Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

14 Santriwati Ponpes di Tangerang Sesak Napas Diduga Keracunan Limbah Pabrik

14 Santriwati Ponpes di Tangerang Sesak Napas Diduga Keracunan Limbah Pabrik 14 Santriwati Ponpes Nurul Hikmah Sesak Nafas. ©2019 Merdeka.com/Kirom

Merdeka.com - 14 santriwati Pondok Pesantren putri Nurul Hikmah, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, mengalami sesak napas. Para santriwati itu diduga keracunan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari pabrik di Pasar Kemis, Tangerang, Kamis (29/8).

Rival, warga sekitar Pondok Pesantren Nurul Hikmah menerangkan, peristiwa keracunan tersebut terjadi semalam. Tiba-tiba, sejumlah santriwati di area pesantren merasakan sesak napas.

"Kejadian sebenarnya, Rabu (28/8) malam. Kejadian persis selepas hujan gerimis semalam. Lalu santriwati tiba-tiba merasakan sesak," ucap dia.

Warga menduga penyebab para santriwati mendadak sesak napas tersebut karena pencemaran udara dari salah satu pabrik di sekitar lokasi. "Dugaan warga akibat pencemaran lingkungan dari pabrik pengolahan limbah B3, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pondok," ucap dia.

Saat kejadian, warga dan pengurus Ponpes, langsung mengevakuasi para santriwati ke Puskesmas Pasarkemis. "Yang kemarin kami bawa itu ada 14 santri, sudah ditangani dari semalam," kata dia.

Polisi Selidiki Penyebab Santriwati Sesak Napas

Kepolisian masih mendalami penyebab belasan santriwati Pondok Pesantren Nurul Hikmah di Kampung Bugel RT01/01 Desa Pangadegan, Kecamatan Pasarkemis, Kabupaten Tangerang sesak nafas, mual dan pusing.

"Berdasarkan laporan, diindikasikan keracunan udara di Ponpes Nurul Hikmah, informasi indikasi sementara mereka (santriwati) mengalami gejala sesak nafas, mual dan pusing," kata Wak Polresta Tangerang, AKBP Komarudin, Kamis (29/8) di Ponpes Nurul Hikmah.

Namun lanjutnya, polisi masih akan mendalami penyebab hal tersebut, karena menurut Komarudin, jika sesak napas santriwati disebabkan karena pencemaran udara, maka warga disekitar lokasi juga harusnya terpapar.

"Ini kan tidak, hanya santriwati di pesantren, itu dari mulanya 8 santri pada malam hari dan 6 santri pada pagi hari sehingga total 14 santriwati. Sementara jumlah santri ini ada sekitar 68," katanya.

Namun jika hal itu dipicu oleh hal lain seperti makanan yang dikonsumsi santri atau lainnya, lanjut Komarudin juga masih perlu penyelidikan. "Kalau dari dokter Puskesmas baru sesak nafas. Dokter juga belum berani menyimpulkan karena kalau dari udara harusnya lingkungan sekitar kena juga, termasuk kalau dari makanan, mungkin orang-orang yang makan. Sekiranya memang ada penyebab dari pabrik atau salah satu pasti akan kita dalami. Upaya mencari info, penyebab bau tidak sedap itu berasal dari mana itu akan kita dalami," tandas Waka Polresta Tangerang AKBP Komarudin.

Saat ini lanjutnya, jajaran Polresta Tangerang bersama Dinas Lingkungan Hidup Tangerang, telah mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti informasi tersebut.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, juga sudah melakukan pengambilan sejumlah sampel air, makanan dan sebagainya untuk diperiksa di laboratorium.

"Sejak semalam kita turunkan tim bersama DLH mengecek lokasi, termasuk aktivitas di sekitar lokasi. Kecurigaan sementara bau datang dari salah satu pabrik yang berjarak 1 kilometer. Lokasi ini padat penduduk yang seharusnya terpapar juga dari bau menyengat itu," kata dia.

(mdk/gil)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Nestapa Warga Pesisir di Padang, Takut 'Dicaplok' Pantai Air Manis

Nestapa Warga Pesisir di Padang, Takut 'Dicaplok' Pantai Air Manis

Daratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Anak di Surabaya Disiksa Ibu, Dipaksa Minum Air Panas hingga Dicabut Giginya Pakai Tang

Kisah Pilu Anak di Surabaya Disiksa Ibu, Dipaksa Minum Air Panas hingga Dicabut Giginya Pakai Tang

Seorang ibu di Surabaya menyiksa anak kandungnya sendiri yang masih berumur 9 tahun secara sadis.

Baca Selengkapnya
Pastikan Daging Aman Dikonsumsi Warga, Pemkab Banyuwangi Sidak Pasar dan RPH

Pastikan Daging Aman Dikonsumsi Warga, Pemkab Banyuwangi Sidak Pasar dan RPH

Petugas membawa beberapa alat untuk mengecek kondisi daging yang dijual oleh pedagang.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tiga Warga Tersengat Ikan Pari saat Asyik Berenang di Pantai Widuri, Satu Orang Pingsan

Tiga Warga Tersengat Ikan Pari saat Asyik Berenang di Pantai Widuri, Satu Orang Pingsan

Dari tiga orang tersebut, satu orang S (34) di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.

Baca Selengkapnya
Banyak Warga Buang Sampah di Pinggir Sungai, Pria Rembang Ciptakan Alat Pemusnah Sampah Ini

Banyak Warga Buang Sampah di Pinggir Sungai, Pria Rembang Ciptakan Alat Pemusnah Sampah Ini

Hasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.

Baca Selengkapnya
Penyiram Air Keras dan Pembacok Pedagang Semangka di Kramatjati Ditangkap!

Penyiram Air Keras dan Pembacok Pedagang Semangka di Kramatjati Ditangkap!

Pelaku ditangkap setelah kabur ke kediaman pamannya di Pamulang, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya
Belasan Pegawai Rumah Sakit Juga Keracunan Gas Amonia Pabrik Es di Tangerang, Alami Sesak Napas dan Mata Perih

Belasan Pegawai Rumah Sakit Juga Keracunan Gas Amonia Pabrik Es di Tangerang, Alami Sesak Napas dan Mata Perih

Polisi masih menyelidiki kasus dugaan kebocoran gas amonia dari pabrik es tersebut.

Baca Selengkapnya
Baru Coblos 2 Surat Suara, Nenek di Garut Meninggal di TPS Pasirwangi

Baru Coblos 2 Surat Suara, Nenek di Garut Meninggal di TPS Pasirwangi

Nenek diketahui tiba-tiba limbung saat hendak memilih calon di kertas ketiga lalu kemudian dinyatakan meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Dalih Sengatan Listrik di Pondok Pesantren

Dalih Sengatan Listrik di Pondok Pesantren

Penganiayaan yang menyebabkan santri meninggal dunia kembali berulang. Kali ini dipicu uang Rp10.000 dan pihak pesantren terkesan menutupinya.

Baca Selengkapnya