Cerita Sukses UMKM NTB: Modal Rp3 Juta Jadi Omzet Rp30 Juta Lewat BTPN Syariah
Hingga kuartal I 2025, bank ini telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp328 miliar.

Di tengah geliat usaha mikro dan kecil di Nusa Tenggara Barat, BTPN Syariah hadir sebagai mitra setia yang mendampingi para pelaku usaha dari awal hingga sukses. Hingga kuartal I 2025, bank ini telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp328 miliar kepada lebih dari 90 ribu nasabah di wilayah tersebut, mayoritas perempuan tangguh yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.
Dua sosok perempuan inspiratif yang merasakan langsung manfaat pembiayaan tersebut adalah Sukarni, pengusaha perhiasan mutiara, dan Maryati atau Ari, pelaku usaha kopi lokal. Keduanya menjadi contoh bagaimana akses keuangan yang inklusif dapat mengubah kehidupan dan menggerakkan ekonomi daerah.
Sukarni (51) memulai bisnis perhiasan mutiara bersama sang suami, Sadri, sejak 2012. Berbekal modal awal hanya sekitar Rp 1,82 juta (100 euro), Sadri awalnya berjualan secara keliling ke hotel-hotel di Senggigi, Lombok. Kini, mereka memiliki tiga toko di Senggigi dan Gili, dengan omzet harian mencapai Rp 2 juta hingga Rp 5 juta.
“Modal awal dari suami. Lalu saya ikut bantu jualan sejak 2012. Sekarang anak dan ipar juga terlibat,” ujar Sukarni.
Untuk menambah modal, Sukarni mengajukan pembiayaan ke BTPN Syariah. Awalnya hanya Rp 3 juta, lalu meningkat menjadi Rp 10 juta. Dana ini digunakan untuk membeli mutiara laut berkualitas tinggi, yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan mutiara air tawar.
“Pembiayaan ini sangat membantu. Prosesnya juga mudah. Sekarang omzet bisa lebih besar karena stok mutiara bertambah,” tambahnya.
Asyraf Coffee: Aroma Cita Rasa Lokal dari Tangan Ari

Berbeda dengan Sukarni, Ari (41) memulai usaha kopi setelah merasakan banyaknya permintaan kopi khas Lombok sebagai oleh-oleh saat mudik ke Jawa.
“Saya bawa kopi sebagai oleh-oleh, ternyata yang paling diminati itu kopi. Dari situ saya sadar, ini potensi besar,” kisah Ari yang kini memasarkan produknya dengan merek Asyraf Coffee.
Dengan modal awal Rp3 juta, Ari menjalankan bisnis kopi lewat sistem pre-order. Lambat laun, usaha ini berkembang hingga ia bisa mengelola stok hingga 500 kg biji kopi saat musim panen.
Ari menjual beragam jenis kopi lokal—robusta, arabika, dan jantan, yang berasal dari daerah Sembalun hingga Lombok Utara. Harganya berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp50 ribu. Ia juga menjual produk wedang rempah dan kini telah menembus pasar modern seperti supermarket di Mataram dan platform e-commerce.
“Dulu stok hanya 10 kg, sekarang bisa 100 kg sampai 500 kg. BTPN Syariah terus mendampingi dan bantu tambah modal. Sekarang omzet bisa sampai Rp 30 juta per bulan, terutama saat musim libur,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Pembiayaan
Menurut Saenah Farida, Pimpinan Wilayah NTB BTPN Syariah, keberhasilan nasabah seperti Sukarni dan Ari tidak lepas dari pendekatan holistik bank syariah ini. Tak hanya memberikan pembiayaan, BTPN Syariah juga melakukan pendampingan dan mengukur dampak nyata pada kesejahteraan nasabah.
“Setiap intervensi kami ukur, dari akses terhadap keuangan hingga pengetahuan. Ada indeks kesejahteraan yang mencakup sanitasi, energi, kepemilikan barang, hingga pendidikan anak,” jelas Saenah.
Ia menambahkan, perubahan positif dalam hal pengemasan produk, legalitas usaha, hingga cara pemasaran menjadi indikator utama keberhasilan pendampingan.
“Cita-cita kami adalah mendampingi nasabah dari nol hingga mereka menjadi inspirasi di lingkungan sekitarnya,” tutup Saenah.