Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Lorena Bobbitt

Profil Lorena Bobbitt | Merdeka.com

Lahir di Bucay, Ecuador, Lorena Leonor Gallo awalnya adalah perempuan biasa yang tidak dikenal oleh masyarakat secara luas. Kehidupan sehari-harinya sangatlah sederhana dan bisa dibilang tidak banyak menarik perhatian. Tetapi, nama wanita kelahiran 1970 ini tiba-tiba mencuat di media dan menyita perhatian berbagai lapisan dan anggota masyarakat sejak kasus pemotongan alat kelamin suaminya sendiri yang, notabene, keduanya telah menikah selama lima tahun.

Aksi mengejutkan ini bermula pada saat sang suami, John Bobbit, pulang larut malam dalam kondisi dipengaruhi minuman keras. Berdasar pernyataan Lorena, John tiba-tiba mendatangi dan memperkosa dirinya. Usai tindak pemaksaan seksual tersebut, Lorena turun dari tempat tidur dan beranjak ke dapur untuk mengambil air minum.

Saat itulah ia melihat pisau dapur tergeletak dan tiba-tiba tercetus dorongan tak sadar yang membuat wanita ini kalap. Sebagaimana tertera dalam gugatan, peristiwa berikutnya adalah Lorena membawa pisau tersebut kembali ke kamar tidur dan, saat melihat suaminya terbaring pulas di atas ranjang, tanpa ragu memotong alat vital sang suami dengan pisau tersebut. Usai kejadian tersebut, Lorena melarikan diri dan membuang alat vital suaminya melalui jendela mobil.

Tentu saja atas perbuatan tersebut Lorena Bobbitt ditangkap pihak penegak hukum setempat. Dalam pengajuan pembelaan, wanita ini berkeras bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan salah satu bentuk pembelaan diri. John Bobbit, sang suami, tentu saja menyangkal pernyataan tersebut.

Setelah berlangsung penyidikan selama beberapa waktu, pengadilan setempat sampai pada putusan yang menyatakan Lorena tidak bersalah atas aksi pembelaan diri disebabkan trauma psikis akibat kekerasan domestik suaminya sendiri dan diwajibkan menjalani pengobatan selama 45 hari di rumah sakit psikiatris. Sementara sng suami dinyatakan bersalah atas tindak perkosaan yang dilakukan justru terhadap istrinya sendiri.

Yang menarik banyak kalangan, baik legal profesional maupun masyarakat awam, adalah pro-kontra sepanjang pengadilan kasus John vs. Lorena Bobbitt. Kasus ini membuka banyak kemungkinan hukum, sekaligus lemahnya kekuatan hukum, terkait kasus kekerasan domestik, hak dan kewajiban istri dan suami, perlindungan hukum terhadap istri dan suami, hingga meluas pada permasalahan mendasar terkait jender dan hak asasi manusia.

Riset dan analisis: Meilia Hardianti - Mochamad Nasrul Chotib

Profil

  • Nama Lengkap

    Lorena Bobbitt

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Bucay, Ekuador

  • Tanggal Lahir

    1970-10-31

  • Zodiak

    Scorpion

  • Warga Negara

  • Biografi

    Lahir di Bucay, Ecuador, Lorena Leonor Gallo awalnya adalah perempuan biasa yang tidak dikenal oleh masyarakat secara luas. Kehidupan sehari-harinya sangatlah sederhana dan bisa dibilang tidak banyak menarik perhatian. Tetapi, nama wanita kelahiran 1970 ini tiba-tiba mencuat di media dan menyita perhatian berbagai lapisan dan anggota masyarakat sejak kasus pemotongan alat kelamin suaminya sendiri yang, notabene, keduanya telah menikah selama lima tahun.

    Aksi mengejutkan ini bermula pada saat sang suami, John Bobbit, pulang larut malam dalam kondisi dipengaruhi minuman keras. Berdasar pernyataan Lorena, John tiba-tiba mendatangi dan memperkosa dirinya. Usai tindak pemaksaan seksual tersebut, Lorena turun dari tempat tidur dan beranjak ke dapur untuk mengambil air minum.

    Saat itulah ia melihat pisau dapur tergeletak dan tiba-tiba tercetus dorongan tak sadar yang membuat wanita ini kalap. Sebagaimana tertera dalam gugatan, peristiwa berikutnya adalah Lorena membawa pisau tersebut kembali ke kamar tidur dan, saat melihat suaminya terbaring pulas di atas ranjang, tanpa ragu memotong alat vital sang suami dengan pisau tersebut. Usai kejadian tersebut, Lorena melarikan diri dan membuang alat vital suaminya melalui jendela mobil.

    Tentu saja atas perbuatan tersebut Lorena Bobbitt ditangkap pihak penegak hukum setempat. Dalam pengajuan pembelaan, wanita ini berkeras bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan salah satu bentuk pembelaan diri. John Bobbit, sang suami, tentu saja menyangkal pernyataan tersebut.

    Setelah berlangsung penyidikan selama beberapa waktu, pengadilan setempat sampai pada putusan yang menyatakan Lorena tidak bersalah atas aksi pembelaan diri disebabkan trauma psikis akibat kekerasan domestik suaminya sendiri dan diwajibkan menjalani pengobatan selama 45 hari di rumah sakit psikiatris. Sementara sng suami dinyatakan bersalah atas tindak perkosaan yang dilakukan justru terhadap istrinya sendiri.

    Yang menarik banyak kalangan, baik legal profesional maupun masyarakat awam, adalah pro-kontra sepanjang pengadilan kasus John vs. Lorena Bobbitt. Kasus ini membuka banyak kemungkinan hukum, sekaligus lemahnya kekuatan hukum, terkait kasus kekerasan domestik, hak dan kewajiban istri dan suami, perlindungan hukum terhadap istri dan suami, hingga meluas pada permasalahan mendasar terkait jender dan hak asasi manusia.

    Riset dan analisis: Meilia Hardianti - Mochamad Nasrul Chotib

  • Pendidikan

  • Karir

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya