Suara Golput 'Menang' di Pilkada
Merdeka.com - Pilkada 2020 yang tetap berjalan di tengah pandemi menyisakan sejumlah catatan. Salah satunya rendahnya partisipasi pemilih. Golongan putih (golput), begitu istilah bagi mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya, masih terjadi di belasan daerah.
Seruan golput juga sempat memuncaki trending topic twitter dan lini massa lain jelang hari pemungutan suara. Mereka yang golput beralasan Pilkada saat pandemi dikhawatirkan memunculkan klaster baru covid-19.
Fenomena golput terpantau dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai desa. Misalnya saja, aksi golput warga Desa Matabondu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Mereka kompak tidak datang ke TPS sebagai bentuk protes terhadap pemerintah setempat. Akhirnya berimbas pada apatisme publik terhadap proses demokrasi.
Bahkan golput 'mengalahkan' calon kepala daerah terpilih. Seperti terjadi di Pilkada Kota Medan, Sumatera Utara.
Pilkada ini padahal ajang menantu Presiden Joko Widodo, Bobby Nasution, berkompetisi dengan Akhyar-Salman. Bobby memang menang suara dibanding lawannya. Tapi dia kalah oleh Golput di wilayahnya.
Dari data di situs KPU pilkada2020.kpu.go.id yang dikutip merdeka.com, Bobby memperoleh suara 24,58 persen atau 393.533 suara, pesaingnya Akhyar-Salman 21,39 persen dari total DPT 1.601.001. Warga yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 886.964 orang atau 54,22 persen dari 1.635.846 total pemilih. Artinya, suara golput jauh lebih besar ketimbang suara yang dikantongi Bobby untuk menang.
KPU menyatakan tingginya angka golput di sejumlah daerah tidak bisa dilihat dari satu faktor tunggal. Komisioner KPU RI I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi menjelaskan pemilih abstain di pilkada salah satunya karena masalah administratif. Warga tersebut belum terdata dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) karena tidak melengkapi persyaratan. Kedua, alasan sikap politik pemilih.
"Jadi tentu karena memilih adalah hak apakah akan digunakan atau tidak kedaulatan ada di tangan pemilih," ujar Dewa.
Jika alasan golput karena khawatir Covid-19, Dewa beranggapan asumsi tersebut mesti dibuktikan lagi. Sebab, partisipasi pemilih justru meningkat di beberapa daerah. KPU sebelumnya menyebut partisipasi pemilih mencapai 76,13 persen dari target 77,5 persen.
Tingginya angka golput juga bisa disebabkan karena penyelenggara pemilu belum terlalu masif melakukan sosialisasi Pilkada saat pandemi. Sehingga, masyarakat kemungkinan belum mengetahui cara mencoblos dengan kondisi berbeda.
"Karena ada di surat nyoblos itu kan ada jamnnya, sebagian ada jamnya di Tangerang Selatan itu dikasih jamnya, sif sifan yang nyoblos kebetulan saya di Tangerang Selatan kemarin ikut menyaksikan Pilkada itu," kata Anggota Komisi II DPR Fraksi PDIP Johan Budi.
Johan melanjutkan, ketidakpercayaan masyarakat kepada paslon juga menjadi faktor warga enggan memilih. Tapi, dalam Pilkada 2020 faktor itu tidak bisa disamaratakan menjadi penyebab golput.
Sementara, Pengamat politik Ujang Komarudin beranggapan fenomena golput yang tinggi sebagai bentuk protes atau kekecewaan masyarakat. Kekecewaan terhadap pemerintah, pesimis dengan calon kepala daerah yang tersedia hingga menolak dinasti dan oligarki politik.
Pelaksanaan pilkada di tengah pandemi dianggap sarat kepentingan politik para elite yang menganggap rakyat jadi objek. "Mereka melakukan protes dengan cara tidak memilih itu, itu bentuk keras protes publik terhadap pilkada," ujarnya.
Ujang memiliki pandangan lain, bila partisipasi di pilkada 2020 disebut meningkat dibanding 2015. Menurutnya, partisipasi masyarakat tinggi karena mereka mudah dimobilisasi dengan praktik-praktik politik uang saat kesulitan akibat pandemi.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KPU Tetapkan PDIP Peroleh Suara Terbanyak Pemilu 2024
Suara PDIP pada pemilu ini turun dibanding raihan 2019 yaitu 27.053.961 atau 19,33 persen dari total 139.971.260 suara sah.
Baca SelengkapnyaIni Sosok Politikus yang Digadang-Gadang Gerindra untuk Maju Pilgub DKI
Partai Gerindra tengah fokus mengawal perhitungan suara pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) 2024.
Baca SelengkapnyaSebelum Putuskan Golput, Ketahui Pentingnya Berpartisipasi dalam Pemilu
Keikutsertaan dalam pemilu memiliki sejumlah keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ada Dugaan Penggelembungan Suara di Bogor, Bawaslu Minta KPU Perbaiki Sesuai C Hasil
Bagja menyebut biasanya dugaan penggelembungan suara terjadi dalam pemilihan anggota legislatif (pileg), termasuk DPRD.
Baca SelengkapnyaSebut Putusan DKPP ke KPU Tak Pengaruhi Pencalonan Gibran, Airlangga: Tetap Optimis Menang 1 Putaran
Ketua KPU disanksi etik atas keputusannya meloloskan Gibran dalam proses Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaDalih Pegawai KPK Terlibat Skandal Pungli di Rutan: Untuk Biaya Makan dan Ongkos Bekerja
Hal itu diungkapkan Dewan Pengawas KPK saat menggelar sidang putusan etik 15 pegawai kluster kelima kasus pungli di rutan KPK.
Baca SelengkapnyaKetua KPU Ingatkan Pentingnya Mencoblos: Satu Suara Sangat Menentukan
Pemilih adalah penentu terhadap siapa yang akan menduduki jabatan.
Baca SelengkapnyaKPU Ajak Perwakilan Asing Lihat Langsung Pemungutan dan Perhitugan Suara Pemilu
Para peserta akan diajak KPU RI melihat langsung pemungutan dan penghitungan suara.
Baca SelengkapnyaKPU Sulsel Temukan 93.653 Lembar Surat Suara Tak Layak saat Proses Sortir Lipat
Sebanyak 24.000.953 lembar suara atau 70,09 persen yang sudah didistribusi ke KPU kabupaten/kota di Sulsel.
Baca Selengkapnya