Merdeka.com - Akademi Nasional Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah melangsungkan proses seleksi sidang pemilihan terpusat integratif penerimaan calon taruna-taruni yang dipimpin Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Dalam proses seleksi tahun ini, Andika Perkasa menyatakan jika dirinya telah mengubah sejumlah persyaratan dalam Peraturan Panglima TNI Tahun 2020 guna mengakomodasi kondisi remaja di Indonesia.

"Jadi kita menggunakan peraturan panglima TNI yang dimiliki tahun 2020 itu sudah saya lakukan perubahan perubahan yang sebetulnya lebih mengakomodasi," terangnya seperti dikutip dalam channel Youtube Jenderal TNI Andika Perkasa, Selasa (27/9).

Revisi perubahan yang dilakukan berkaitan dengan syarat tinggi badan, yang sebelumnya ialah 163 cm untuk pria dan 157 cm wanita. Kini menjadi 160 cm untuk pria sedangkan untuk wanita 155 cm.

Kemudian, terkait usia terhitung adanya toleransi tiga bulan lebih muda untuk calon taruna-taruni bisa mendaftarkan. Semula harus 18 Tahun, sekarang batas minimal usia yakni 17 Tahun 9 Bulan terhitung mulai tanggal dibuka pendidikan.

"Jadi saya sudah membuat revisi sedemikian rupa sehingga lebih mengakomodasi kondisi umum remaja di Indonesia itu yang paling penting," sebut Andika.

Pada kesempatan yang sama, Aspers Panglima TNI, Marsekal Muda TNI Kusworo menyatakan jika dalam proses seleksi semua calon taruna taruni dipastikan memiliki hak yang sama.

"Kalau dari background penerimaan taruna dan Taruni ini, secara umum. Semua punya kesempatan yang sama jadi tidak ada yang dibeda-bedakan yang terpenting adalah memenuhi persyaratan," ucap Kusworo.

Kusworo menjelaskan kesempatan yang sama bagi para calon taruna-taruni juga berlaku dengan adanya aturan baru persyaratan seperti perubahan tinggi badan dan batas minimal usia.

"Dari persyaratan yang ada memang di tahun ini ada sedikit perbedaan yang diterapkan. Saya rasa ini suatu terobosan yang bagus, membuka kesempatan toleransi," ucapnya.

Adapun dari perekrutan tahun 2022, terdapat total 804 calon taruna taruni yang terbagi menjadi 401 Akmil, 253 AAL, dan 150 AAU. Mereka berasal dari latar pekerjaan orang tua sebesar 51,11% dari TNI, 22,76% wiraswasta, dan PNS 8,58%.

Mereka semua telah merampungkan berbagai proses seleksi mulai dari penilaian aspek psikologi, mental ideologi, administrasi, hingga aspek kesehatan, untuk selanjutnya akan masuk ke penilaian akhir.

Seperti halnya Muhammad Faiz Ramadhan anak dari seorang ayah wiraswasta berharap jika dirinya bisa lolos menjadi l taruna akmil TNI Angkatan Laut

"Saya anak kedua dari dua bersaudara ayah saya bekerja sebagai tukang servis elektronik sedangkan ibu saya sebagai ibu rumah tangga. Untuk mamah sama ayah doakan di sini Faris lancar terus bisa menjadi taruna akademi Angkatan udara dan lulus," tuturnya.

Lalu, Lukas Ap seorang Putra Daerah asak Papua yang telah bercita-cita sejak SMA ingin masuk menjadi taruna TNI Angkatan Laut. Hal itulah menjadi dorongan dirinya untuk masuk ke akademi militer

"Untuk amah dan bapak di Papua, saya akan berusaha di sini sampai bisa saya pasti akan masuk ke akademi militer. Kami memang bukan dari keluarga tentara, tapi keluarga tentara akan terlahir dari saya," tuturnya.