini Kondisi Gunung Semeru Setelah Erupsi Menurut Badan Geologi
Warga dilarang beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Baca Selengkapnya