3 Fakta penyebab wilayah Petobo tak bisa lagi dihuni setelah 'ditelan bumi'
Merdeka.com - Wilayah Petobo Palu, Sulawesi Tengah hancur parah setelah diguncang gempa 7,4 SR pada Jumat (28/9) lalu. Ditambah lagi lumpur hitam setinggi 5 meter makin memorak-porandakan bangunan dan rumah warga.
Tak ada yang tersisa di wilayah tersebut. Warga yang selamat hanya bisa pasrah harus kehilangan tempat tinggal serta sanak saudara. Petobo kini tak bisa lagi dihuni akibat bencana tersebut. Berikut penyebab Petobo tak bisa dihuni lagi:
Medannya tak bisa dipakai lagi
Kelurahan Petobo merupakan salah satu wilayah yang mengalami kerusakan parah akibat gempa Palu 7,4 SR. Apalagi wilayah ini juga dihantam oleh lumpur hitam saat terjadi bencana gempa.
Kehancuran Petobo membuat wilayah ini tak bisa lagi dihuni sehingga warga harus direlokasi. Penyebabnya adalah medan di Petobo tidak bisa dipakai lagi. "Petobo itu sudah nggak bisa dipakai lagi. Harus relokasi karena memang medannya, fondasi, dan geologinya sudah tidak bisa dipakai lagi," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, di RS Wirabuana, Palu.
Terjadi penggemburan lapisan tanah pasir
Wilayah Petobo tersapu bersih akibat gempa dan hantaman lumpur hitam. Terdapat 2.050 unit bangunan di Petobo rusak sehingga tak bisa dihuni lagi oleh warga. Wilayah Petobo memang mengalami likuifaksi atau penggemburan lapisan tanah pasir akibat guncangan gempa berkekuatan lebih dari 6 magnitudo.
Kondisi permukaan air tanah yang dangkal membuat kekuatan lapisan tanah pasir hilang seolah mencair.
180 Hektare hancur
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut wilayah yang 'ditelan bumi' itu mencapai 180 hektare dari total luas keseluruhan Petobo sekitar 1.040 hektare. Seluruh bangunan dan rumah warga rata dengan tanah. Akses jalan pun rusak parah, terlebih lagi aspal-aspal retak dan hancur tak bersisa. Hanya segelintir orang yang selamat dari peristiwa ini.
"Dalam proses evakuasinya, kita mengerahkan juga alat berat untuk membantu dalam proses dan medan memang cukup sulit ini karena bangunannya terseret oleh lumpur likuifaksi, kemudian ditenggelamkan dalam area luas 180 hektare, di permukaan sudah tidak kelihatan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit
Mayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca SelengkapnyaMeninggal Dunia, Balita Dipatuk Kobra Saat Masukkan Tangan ke Lubang
Peristiwa memilukan itu terjadi minggu petang sekitar pukul 18.30 WIB.
Baca SelengkapnyaHeboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka
Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penyebab Mengapa Ketiak Berbau Tak Sedap saat Bangun Tidur
Pada saat kita bangun tidur, berbagai hal mungkin terjadi pada diri kita termasuk munculnya bau ketiak yang tak sedap.
Baca SelengkapnyaTak Terima Ditegur karena Bawa Pacar ke Rumah, Pemuda di Maros Tega Bunuh Kakak Kandung
Seorang pemuda di Maros, Sulawesi Selatan, MA (22) gelap mata setelah ditegur karena membawa pacarnya ke rumah. Dia tega membunuh kakak kandungnya AA (31).
Baca SelengkapnyaKisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan
Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca Selengkapnya5 Fakta Probolinggo Darurat Demam Berdarah, Kasus Capai 993 Sebanyak 12 Orang Meninggal
Kasus demam berdarah di Probolinggo merupakan yang tertinggi di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSatu Keluarga Tertimpa Tembok Runtuh di Jaksel Saat Lagi Tidur, Empat Orang Terluka
Tiba-tiba tembok tetangga yang lebih tinggi runtuh dan menimpa rumah Suyoto
Baca Selengkapnya20 Petugas Pemilu di Bali Jatuh Sakit, Satu Orang Meninggal Dunia
Sebanyak 20 orang petugas penyelenggara Pemilu 2024 di Bali jatuh sakit.
Baca Selengkapnya