Merdeka.com - Sekitar tiga tahun lalu, Anton (30 tahun), koordinator Jakarta Kawasaki Ninja (JKN), terperanjat mendengar kabar penjual siomay mengendarai motor Kawasaki Ninja untuk berjualan keliling. Mulanya dia tidak percaya mendengar informasi itu. Namun rasa penasarannya membuat dia untuk menelusuri kebenarannya.

“Orangnya masih muda dan ketemu saat dia jualan di kawasan Jalan T.B. Simatupang,” ujar Anton saat ditemui merdeka.com di sebuah kafe di bilangan Jalan Tebet Raya pada Rabu sore pekan lalu. Anton hanya senyum-senyum saja saat bertemu pedagang menggunakan jenis Kawasaki Ninja 250 R itu.

Anton merasa tidak ada penghinaan terhadap penggunaan merek dan jenis motor klubnya. Dia justru merasa itu keunikan dan bukti jenis kendaraan itu bisa diteriam semua kalangan. Saat ditanya nama dan kontak pedagang itu, Anton mengaku lupa. Namun, dia sempat mengajak pedagang itu ikut kumpul bareng klubnya tiap Sabtu malam di kawasan Jalan Panglima Polim, Blok M, Jakarta Selatan.

Sayang, saat pertemuan mingguan klub, sang pedagang yang sudah ditunggu-tunggu oleh anggota tak kunjung datang. Padahal menurut Anton, seluruh anggota klub begitu antusias menunggu pedagang beken itu. JKN sudah berdiri sejak 2 Agustus 2005.

Dari pengakuan Anton, kegiatan klub motornya lebih banyak mementingkan unsur kekeluargaan ketimbang elitis. Bahkan, dia mengaku saat ini ada anggotanya bekerja menjual bubur kacang ijo. Bagi dia, itu bukan masalah untuk menjalin pertemanan dan dalam satu wadah bersama.

Menurut dia, proses berdirinya JKN tidak jauh berbeda dengan klub motor lain di Jakarta. Dimulai dari kumpul bareng, touring, bhakti sosial, modifikasi, free style, dan drag race. Selain ajang kumpul, kata dia, klubnya juga memfasilitasi kebutuhan anggota yang menyukai drag race atau free style.

Keunikan lain dari JKN, menurut Anton, pihaknya tiap sekali sebulan berkumbul di rumah salah satu anggota. Hal itu dilakukan selain untuk menguatkan rasa kekeluargaan, juga memastikan keterlibatan anggotanya telah diketahui pihak keluarga.

Di tingkat nasional, penggemar Kawasaki Ninja tergabung dalam Kawasaki Ninja Indonesia (KNI). Mereka menggunakan sistem wilayah untuk mempermudah pengorganisasian jika ada acara bersifat nasioanal, seperti jambore yang diikuti klub Kawasaki Ninja seluruh Indonesia.

Selain sebagai koordinator JKN, Anton aktif pula sebagai pengurus Hubungan Masyarakat (Humas) KNI. Dia juga salah satu pendiri KNI yang dideklarasikan di stadion Mandala Krida, Yogyakarta, pada 27 Mei 2006 dan dikuti oleh 30 klub motor Kawasaki Ninja se-Indonesia.

Setelah merebaknya berita geng tentang bengisnya geng motor, Anton merasa klub motornya juga merasakan imbasnya. Terutama pandangan masyarakat terhadap mereka yang dianggap suka semena-mena saat konvoi di jalan. Padahal menurut Anton, ada perbedaan anatara geng motor dan klub motor.

“Klub motor itu punya struktur organisasi dan AD/ART organisasi yang jelas, sedangkan geng motor itu tidak punya,” ujar Anton. Selain itu, menurut Anton, anggota klub motor juga memiliki aturan touring, tidak sembarangan. Juru kamera salah satu tv swasta ini mengaku, tiap jalan bersama dengan anggotanya maksimal dua baris bila jalan sepi, bukan menutupi badan jalan. Selain itu ada pemimpin rombongan yang melihat kondisi keramaian jalan.

Bila tidak percaya dengan kegiatan klub motornya, Anton meminta, pada orang yang terganggu oleh anggota klubnya yang menggunakan atribut klub di jalan dan membahayakan pengendara lain bisa langsung melaporkan web site klubnya di situs: http://www.kni.or.id. Dalam situs tersebut tersedia nomor kontak yang bisa dihubungi. “Kami pernah menerima laporan dari masyarakat, setelah kami verifikasi dan akan langsung kami tindak,” Kata Anton.