Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Nano Suratno

Profil Nano Suratno, Berita Terbaru Terkini | Merdeka.com

Nano Suratno atau kang Nano adalah seorang maestro lagu sunda yang sangat terkenal. Kang Nano lahir di Tarogong, Garut, Jawa Barat pada 4 April 1944. Pada usia lima tahun, kang Nano diboyong orangtuanya pindah ke Bandung. Kedua orangtua kang Nano, termasuk keluarga pecinta seni, walaupun sehari-harinya sebagai wiraswastawan. Sejak  kecil kang Nano telah memiliki kemampuan menyanyi.

Ketika masih di SD, ia sering diminta memperlihatkan kemahirannya namun masih sebatas pertemuan-pertemuan keluarga. Berangkat dari pemikiran kang Nano yang menyatakan bahwa orang Barat lebih menyukai musik murni dan musik tradisional dibandingkan musik modern, kang Nano mulai bereksperimen dengan karawitan Sunda untuk menghadapi era globalisasi.

Dalam kurun waktu 25 tahun selama dia mengajar di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), kang Nano Nampak mulai fokus dan lebih produktif sebagai penulis lagu-lagu Sunda. Satu di antara lagunya adalah Kalangkang (Bayang-bayang), yang membuktikan ketangguhannya dalam deretan kreator karawitan Sunda bahkan karawitan Indonesia. Melalui tembang inilah, kang Nano penghargaan BASF Award (1989), dan setahun kemudian kang Nano meraih penghargaan HDX Award karena tembangnya itu terjual dua juta fotokopi.

Tiga tahun kemudian, dengan lagu Cinta Ketok Magic yang dinyanyikan oleh penyanyi kondang Evie Tamala, kang Nano kembali memperoleh penghargaan serupa. Sejak tahun 1963 kang Nano mulai menciptakan banyak lagu kumpulan hampir seratus album. Selain itu, dengan membawa karawitan Sunda kang Nano sukses mengadakan beberapa pagelaran salah satunya adalah pagelaran Karawitan Gending Sangkuriang di Festival Komponis Muda yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki tahun 1979.

Pagelaran yang dia gawangi ini mendapatkan banyak pujian hingga akhirnya pada tahun 1980 karya tersebut disertakan dalam Festival Musik Internasional di Taiwan. Di luar itu, masih banyak lagi karya kang Nano yang menuai sukses. Sudah banyak negara-negara yang pernah dia kunjungi untuk mengadakan pertunjukan antara lain Jepang, Hongkong, Filipina, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat.

Pada bulan Oktober 1999, di Jepang, kang Nano memainkan lagu ciptaannya yang berjudul “Hiroshima“. Lagu ini secara khusus diciptakan kang Nano untuk memenuhi permintaan Wali Kota Hiroshima yang mengenalnya sebagai pencipta lagu. Pada tahun 1995, kang Nano ditunjuk unyuk menjadi Kepala Taman Budaya Provinsi Jawa Barat sampai pension pada tahun 2000.

Pada 29 September 2010 kang Nano meninggal dunia di RS Immanuel Kota Bandung dikarenakan sakit pecah pembuluh darah.. Selama hidupnya, kang Nano telah menghasilkan lebih dari 400 karya dan 200 album yang beredar di pasaran.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    Nano Suratno

  • Alias

    Kang Nano

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Tarogong, Garut, Jawa Barat

  • Tanggal Lahir

    1980-02-21

  • Zodiak

    Pisces

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Nano Suratno atau kang Nano adalah seorang maestro lagu sunda yang sangat terkenal. Kang Nano lahir di Tarogong, Garut, Jawa Barat pada 4 April 1944. Pada usia lima tahun, kang Nano diboyong orangtuanya pindah ke Bandung. Kedua orangtua kang Nano, termasuk keluarga pecinta seni, walaupun sehari-harinya sebagai wiraswastawan. Sejak  kecil kang Nano telah memiliki kemampuan menyanyi.

    Ketika masih di SD, ia sering diminta memperlihatkan kemahirannya namun masih sebatas pertemuan-pertemuan keluarga. Berangkat dari pemikiran kang Nano yang menyatakan bahwa orang Barat lebih menyukai musik murni dan musik tradisional dibandingkan musik modern, kang Nano mulai bereksperimen dengan karawitan Sunda untuk menghadapi era globalisasi.

    Dalam kurun waktu 25 tahun selama dia mengajar di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), kang Nano Nampak mulai fokus dan lebih produktif sebagai penulis lagu-lagu Sunda. Satu di antara lagunya adalah Kalangkang (Bayang-bayang), yang membuktikan ketangguhannya dalam deretan kreator karawitan Sunda bahkan karawitan Indonesia. Melalui tembang inilah, kang Nano penghargaan BASF Award (1989), dan setahun kemudian kang Nano meraih penghargaan HDX Award karena tembangnya itu terjual dua juta fotokopi.

    Tiga tahun kemudian, dengan lagu Cinta Ketok Magic yang dinyanyikan oleh penyanyi kondang Evie Tamala, kang Nano kembali memperoleh penghargaan serupa. Sejak tahun 1963 kang Nano mulai menciptakan banyak lagu kumpulan hampir seratus album. Selain itu, dengan membawa karawitan Sunda kang Nano sukses mengadakan beberapa pagelaran salah satunya adalah pagelaran Karawitan Gending Sangkuriang di Festival Komponis Muda yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki tahun 1979.

    Pagelaran yang dia gawangi ini mendapatkan banyak pujian hingga akhirnya pada tahun 1980 karya tersebut disertakan dalam Festival Musik Internasional di Taiwan. Di luar itu, masih banyak lagi karya kang Nano yang menuai sukses. Sudah banyak negara-negara yang pernah dia kunjungi untuk mengadakan pertunjukan antara lain Jepang, Hongkong, Filipina, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat.

    Pada bulan Oktober 1999, di Jepang, kang Nano memainkan lagu ciptaannya yang berjudul “Hiroshima“. Lagu ini secara khusus diciptakan kang Nano untuk memenuhi permintaan Wali Kota Hiroshima yang mengenalnya sebagai pencipta lagu. Pada tahun 1995, kang Nano ditunjuk unyuk menjadi Kepala Taman Budaya Provinsi Jawa Barat sampai pension pada tahun 2000.

    Pada 29 September 2010 kang Nano meninggal dunia di RS Immanuel Kota Bandung dikarenakan sakit pecah pembuluh darah.. Selama hidupnya, kang Nano telah menghasilkan lebih dari 400 karya dan 200 album yang beredar di pasaran.

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

  • Karir

    • Mengajar kesenian dan Bahasa Daerah di SMP 1, Bandung (1965-1970)
    • Mengajar seni karawitan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (1970-1995)

  • Penghargaan

    • BASF Award (1989)
    • HDX Award (1990)

Geser ke atas Berita Selanjutnya