Demi Meraih Juara Dunia MotoGP, Jorge Martin Korbankan Pendidikan
Jorge Martin menyatakan bahwa ia rela mengorbankan impian untuk kuliah demi meraih gelar juara dunia MotoGP yang akhirnya berhasil ia capai.

Pembalap dari Aprilia Racing, Jorge Martin, mengungkapkan bahwa ia pernah memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi saat masih muda. Namun, ia harus mengesampingkan impian tersebut demi mengejar cita-citanya yang lain, yaitu menjadi juara dunia MotoGP.
Keputusan yang diambilnya ini sempat membuatnya merasa kesepian, terutama ketika teman-teman sebayanya fokus pada studi di universitas. Martin memulai perjalanan balapnya secara profesional pada usia 14 tahun di ajang Red Bull Rookies Cup pada tahun 2012. Setelah meraih gelar juara pada tahun 2014, ia melanjutkan kariernya ke Moto3 pada tahun 2015, dan berhasil menjadi juara dunia pada tahun 2018, di mana ia berusia 20 tahun.
Di masa itu, ia mulai merasakan kehilangan momen-momen masa muda yang seharusnya dinikmati. Namun, julukan 'Martinator' tidak membuatnya mundur dalam mengejar impian untuk menjadi pembalap MotoGP, yang akhirnya terwujud pada tahun 2021 saat bergabung dengan Pramac Racing. Pada tahun 2024, ia berhasil merebut gelar juara dunia MotoGP. Prestasi ini seakan menjadi imbalan atas semua pengorbanan yang ia lakukan di masa mudanya.
Saya ingin mempelajari terapi fisik serta memahami anatomi tubuh manusia

Dalam siniar di YouTube yang dipandu oleh Aleix Espargaro pada Jumat (21/3/2025), Martin mengungkapkan bahwa sebenarnya ia memiliki keinginan untuk mempelajari terapi fisik di universitas, mengingat latar belakangnya sebagai seorang atlet. Namun, niat tersebut harus ia tinggalkan demi ambisinya untuk menjadi juara dunia MotoGP.
"Pada suatu tahap, apa yang ingin saya alami adalah belajar di universitas. Saya ingin mempelajari terapi fisik atau setidaknya sesuatu yang berkaitan dengan tubuh manusia. Saat itu, teman-teman seusia saya pergi belajar ke luar negeri. Jadi, saya merasakan kesepian yang luar biasa selama 2-3 tahun," ceritanya.
Martin menambahkan bahwa masa-masa tersebut seharusnya menjadi waktu di mana ia bisa bersosialisasi dengan teman-teman di universitas, menikmati pesta, dan pengalaman lainnya.
"Namun, melihat kembali ke belakang, saya bisa mengatakan bahwa situasi ini jauh lebih baik untuk saya," ungkap pembalap berusia 27 tahun itu.
Dengan kata lain, meskipun ia kehilangan kesempatan untuk merasakan kehidupan kampus, ia merasa bahwa fokusnya pada karier balap memberikan dampak positif dalam hidupnya.
Tidak menyesal
Martin mengungkapkan bahwa ia tidak merasa menyesal meskipun tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar di universitas. Ia percaya bahwa hidupnya tetap memiliki arti karena ia tidak pernah berhenti berjuang untuk mewujudkan mimpinya menjadi juara di kejuaraan balap motor terbesar di dunia.
"Saya tak menyesali apa pun, karena segalanya telah membawa saya ke posisi saya hari ini. Jika memikirkan kecelakaan saya di Jerman, ketika pertama kali patah engkel, jelas saya tak ingin mendapatkannya. Namun, itu pelajaran yang bikin saya jadi juara. Saya tak menyesali apa pun, karena yang terpenting adalah belajar dari segala kesalahan dan masa sulit," tuturnya.
Saat ini, Martin sedang dalam proses pemulihan dari cedera di tangan kiri, kaki kiri, serta cedera pada rusuk kanan setelah mengalami kecelakaan saat tes pramusim MotoGP di Sepang dan saat berlatih supermoto di Lleida pada bulan Februari lalu. Setelah absen di Seri Thailand dan Argentina, ia juga akan melewatkan Seri Austin.
Sumber: GPOne