Agum Gumelar: Intelijen kuat tapi belum terkoordinir dengan baik
Merdeka.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Agum Gumelar mengatakan, dalam membendung aksi terorisme, data dari intelijen bisa diandalkan. Dia pun menuturkan, intelijen dari berbagai instansi sangat kuat, terlepas beberapa kejadian aksi teror belakangan terakhir.
"Intelijennya kuat di masing-masing (instansi). BIN-nya kuat, BAIS-nya kuat, intel polisinya kuat, tapi belum terkoordinir dengan baik. Ini mungkin ada suatu upaya mengkoordinir intel ini, supaya menjadi satu kesatuan intelijen yang baik di pemerintahan dan bisa bertindak tepat dan terukur," ucap Agum di Jakarta, Selasa (22/5).
Dia menegaskan, mekanisme kerja dari intelijen yang memang harus diubah. Agum menyatakan tidak ada yang kecolongan, menyusul masih banyak WNI yang dari Suriah bisa lolos kembali ke tanah air. Menurutnya tak gampang mengawasi mereka.
"Pengawasan susah. Memang ada masukan ke saya, terhadap WNI yang ke Suriah, ke Irak untuk mendukung gerakan ISIS, yang sudah teridentifikasi, cabut saja paspornya. Ini masukan ke saya. Apakah masukan itu bisa dibenarkan atau tidak. Itu perlu dipertimbangkan dan saya rasa perlu dicabut paspornya itu sebagai konsekuensi melanggar hukum dan mengkhianati bangsa dan negara," ujar Agum.
Disisi lain, dia menilai, pelibatan komando operasi khusus gabungan (Koopsusgab) jangan dipermanenkan, melainkan situasional. "Mungkin situasional ya itu menurut saya," ungkap mantan Komandan Kopassus itu.
Agum juga menyebut pihak Kepolisian yang akan berada di depan atau memegang komando dalam pemberantasan terorisme. Pelibatan TNI cukup melihat kondisinya, diperlukan atau tidak.
"Seperti Tinombala, itu kan kendali operasi di polisi, tapi dilibatkan Kostrad dan petugas organik TNI. Dalam menghadapi teror pun harus seperti itu," pungkasnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baru Dibentuk Presiden Jokowi, Badan Karantina Indonesia Jadi Garda Terdepan Hadapi Neo Terorisme
Barantin memegang peran strategis perlindungan sumber daya hayati dari ancaman hama penyakit, hewan, ikan, dan tumbuhan berbahaya.
Baca SelengkapnyaRespons Istana Soal Kabar Jokowi Jadi Kader Sejak Tahun 1997 dan Ketum Golkar
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menyebut, desas-desas Jokowi akan menjadi ketum parpol sudah lama digulirkan.
Baca SelengkapnyaGibran Jawab Isu Dirinya dan Jokowi Bergabung ke Golkar
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto merespons baik terkait kemungkinan Presiden Jokowi masuk ke partainya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jelang Pencoblosan, Prabowo: Kami Adalah Penerus Jokowi
Saat berada di dalam kabinet, mantan Danjen Kopassus ini menyatakan Jokowi tidak pernah istirahat.
Baca SelengkapnyaJelang Hari Tenang, PKS Serukan Kepada Pendukung AMIN Jaga Basis Jawa Barat
Jika tren angka 51,8 persen Prabowo-Gibran terus naik maka potensi satu putaran cenderung meningkat.
Baca SelengkapnyaKubu Anies-Muhaimin Serahkan Kesimpulan Sengketa Pilpres, Harap Putusan Hakim MK Tak Sebatas Hasil Selisih Suara
Tim Hukum AMIN menilai Prabowo-Gibran tidak dapat ditetapkan sebagai calon presiden-wakil presiden apabila gugatan sengketa Pilpres 2024 dikabulkan MK.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi: Data Penerima Bantuan Pangan Bulog Ditambah 8 Persen
Presiden Jokowi menyampaikan kenaikan jumlah penerima bantuan untuk alokasi mulai awal tahun 2024 sebesar 8% dari data penerima sebelumnya.
Baca SelengkapnyaReaksi Santai Ganjar Jika Jokowi Turun Gunung Kampanye
Jokowi sebelumnya mengatakan seorang presiden dan wakil presiden diperbolehkan berkampanye sesuai undang-undang.
Baca SelengkapnyaIsu Presiden Jokowi Titip Nama Menteri, Gibran: Keputusan di Prabowo
Gibran menampik jika Presiden Joko Widodo menitipkan nama di kabinte pemerintahan selanjutnya.
Baca Selengkapnya