Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pilih golput karena tak ada calon gubernur layak

Pilih golput karena tak ada calon gubernur layak foke jokowi. ©2012 Merdeka.com/dok

Merdeka.com - Golongan Putih (golput) atau orang tidak menggunakan hak pilihnya masih memiliki nilai tertinggi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta kali ini. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya sekitar sepertiga dari total pemilih.

Ada banyak kemungkinan kenapa golput masih ada dan bertahan, bahkan jumlahnya naik turun dalm tiap pemilihan umum. Bagi kalangan tertentu, bisa saja hak memilih adalah idaman untuk berkontribusi menentukan pemimpin Jakarta lebih baik.

Berikut penjelasan Philips J. Vermonte, peneliti politik CSIS, saat ditemui Islahuddin dari merdeka.com di lobi Hotel Twin Plaza, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (12/7) siang.

Kenapa suara golput hampir sama dengan perolehan dukungan buat Fauzi Bowo versi hitungan cepat?

Selalu begitu untuk pemilihan di Jakarta. Tingkat nasional juga ada sekitar 30 persen tidak menggunakan hak pilih. Waktu Pemilu 1999, ada 69 persen menggunakan hak pilihnya. Pada pemilihan umum 2004 turun jadi 80-an persen, 2009 sekitar 72 persen kalau tidak salah. Jadi untuk pemilihan di Jakarta secara keseluruhan itu sudah bagus untuk partisipasi warga menggunakan hak pilih, 30 persen golput itu sudah lumayan.

Pemilihan umum di Amerika Serikat yang ikut memilih hanya 60 persen. Bedanya di negara-negara demokrasi maju, proses politik itu tidak berhenti waktu pemilu. Orangnya tidak datang waktu pemilu, tapi proses dia sebagai warga negara berjalan di masa antara pemilu. Dia mengirim surat ke anggota DPR, kalau masa reses DPR, mereka sampaikan kritik dan ide-ide, dan persnya lebih baik. Mungkin itu tidak mempengaruhi kualitas demokrasinya. Di Indonesia, mungkin berpengaruh secara kualitas ketika golputnya besar dan di luar pemilu tidak ada proses politik.

Apa penyebab golput di Jakarta?

Mungkin saja orangnya sudah menganggap Jakarta ini sudah rumit. Jadi bagi mereka, siapa pun calonnya akan dianggap tidak bisa menyelesaikan Jakarta. Kedua, mungkin sebagian besar Jakarta ini tingkat ekonominya belum baik, yang makmur-makmur itu belum tentu tinggal di Jakarta, mungkin tinggalnya di Tangerang, Bekasi. Bagi mereka itu, pemilu mengkin bukan prioritas utama. Ketiga, bisa jadi memang institusional partai kita belum baik. Jadi mesin partai itu tidak dekat dengan masyarakat, sehingga dia tidak bisa memobilisasi orang. Hal itu perlu menjadi catatan untuk partai politik, kenapa respek orang terhadap partai itu rendah dan tidak datang saat pencoblosan. Itu salah satu tanda sistem kelembagaan partai politik masih lemah.

Apa golput itu sudah menjadi hak pilih untuk tidak memilih?

Sebenarnya dalam literatur, kalau Anda rasional dan semua orang rasional, semua orang tidak mau datang nyoblos. Mending di rumah saja. misal alasannya, “Emang satu suara berpengaruh untuk perubahan?” Kalau dipikir-pikir, mending istirahat di rumah atau liburan bersama keluarga, toh satu satu suara tidak berpengaruh. Kalau rasional ditarik hingga titik paling ekstrem, orang akan di rumah atau orang akan mengerjakan yang lain. Saya kira kita harus hati-hati juga melihat persoalan.

Bagaimana dengan ungkapan, “Masyarakat Jakarta sudah pintar menentukan hak pilihnya” dalam pemilihan gubernur tahun ini?

Mungkin juga. Paling tidak mereka sudah tahu apa mereka inginkan. Selisih suara antar kandidat sementara ini jaraknya jauh dengan yang lain. Artinya ada proposi subtansial bagi pemilih di Jakarta, incumbent harus memberikan kesempatan pada alternatif. Kalau sudah seperti itu, ini artinya  pemilih sudah bisa mengevaluasi

(mdk/fas)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sebelum Putuskan Golput, Ketahui Pentingnya Berpartisipasi dalam Pemilu
Sebelum Putuskan Golput, Ketahui Pentingnya Berpartisipasi dalam Pemilu

Keikutsertaan dalam pemilu memiliki sejumlah keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Begini Hitung-Hitungan Golkar Minta Jatah 5 Kursi Menteri
Begini Hitung-Hitungan Golkar Minta Jatah 5 Kursi Menteri

Golkar menyerahkan sepenuhnya kepada presiden terpilih

Baca Selengkapnya
Luhut di Depan Airlangga  dan Ical: Jangan Mau Diatur Orang Lain, Golkar yang Ngatur!
Luhut di Depan Airlangga dan Ical: Jangan Mau Diatur Orang Lain, Golkar yang Ngatur!

Luhut meminta kepada para petinggi dan pengurus Partai Golkar jangan menciderai keberhasilan Partai Golkar di Pemilu 2024 ini.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Golkar Nomor Dua di Pileg 2024, Mungkinkah Jatah Menteri di Kabinet Prabowo Bertambah?
Golkar Nomor Dua di Pileg 2024, Mungkinkah Jatah Menteri di Kabinet Prabowo Bertambah?

Airlangga ditanya apakah kursi menteri dari Partai Golkar pada pemerintahan Prabowo-Gibran bakal bertambah.

Baca Selengkapnya
Politisi Golkar Minta Senior di Partai Tak Main Isu Percepatan Munas Gembosi Airlangga
Politisi Golkar Minta Senior di Partai Tak Main Isu Percepatan Munas Gembosi Airlangga

Apalagi isu tersebut berkembang bahwa ada sekelompok orang yang mendorong percepatan Munas Golkar.

Baca Selengkapnya
Jokowi Jawab soal Isu akan Gabung Golkar
Jokowi Jawab soal Isu akan Gabung Golkar

Golkar menyambut baik jika benar Jokowi ingin bergabung dengan partai berlambang pohon beringin itu.

Baca Selengkapnya
Reaksi Airlangga Hartarto Dengar Isu Jokowi dan Gibran Kandidat Ketum Golkar
Reaksi Airlangga Hartarto Dengar Isu Jokowi dan Gibran Kandidat Ketum Golkar

Airlangga menanggapi muncul nama Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, Agus Gumiwang, hingga Bahlil Lahadalia jadi calon Ketum Golkar.

Baca Selengkapnya
Lepas Pemudik Lebaran 2024, Airlangga: Karena Telah Bantu Naikkan Suara Golkar
Lepas Pemudik Lebaran 2024, Airlangga: Karena Telah Bantu Naikkan Suara Golkar

Partai Golkar menyediakan 20 unit bus dengan kapasitas penumpang sekitar 40-50 orang per bus

Baca Selengkapnya
Golkar Minta Jatah 5 Kursi di Kabinet Prabowo, Budi Arie: Itu Hak Partai, Tapi Hormatilah Kita Masih Jadi Menteri
Golkar Minta Jatah 5 Kursi di Kabinet Prabowo, Budi Arie: Itu Hak Partai, Tapi Hormatilah Kita Masih Jadi Menteri

"Hormatilah kita masih jadi menteri sampai Oktober 2024. Kan pemerintahan ini kan baru habisnya nanti 7 bulan lagi," kata Budi

Baca Selengkapnya