Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Munir Darwis

Profil Munir Darwis | Merdeka.com

Barang antik, kuno, dan unik, siapa yang tidak tertarik? Sebut saja Munir Darwis, kolektor barang-barang antik yang meski usianya sudah mencapai angka hampir 80 tahun, namun semangatnya untuk terus mengoleksi dan memajang barang-barang yang berhasil dikumpulkan dalam waktu yang cukup lama, sejak umur 24 tahun, terus terjaga. Ia bahkan mempunyai museum pribadi khusus untuk meletakkan benda-benda antik bernilai milyaran rupiah tersebut.

Berawal dari ketertarikannya terhadap benda-benda seni, pria kelahiran Jakarta, 15 Maret 1934 ini mulai mengkoleksi barang-barang kuno seperti alat-alat berbahan dasar perunggu (teko, air, lampu, ornamen, uang, dan kapak), kayu (patung, wayang, lemari, peti, dan topeng), dan keramik (tegel tua, gebyok, mebel antik, mebel kuno, dan piring kuno). Tak hanya itu, di galeri yang dibangunnya, Djody Art Curio, ini juga terdapat aneka lukisan yang tak kalah fenomenal. Sebut saja lukisan pelukis kawakan Affandi, Dullah, Lee Man Fong, S. Soedjono, R Bonnet dan sebagainya. Disana, juga terdapat alat musik kuno yang kini jarang ditemui. Tak tanggung-tanggung, ia pun sampai terbang ke luar negeri demi mencari dan mengumpulkan barang antik. Dalam koleksinya, banyak ditemukan barang-barang yang sudah berumur ratusan bahkan ribuan tahun. Semisal saja piring keramik bertuliskan huruf Arab yang berasal dari zaman Dinasti Ming tahun 1368-1643.

Beberapa tahun sebelum ayah dari lima anak ini memutuskan untuk menggeluti dunia bisnis barang antik, ia sempat bekerja sebagai buruh kasar, namun sebentar saja ia hengkang lantaran upah kerja yang dinilai tak sesuai. Memutuskan untuk fokus berbisnis, Munir mulai menjelajah daerah Indonesia hingga ke wilayah Timur dimana saat itu ia menganggap bahwa barang antik yang ada di Jakarta sangatlah minim. Sedikit demi sedikit usahanya mulai menunjukkan hasil, ia bahkan sempat ikut serta dalam New York World Fair di Amerika Serikat pada tahun 1964 dan Osaka Fair, Jepang pada 1970.

Prinsipnya, tekad bulat ditambah kerja keras akan membuahkan hasil, Munir akhirnya dapat mendirikan galeri berkat usahanya yang semakin lama semakin berkembang. Tak jarang, ia pun mengadakan pameran yang bertujuan untuk memberi kesempatan bagi masyarakat menikmati benda-benda seni bernilai tinggi. Salah satu lokasi yang dipilihnya adalah Rumah Kaca Taman Menteng.

Profil

  • Nama Lengkap

    Munir Darwis

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Jakarta

  • Tanggal Lahir

    1934-03-15

  • Zodiak

    Pisces

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Barang antik, kuno, dan unik, siapa yang tidak tertarik? Sebut saja Munir Darwis, kolektor barang-barang antik yang meski usianya sudah mencapai angka hampir 80 tahun, namun semangatnya untuk terus mengoleksi dan memajang barang-barang yang berhasil dikumpulkan dalam waktu yang cukup lama, sejak umur 24 tahun, terus terjaga. Ia bahkan mempunyai museum pribadi khusus untuk meletakkan benda-benda antik bernilai milyaran rupiah tersebut.

    Berawal dari ketertarikannya terhadap benda-benda seni, pria kelahiran Jakarta, 15 Maret 1934 ini mulai mengkoleksi barang-barang kuno seperti alat-alat berbahan dasar perunggu (teko, air, lampu, ornamen, uang, dan kapak), kayu (patung, wayang, lemari, peti, dan topeng), dan keramik (tegel tua, gebyok, mebel antik, mebel kuno, dan piring kuno). Tak hanya itu, di galeri yang dibangunnya, Djody Art Curio, ini juga terdapat aneka lukisan yang tak kalah fenomenal. Sebut saja lukisan pelukis kawakan Affandi, Dullah, Lee Man Fong, S. Soedjono, R Bonnet dan sebagainya. Disana, juga terdapat alat musik kuno yang kini jarang ditemui. Tak tanggung-tanggung, ia pun sampai terbang ke luar negeri demi mencari dan mengumpulkan barang antik. Dalam koleksinya, banyak ditemukan barang-barang yang sudah berumur ratusan bahkan ribuan tahun. Semisal saja piring keramik bertuliskan huruf Arab yang berasal dari zaman Dinasti Ming tahun 1368-1643.

    Beberapa tahun sebelum ayah dari lima anak ini memutuskan untuk menggeluti dunia bisnis barang antik, ia sempat bekerja sebagai buruh kasar, namun sebentar saja ia hengkang lantaran upah kerja yang dinilai tak sesuai. Memutuskan untuk fokus berbisnis, Munir mulai menjelajah daerah Indonesia hingga ke wilayah Timur dimana saat itu ia menganggap bahwa barang antik yang ada di Jakarta sangatlah minim. Sedikit demi sedikit usahanya mulai menunjukkan hasil, ia bahkan sempat ikut serta dalam New York World Fair di Amerika Serikat pada tahun 1964 dan Osaka Fair, Jepang pada 1970.

    Prinsipnya, tekad bulat ditambah kerja keras akan membuahkan hasil, Munir akhirnya dapat mendirikan galeri berkat usahanya yang semakin lama semakin berkembang. Tak jarang, ia pun mengadakan pameran yang bertujuan untuk memberi kesempatan bagi masyarakat menikmati benda-benda seni bernilai tinggi. Salah satu lokasi yang dipilihnya adalah Rumah Kaca Taman Menteng.

  • Pendidikan

    • SMP Manggarai (1946)
    • SMA Muhammadiyah (1952)
    • Pada 1955, sempat menempuh pendidikan selama 2 tahun di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (drop out)

  • Karir

    • Founder Galeri Djody Art Curio
    • Direktur ekskutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya