6 Hal yang masih gelap dari kasus tabrakan maut BMW

Merdeka.com - Meski Rasyid Amirullah Rajasa sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam tabrakan maut di Tol Jagorawi, kasus ini masih terkesan buram. Terlalu banyak fakta yang hilang atau terkesan disembunyikan dalam kasus yang menimpa anak Menko Perekonomian Hatta Rajasa ini.

Polisi sendiri berjanji akan mengusut kasus tersebut secara profesional dan tidak pandang bulu. Polisi juga berjanji tidak akan memberikan perlakuan istimewa kepada Rasyid Rajasa.

"Tidak ada perlakukan istimewa yah. Yang bersangkutan menjalani proses hukum sebagaimana mestinya, Pak Hatta pun juga sudah menyerahkan proses hukum yang bersangkutan kepada polisi," Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/1).

Namun hal itu terkesan hanya lipstik belaka. Hingga kini banyak fakta yang belum terungkap dalam kasus kecelakaan yang menewaskan dua orang itu.

Berikut enam fakta yang masih gelap dalam kasus kecelakaan BMW maut tersebut:

Sopir Luxio tak diketahui keberadaannya

Rasyid Rajasa mengemudikan BMW SUV X5 B 272 HR menabrak mobil Daihatsu Luxio di Tol Jagorawi. Dua orang tewas akibat kecelakaan yang terjadi pada Selasa (1/1) pagi tersebut.Namun hingga saat ini keberadaan sopir Luxio, Frans Sirait masih gelap. Padahal sopir Luxio tersebut adalah salah satu saksi kunci kecelakaan pada pagi hari itu. Polisi yang sudah memeriksa sopir Frans juga terkesan menyembunyikan keberadaannya dari awak media."Sudah kembali ke rumahnya di Ciawi," ujar Rikwanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis (3/1).Namun Rikwanto menghindar ketika ditanya lebih detail mengenai alamat tinggal Frans Sirait. "Ya pokoknya di suatu tempat di Ciawi. Pokoknya di Ciawi," ujar Rikwanto dengan nada tinggi.Benarkah Frans masih hidup?

Pria berbadan tegap masih misterius

Beberapa pria berbadan tegap mendatangi RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (1/1). Entah apa maksudnya, namun salah satunya berusaha mengambil jenazah korban tewas kecelakaan di Tol Jagorawi, Rehan.Pria berbadan tegap mendekati ayah Rehan, Eman (38) warga Sukabumi. Setelah didekati pria berbadan tegap tersebut, Eman pun langsung mengunci mulutnya rapat-rapat kepada media.Merdeka.com sempat menanyakan perihal keberadaan pria-pria berbadan tegap itu kepada Hatta Rajasa. Saat itu Hatta melangkah pergi dari rumahnya menuju mobilnya untuk mengunjungi rumah duka di Jembatan Besi, Jakarta Barat.Hatta terus berjalan ke arah mobilnya dan tidak menghiraukan pertanyaan merdeka.com, soal keberadaan pria berbadan tegap itu. Namun beberapa langkah kemudian Hatta membalikkan badan dan mengarah ke merdeka.com."Saya gelar jumpa pers ini untuk menjawab pertanyaan media," ujar Hatta ketus Selasa (1/1) malam lalu.

Rasyid dirawat di VVIP RSPP

Atas permintaan keluarga, Rasyid Rajasa dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Polri mengaku tidak bisa mencegah keinginan keluarga Menko Perekonomian itu agar Rasyid dirawat di ruang VVIP RS elit itu."Itu keluarga yang memilih, bukan kami. Yang pasti kita menjalani proses hukum secara profesional. Masalah penyidikan nanti penyidik yang akan menentukan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Kamis (3/1).Menurut ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Azas Tigor Nainggolan, Rasyid seharusnya juga dirawat di RS Kramatjati, bersama korban lainnya. Polisi terkesan mengistimewakan Rasyid dengan memperbolehkan anak Ketum PAN itu dirawat di RSPP."Kalau Rasyid tidak ditahan dan tidak dirawat di RS Polri maka Afriani dan Novi Amelia bisa menggugat karena bertindak diskriminatif," ujar Tigor.

Preman halangi demo di kantor Hatta

Sekitar sepuluh preman terlibat keributan dengan aparat kepolisian di Kantor Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Preman tersebut, diduga orang suruhan Staf Khusus Menko Abdullah Rasyid. Preman tersebut mengeluarkan tantangan dan kalimat umpatan pada polisi. Keributan bermula saat puluhan mahasiswa melakukan demo di Kantor Menko Perekonomian meminta pengusutan kasus tabrakan maut. Demo tersebut rupanya mendapat tandingan dari preman-preman bayaran. Puluhan preman menyuruh pendemo untuk membubarkan diri dengan kata-kata kasar. Saat demo selesai, polisi segera bergerak menciduk empat kawanan preman tersebut yang disinyalir sebagai provokator."Mereka melawan petugas, menantang sambil buka baju," ujar Kapolsek Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kompol JR Sitinjak  di lokasi kejadian, Jakarta, Kamis (3/1). Rasyid membantah bila preman-preman yang menantang polisi itu adalah orang suruhannya. Menurut Rasyid, mereka bukan preman melainkan kerabatnya yang ingin mengamankan jalannya demo."Anak-anak dateng, kok demo-demo tidak diapa-apain tapi didorong sama polisi," ucapnya.

Benarkah Rasyid alami gangguan psikis?

Pengamat Hukum Pidana Margarito mempertanyakan perihal pernyataan dokter RSPP yang menyatakan bahwa putra bungsu Hatta itu mengalami gangguan psikis. Menurut Margarito, pernyataan tersebut adalah suatu hal yang sangat tidak masuk akal."Orang gangguan psikis kok bawa mobil, jadi orang gangguan psikis mau bertanggung jawab?" tanya Margarito, Kamis (3/1).Oleh karena itu, dia menduga ada kejanggalan dan keterangan dokter itu harus dipertanyakan. "Kalau orang gila memang tidak bisa dipidanakan, saya kira keterangan dokter patut dipertanyakan," tandasnya.

Mobil BMW X5 tak terdaftar di KPK

Putra bungsu Hatta Rajasa, Rasyid Amirullah Rajasa mengemudikan BMW SUV X5 dan menabrak Daihatsu Luxio yang menyebabkan dua orang tewas. Namun ternyata mobil yang dikemudikan Rasyid tersebut belum terdaftar di LHKPN KPK. Seperti diketahui Hatta Rajasa terakhir melaporkan harta kekayaannya pada 27 Juli 2012 ke KPK. Namun KPK baru merilis jumlah harta Ketua Umum PAN tersebut pada 4 september 2012.Dari penelusuran, merdeka.com, Kamis (3/1) mobil BMW X5 B 272 HR tersebut tidak dimasukan dalam laporan tersebut. Bahkan, 2 mobil Hatta yakni Toyota Land Cruiser dan Audi sempat tercatat dalam LHKPN Hatta per tanggal 23 November 2009 di tahun 2012 juga tidak dicantumkan.Total harta Hatta terakhir yakni senilai Rp 16,955 miliar. Kekayaan Hatta terdiri dari atas Harta tidak bergerak dan harta bergerak.