Foto:
Pembentukan tim pencari fakta dalam mencari pelaku kasus tersebut harus segera dilakukan.
Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan pihaknya terus fokus mengungkap kasus penyiraman air keras penyidik KPK Novel Baswedan. Syafruddin mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya KPK dan lembaga lainnya.
Samad menambahkan kerjasama antar pihak kepolisian dengan TGPF bisa membuat pengungkapan kasus penyerangan Novel Baswedan bisa maksimal. Sehingga, sambung Samad, pelaku penyerangan bisa segera tertangkap.
Sudah satu tahun berlalu kasus penyiraman air keras ke wajah penyidik senior KPK Novel Baswedan terjadi. Tapi, hingga kini Polri belum berhasil mengungkap siapa pelaku dan aktor intelektual teror terhadap penyidik senior di lembaga antirasuah itu.
Kata Busyro, mestinya Presiden Jokowi belajar dari pengalaman kasus-kasus sebelumnya. Contohnya kasus pembunuhan Aktivis HAM Munir yang masih menyisakan misteri. Saat itu, Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih ada upaya mengungkap dengan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Kasus penyiraman Novel masih suram, Busyro Muqqodas sebut memalukan negara. Presiden Joko Widodo atau Jokowi belum memutuskan pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengungkap kasus penyerangan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Besok genap setahun peristiwa itu terjadi.
Kadiv Humas tak mempersoalkan Novel menyampaikan dugaan keterlibatan jenderal kepada Komnas HAM atau penyidik kepolisian selama memiliki bukti. Namun hingga saat ini, Setyo mengaku belum mengetahui siapa sosok jenderal yang dimaksud. "Itu kan haknya dia. Kalau memang itu ya harus dipertanggungjawabkan."
Bamsoet minta seluruh pihak dorong penyelesaian kasus penyiraman Novel. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo berharap semua pihak bisa mendorong penyelesaian kasus tersebut. Kasus itu, kata Bambang, harus diusut dengan mekanisme hukum yang berlaku.
Polisi tak tahu Novel sudah serahkan nama jenderal terlibat penyiraman. Novel Baswedan mengaku telah memberikan nama jenderal yang diduga terlibat dalam kasus teror air keras terhadap dirinya. Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku telah memberikan nama tersebut kepada Polri dan juga Komnas HAM.
Menurut Moeldoko, Jokowi lah yang bisa memutuskan perlu atau tidaknya TGPF.
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan berharap Presiden Jokowi serius dalam mengungkap kasus teror air keras terhadapnya. Untuk itu, dia mendesak pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) agar Jokowi mengetahui fakta kasusnya yang belum terungkap.
Saut Situmorang soal setahun penyiraman Novel: Bagaimana caranya harus ketemu. Saut mengaku mendukung pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) kasus Novel yang diinisiasi sejumlah koalisi masyarakat sipil. Menurut dia, apabila kasus ini tak terungkap maka teror serupa bisa menimpa pegawai KPK lainnya.
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengaku telah melaporkan sosok jenderal yang diduga terlibat dalam kasus teror air keras terhadap. Novel melaporkannya kepada Komnas HAM dan polisi.
Novel mengatakan, para pegawai KPK yang juga mendapatkan teror harus berani mengungkapkannya kepada publik. Menurut dia, para pegawai KPK bekerja untuk kepentingan pemberantasan korupsi dan membela negara.
Menurut Haris, setidaknya ada dua kejanggalan yang ditemukan pihaknya. Yakni terkait CCTV dan sketsa wajah terduga pelaku teror.
Mantan Kasatgas e-KTP itu juga menyakini polisi enggan menuntaskan kasus tersebut. Sebab, menurut dia, ada oknum Polri yang terlibat dalam kasus teror air keras yang menimpa dirinya.
Yansen meminta agar negara menempatkan posisinya dalam keadilan. Dalam hal ini agar segera membentuk TGPF.
Politisi PDI Perjuangan ini menyebut harus ada koordinasi dan kerjasama antara tim dari KPK dan Polri untuk menindaklanjuti kasus yang sudah berjalan selama setahun ini.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi belum memutuskan pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengungkap kasus penyerangan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Besok genap setahun peristiwa itu terjadi.
"Kita masih kejar itu, kita masih melakukan proses scientific investigation beberapa keterangan petunjuk yang ada, TKP itu hampir berulang-ulang kita lakukan proses penguatan olah TKP, karena TKP itu awal dari pengungkapan kasus," ujarnya.
BERITA TERKAIT
PROFIL LAINNYA