Takut mati di tangan polisi
Merdeka.com - "Kalau memang anak saya bersalah dan melakukan sodomi, jangankan 8 tahun penjara seumur hidup juga saya rela," kata Ali Subrata, ayah Zaenal Abidin.
Zaenal adalah seorang petugas kebersihan di Jakarta Intercultural School (JIS). Dia divonis 8 tahun penjara dan diperkuat oleh putusan hakim kasasi Mahkamah Agung karena dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap murid TK berinisial M, dua tahun silam.
Ali tak kuasa menahan emosinya ketika menceritakan kasus kriminalisasi yang menimpa anak bungsunya itu. Menurut Ali, Zaenal adalah sosok pemuda yang rajin dan berbakti pada orangtua.
Zaenal, kata Ali, tidak memiliki kelainan seksual seperti dituduhkan. Ali menegaskan kenapa anaknya bisa dipenjara dan dinyatakan bersalah karena disiksa oleh penyidik Polda Metro Jaya agar mengaku.
"Anak saya bilang waktu itu, ngaku enggak ngaku dia tetap dipenjara. Dia sampai dipukuli, sampai dibanting, ditendang sama aparat waktu diperiksa. Mau enggak mau mengaku," ungkap Ali dengan suara sedikit bergetar saat ditemui merdeka.com, Kamis (28/4).
Ali mengatakan, anaknya ditangkap setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadap dua orang petugas kebersihan yang tidak dikenal Zaenal. Dari keterangan itu Zaenal akhirnya dijemput oleh petugas ke rumahnya.
Zaenal yang tidak mengetahui kesalahannya hanya bisa pasrah saat dipaksa masuk ke mobil dan dibawa ke Polda Metro. Menurut Ali, saat ditangkap anaknya diperlakukan layaknya seorang teroris atau penjahat kelas kakap.
"Anak saya ditangkap itu pas abis magrib, polisi tiba satu mobil ramai-ramai masuk rumah saya. Dia geledah semua rumah saya buat nyari Zaenal. Ya kalau memang anak saya salah dia sudah pasti kabur, ini malah nanya 'Zaenal kok ditangkap pak? Zaenal salah apa'," kata Ali ketika mencoba mengingat kejadian tersebut.
Ali menceritakan, saat memberikan surat penangkapan polisi mengatakan bahwa Zaenal terlibat kasus sodomi terhadap salah satu murid TK di JIS. Mendengar keterangan polisi, Zaenal langsung kaget dan bertanya kepada ayahnya, 'sodomi apaan sih pak, Zaenal enggak ngerti'.
"Saya ngerasa aneh, gimana bisa anak saya dituduh sodomi tapi dia saja enggak tahu artinya sodomi," terangnya.
Ali mengatakan, Zaenal menceritakan semua siksaan yang menimpanya saat di ruang pemeriksaan. Karena tidak kuat dan mengetahui teman kerjanya Azwar tewas, Zaenal pun akhirnya terpaksa mengaku kepada polisi telah melakukan perbuatan yang tidak dilakukannya.
"Dia takut mati juga kayak Azwar. Polisi bilang kamu mau mati kayak teman kamu," ungkap Ali.
Koordinator Badan Pekerja Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar mengatakan, penanganan kasus pelecehan seksual yang terjadi di JIS banyak kejanggalan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk mencari alat bukti. Menurut Haris, kasus ini terkesan dipaksakan supaya bisa segera masuk meja hijau.
"Bukti yang didapat dari para guru dan cleaning service hanya dari pengakuan. Terutama pada cleaning service, mereka disiksa dulu untuk mengakuinya. Apalagi ini sampai ada satu yang meninggal," tegas Haris.
"Ini sangat diharamkan dalam melakukan pencarian alat bukti. Jadi tidak dibenarkan mencari alat bukti dengan cara yang salah. Penyiksaan adalah cara yang salah," tambahnya.
Haris meyakini jika satu orang yang meninggal saat menjalani pemeriksaan karena mengalami kekerasan. Menurutnya, KontraS menemukan banyak keanehan sehingga kuat dugaan jika para petugas kebersihan itu adalah korban kriminasilasi.
"Kalau memang katanya meninggal karena bunuh diri mengapa tidak dilakukan autopsi, yang jelas dari awal kasus ini sudah janggal," tuturnya.
Mabes Polri mempersilakan siapa pun yang menemukan kejanggalan kasus pelecehan seksual di JIS untuk dilaporkan ke polisi. "Pihak-pihak yang merasa mendapatkan informasi tentang adanya kejanggalan dan merasa tidak puas atas penegakan hukum (kasus JIS) atau menemukan informasi adanya pelanggaran, ada jalurnya untuk melapor," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Mabes Polri Kombes Suharsono, Sabtu (30/4).
Dari laporan tersebut, kata Suharsono, Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Mabes Polri akan menyelidiki kebenaran informasi tersebut. Dia menjelaskan, selama ini Polri sudah mencoba secara transparan dalam menangani kasus-kasus yang menarik perhatian publik.
"Kepolisian, dalam hal ini Propam akan melakukan investigasi dan penyelidikan atas informasi tersebut apa ada pelanggaran atau tidak. Dengan demikian, publik akan mendapat kejelasan atas kebenarannya," tandas Suharsono.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil Autopsi Sekeluarga Tewas di Musi Banyuasin, Ada Luka Akibat Benda Tumpul
Hasilnya, semua korban tewas akibat benda tumpul, bukan senjata tajam. Luka bekas pukulan itu utamanya paling dominan berada di kepala.
Baca SelengkapnyaHasil Autopsi Anak Dibanting Ayah Kandung di Penjaringan: Patah Tulang Tengkorak-Jaringan Otak Rusak
Ayah korban terancam hukuman penjara selama 15 tahun.
Baca SelengkapnyaIni Hasil Autopsi Jenazah Dante Anak Tamara yang Dibunuh Pacar Ibunya
Hasil autopsi memastikan penyebab tewasnya Dante bukan karena mengkonsumsi zat-zat berbahaya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ekshumasi Rampung, Polisi Tunggu Hasil Autopsi Buka Tabir Kematian Anak Tamara Tyasmara
Pembuktian penyebab kematian bocah tersebut melalui pelbagai pendekatan penyidikan atau Crime Scientific Investigation (CSI).
Baca SelengkapnyaKronologi Santri di Jambi Tewas Penuh Luka: Telepon Ibu Mau Kasih Kejutan, 2 Jam Kemudian Meninggal
Saat dilakukan autopsi yang dilakukan oleh dokter ahli forensik Bhayangkara Jambi, Dokter Erni Situmorang, ternyata ditemukan sejumlah luka di tubuh AH.
Baca SelengkapnyaPolisi Hari Ini Gelar Perkara Tentukan Tersangka Kematian Dante Anak Tamara Tyasmara
Kemudian telah didapatnya juga hasil ekshumasi dari tim forensik atas jasad Dante.
Baca SelengkapnyaPolisi TetapkanTersangka Ibu Kandung Bunuh Anaknya Usia 5 Tahun Ditusuk 20 Kali di Bekasi
Tragis pelaku beraksi saat anaknya tengah tertidur pulas
Baca SelengkapnyaHasil Autopsi, Wanita Tewas Membusuk di Peti Kemas Menunjukan Tanda Kematian yang Wajar
Korban merupakan warga dari Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.
Baca SelengkapnyaJelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik
Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca Selengkapnya