Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemimpin Jabar perlu paham filosofi kebudayaan

Pemimpin Jabar perlu paham filosofi kebudayaan Wawancara Khusus Dedi Mulyadi. ©2018 Merdeka.com/Didi Syafirdi

Merdeka.com - "Susah jadi ketua RT dibanding jadi gubernur," ujar Dedi Mulyadi. Begitu pola pikirnya mengenai jabatan pemimpin provinsi. Terdengar menggampangkan. Tetapi, bupati di Purwakarta ini mempunyai alasannya.

Sebagai kontestan di Pilgub Jawa Barat (Jabar), dia merasa perlu ada perubahan. Melalui pelbagai terobosan. Dedi merasa selama 10 tahun terakhir pembangunan di Jabar cenderung linear. Perlu adanya terobosan dan pembenahan dalam manajemen pemerintahan. Sayangnya, kata Dedi, selama ini keberanian melakukan terobosan tidak dilakukan.

Kesempatan menjadi orang nomor satu memang tak tercapai. Dedi memilih menyerahkan posisi tersebut kepada Deddy Mizwar. Sedangkan dirinya hanya calon wakil gubernur. Namun, tidak masalah. Lantaran akan tetap diberi ruang memutuskan banyak kebijakan.

Banyak sudut pandang untuk membenahi Jawa Barat. Semua telah lama dipikirkan. Apalagi dirinya merasa ada dorongan untuk melakukan perbaikan. "Ada tuntutan ideologis Yang saya miliki. Karena Jabar bagaimana pun manifestasi dari nilai-nilai kebudayaan sunda," tegasnya.

Kami menyambangi Dedi Mulyadi ke lingkungan kantor bupati Purwakarta pada Rabu, 24 Januari 2018. Suasana rindang dan angin sepoi-sepoi sore itu. Kami berbincang di sebuah bangku taman di lingkungan tersebut.

Berikut wawancara jurnalis merdeka.com dengan Dedi Mulyadi membahas tentang Jawa Barat.

Seberapa penting Jawa Barat bagi seorang Dedi Mulyadi?

Ada tuntutan ideologis yang saya miliki. Karena Jabar bagaimana pun manifestasi dari nilai-nilai kebudayaan sunda. Baik Sunda Kulon, Priyangan, Cirebonan maupun Betawian. Ke empat karakter ini harus terwujud bukan hanya pada tataran akademis. Tapi Terwujud juga dalam tataran teknis.

Jadi kalau ngomongin Sunda Kulon mana sih? Sunda Kulon itu Sukabumi, Bogor misalnya. Kemudian ciri khasnya apa? Desain arsitekturnya bagaimana? Kemudian pakaiannya, makanannya apa sih, bahasa bagaimana sih, kemudian bentuk-bentuk estetika kebudayaannya apa? Itu harus terbentuk produktivitas publik.

Nah begitu juga ngomong Priyangan. Sama juga ngomong Cirebon-Indramayuan. Kemudian ngomong Depok, Bekasi, Karawang itu betawian. Seluruh itu harus melahirkan identitas-identitas itu. Itu diperlukan seorang pemimpin yang mengerti makna filosofi kebudayaan.

Selama 10 tahun terakhir, bagaimana Kang Dedi melihat pembangunan Jawa Barat?

Menurut saya sudah baik ya. Tetapi, memang harus ada keberanian untuk melakukan lompatan. Kalau pembangunan hanya linear, itu tidak akan terlihat perubahannya. tetapi kalau pembangunan dilakukan lompatan maka perubahannya ada (terlihat).

Maka harus berani melakukan perombakan. Satu, misalnya manajemen pemerintah. Manajemen pemerintahan, gubernur, bupati, kepala desa. Itu saya menyebutnya Tri Tangtu Raja Rahayu. Artinya tiga pemimpin yang menentukan kemuliaan masyarakat.

Maka di situ harus ada satu sistem. Di mana gubernur itu tumbuh menjadi administratur, yang melakukan proses pengaturan terhadap seluruh regulasi tanpa mengintervensi aspek-aspek kebebasan otonomi seorang pemimpin di desa atau kota, tetapi tersinergi pada arah yang sama yaitu gol-nya kemakmuran publik dan kesejahteraan masyarakat.

Selama ini kan keberanian melakukan terobosan itu tidak dilakukan. Sehingga berjalan sendiri-sendiri. Gubernur pada programnya, bupati pada programnya, kepala desa pada programnya. Mendingan kalau programnya siring sejalan. Kadang-kadang satu sama lain bertentangan atau bertumpuk.

perpisahan dedi mulyadi sebagai bupati purwakarta

Perpisahan Dedi Mulyadi Sebagai Bupati Purwakarta ©2018 Merdeka.com/Bram Salam

Tetapi bukannya di Jawa Barat itu beragam?

Tidak masalah. Fungsi administrasi gubernur bisa digunakan untuk melakukan penyeragaman dalam sistem tata kelola. Bukan penyeragaman kebebasan berekspresi. Kan di gubernur itu ada kewenangan melakukan evaluasi anggaran. Evaluasi anggaran itu modal utama pembangunan. Misal pada hari ini seluruh program pembangunan jalan sendiri-sendiri, dengan terevaluasi, tersatukan, menjadi satu gol yang sama, satu energi yang sama dan daya pukulnya menjadi bersama.

Saya beri contoh. Pendidikan misalnya. Pendidikan kan ada yang dikelola bupati dan wali kota. Ada pendidikan dikelola provinsi. Masing-masing programnya sendiri. Yang satu kewenangannya SD-SMP, yang satu SMA. Nah itu kadang-kadang tidak match. Justru begini. Kita mewajibkan masyarakat untuk sekolah. Pertanyaannya adalah sama kah jumlah kursi SD dengan SMP? Beda. Sama kah jumlah kursi dan ruang kelas antara SMP dan SMA? Beda. Makin tinggi jenjang pendidikannya makin menyempit. Pertanyaannya katanya wajib, tapi ruangannya tidak dibikin satu.

Ya dalam kerangka berpikir saya itu SD-SMP-SMA harus diintegrasi, 12 tahun. Bisa jadi dalam satu desa itu ada dua SD, dua SMP dan dua SMA. Sehingga pendidikannya berkesinambungan yang murah. Karena pendidikan itu yang mahal ongkosnya. Bukan biaya sekolah.

Perbedaan pengaturan itu memang mengganggu?

Ya jadi jalan sendiri-sendiri. Punya program sendiri-sendiri. Nah, itu tidak akan mengganggu bila gubernurnya tumbuh menjadi orang tua yang mengayomi seluruh kepentingan anak-anak.

dedi mulyadi bersama petani purwakarta

dedi mulyadi bersama petani Purwakarta ©2018 Merdeka.com/bram salam

Artinya tugas gubernur hanya administratif?

Tugasnya memang begitu. Hanya regulator, lebih mudah. Karena gubernur tak punya wilayah. Keluar dari gedung sate, masuk Bandung. Geser ke barat, Bandung barat, ke utara masuk Purwakarta. Wilayah gubernur itu administratif. Keberhasilan gubernur itu tergantung bupati dan wali kota.

Keberhasilan misalnya pengendalian kelahiran, itukan keberhasilan bupati/wali kota. Makanya fungsinya mengayomi. Maka di situ di evaluasi anggaran itu punya kewenangan untuk menunjukkan sisi-sisi mana kabupaten/kota belum bisa dilakukan dan tidak punya kemampuan maka itu perlu stimulus.

Pada sisi mana kabupaten/kota ini bisa melaksanakan, tetapi kemudian kemampuannya tidak dioptimalkan. Itu perlu koreksi. Dan di situlah peran seorang gubernur.

Anda pernah menyebut lebih mudah gubernur dibandingkan jadi ketua RT?

Saya katakan. Apa sih sulitnya jadi gubernur? Proses pemilihannya sampai jadi gubernurnya. Kalau jadi kan gampang. Apa? Nyusun anggaran sudah ada Bapeda, sudah ada tim pengelola anggaran Provinsi. Bikin jalan sudah ada panitia lelang. Bikin gerakan kesehatan, sudah ada dinas kesehatan. Bikin pelaporan sudah ada administrasi bidang pemerintahan. Uangnya sudah tersedia. Rp 35 triliun lebih.

Coba jadi ketua RT. Tetangga bertengkar gara-gara enggak punya beras. Mau kasih beras, ketua RT honornya cuma Rp 35.000 per bulan. Mau bangun jalan duitnya enggak ada. Mau bangun jembatan duitnya enggak ada. Ada di kampung yang gak bisa sekilas gara-gara biaya. RT enggak punya duit. Loh susah jadi ketua RT dibanding jadi gubernur.

(mdk/ang)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Arahan Kepala BPIP ke Jajaran untuk Jaga Suasana Damai dan Kondusifitas Pemilu 2024

Arahan Kepala BPIP ke Jajaran untuk Jaga Suasana Damai dan Kondusifitas Pemilu 2024

Kepala BPIP Yudian Wahyudi berharap pihaknya bisa ikut menjaga suasana damai dan kondusifitas Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

"Prabowo 'Sowan' ke Parpol di Luar Koalisi, Gerindra Tegaskan Komitmen pada Jawa Barat"

Jawa Barat merupakan provinsi yang mencatat sejarah bahwa Gerindra menang dua kali berturut-turut di Jawa Barat.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Rakyat Ingin Pemimpin Jujur, bukan Menganggap Dirinya Pintar tapi Hatinya Tidak Jelas

Prabowo: Rakyat Ingin Pemimpin Jujur, bukan Menganggap Dirinya Pintar tapi Hatinya Tidak Jelas

Prabowo menilai rakyat mendambakan pemimpin yang jujur dan konsisten antara perkataan dengan perbuatan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jelang Hari Tenang, PKS Serukan Kepada Pendukung AMIN Jaga Basis Jawa Barat

Jelang Hari Tenang, PKS Serukan Kepada Pendukung AMIN Jaga Basis Jawa Barat

Jika tren angka 51,8 persen Prabowo-Gibran terus naik maka potensi satu putaran cenderung meningkat.

Baca Selengkapnya
Diisukan Isi Jabatan Strategis, Eks Kasad Dudung: Kalau Diperintahkan Siap

Diisukan Isi Jabatan Strategis, Eks Kasad Dudung: Kalau Diperintahkan Siap

"Kalau misalkan diperintahkan, saya sebagai mantan prajurit saya siaplah apapun," kata Dudung

Baca Selengkapnya
Masa Jabatan Presiden menurut UUD 1945, Begini Penjelasannya

Masa Jabatan Presiden menurut UUD 1945, Begini Penjelasannya

Masa jabatan presiden menentukan seberapa lama seorang pemimpin dapat memegang kekuasaan dan mengimplementasikan kebijakannya.

Baca Selengkapnya
JK Ungkap Penyebab Pemilu 2024 Diwarnai Protes

JK Ungkap Penyebab Pemilu 2024 Diwarnai Protes

Demokrasi tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan didambakan oleh rakyat.

Baca Selengkapnya
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa

Jokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa

Wajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya