Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Membedah Efikasi dan Efektivitas Vaksin Covid-19

Membedah Efikasi dan Efektivitas Vaksin Covid-19 Anak-Anak Disuntik Vaksin Covid-19. ©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Merdeka.com - Covid-19 ‘bertamu’ ke rumah Rian. Dia dan keluarga terkejut mendengar sang ayah terpapar Covid-19. Padahal satu pekan sebelumnya, sang ayah baru saja menerima suntikan vaksin dosis pertama. Beruntung, sang ayah tanpa gejala.

Sebagai orang yang awam dengan dunia medis, dia cukup bingung. Ada tanya dalam benaknya. Sang ayah masih bisa terjangkit Covid-19 meski sudah menerima vaksin. Dia hanya mengetahui, vaksin tak serta merta menjadikan seseorang kebal terhadap virus Covid-19. Masih ada kemungkinan, seseorang yang sudah divaksin bisa terpapar Covid-19.

Rian sudah divaksin dua kali. Pria berusia 26 tahun itu menerima vaksin Sinovac. Setelah divaksin, dia mengaku cukup yakin dengan kekebalan tubuhnya menghadapi Covid-19. Seiring waktu berjalan, berbagai informasi berseliweran terkait daya lindung vaksin pada penerima.Salah satunya soal daya lindung vaksin pada tubuh penerima hanya bertahan selama 6 bulan.

infografis efikasi vaksin covid 19

Namun dia tak mau buru-buru mengambil kesimpulan bahwa vaksin yang telah dia terima akan kehilangan khasiat. Apalagi membuatnya sampai takut dan cemas secara berlebihan.

"Selama belum ada penelitian atau hal yang membenarkan itu, tidak menjadi ketakutan juga. Karena balik lagi masing-masing daya tahan tubuh seseorang itu berbeda," ujar dia saat berbincang dengan merdeka.com, akhir pekan lalu.

Pertanyaan seputar daya lindung vaksin menjadi hal yang perlu dijawab. Agar masyarakat seperti Rian tidak kebingungan. Munculnya pelbagai merek vaksin membuat masyarakat tak berhenti mencari tahu, vaksin yang paling manjur.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof. Amin Soebandrio menjelaskan, saat ini memang ada beberapa merek vaksin yang digunakan di Indonesia. Setiap produsen vaksin mengklaim buatannya paling manjur menangkal Covid. Masyarakat tak perlu bingung. Cukup berpegang pada pedoman Badan Kesehatan dunia alias WHO.

"Pedoman WHO selama vaksin di atas 50 persen efikasinya masih dianggap cukup efektif untuk mencegah dan membuat orang kalau sakit tidak berat dan tidak menularkan ke orang lain," katanya kepada Merdeka.com, pekan lalu.

penyuntikan vaksin covid 19 dosis ketiga

Perbedaan Efikasi dan Efektivitas

Masyarakat jangan terkecoh angka efikasi maupun klaim efektivitas sebuah vaksin. Angka efikasi maupun efektivitas setiap vaksin harus diterjemahkan dan dipahami dengan baik agar tak salah kaprah.

Angka efikasi diperoleh dari uji klinik. Dalam uji klinik, biasanya subjek yang diuji dibagi menjadi dua kelompok. Ada kelompok yang mendapat vaksin dan kelompok yang tidak mendapat vaksin. Hasil yang didapat dari dua kelompok itu kemudian dibandingkan. Sementara efektivitas vaksin merupakan kinerja vaksin dalam situasi riil. Karena itu, angka efikasi dan efektivitas tidak akan sama.

Amin Soebandrio memberi penjelasan yang mudah dipahami. Misalnya, jika efikasi disebut 65 persen. Tidak berarti kalau ada 100 orang disuntik, yang terlindung hanya 65 orang. Yang dimaksud 65 persen itu artinya orang yang divaksin menurun risikonya sebesar 65 persen. Sederhananya, orang yang tidak divaksin risikonya 3 kali lipat dibandingkan orang yang divaksin.

pemprov dki percepat vaksinasi dosis kedua

Jangka Waktu Perlindungan Vaksin

Terkait jangka waktu daya lindung vaksin khususnya bagi penerima vaksin di Indonesia, belum bisa dijelaskan pasti. Karena data yang menjadi basis perhitungan masih sangat minim.

"Semua orang belum tahu. Kita kan pandeminya baru 1,5 tahun vaksin baru kita coba setengah tahun. Dengan dasar itu semua vaksin belum tahu itu daya lindungnya berapa lama. Karena pemantauannya baru. Semua belum mempunyai data."

Rata-rata, jangka waktu sejak vaksin disuntikkan hingga saat ini baru mencapai enam bulan. Sementara untuk melihat daya lindung vaksin, diperlukan waktu pemantauan yang lebih lama.Dilihat dari sisi keilmuan, daya lindung vaksin pasti akan menurun. Namun, belum diketahui jangka waktu daya lindung vaksin setelah disuntikkan. Sekali lagi, karena data pemantauan yang dimiliki saat ini masih sangat singkat.

"Kalau turun pasti. Vaksin apapun pasti turun. Tapi seberapa lama, kita belum tahu. Misalnya Moderna klaim mereka bisa lebih lama, buktinya dari mana? Mereka baru coba enam bulan yang lalu juga," ucapnya.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban memperkuat penjelasan Amin. Saat ini belum diketahui jangka waktu daya lindung vaksin bagi penerima. Belum bisa disimpulkan daya lindung vaksin hanya bertahan enam bulan.

"Karena kita belum cukup lama, tapi mestinya vaksin sudah mulai bulan Desember negara-negara lain sehingga mungkin akhir tahun ini kita sudah dapat bayangan," tegas dia saat dihubungi terpisah.

Informasi terkait daya lindung vaksin menimbulkan beragam pertanyaan tentang dampak yang bakal terjadi terhadap penerima ketika daya lindung vaksin sudah mencapai batasnya. Alias sudah habis.

Menurut pakar Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Prof I Gusti Ngurah Mahardika, dalam tubuh manusia terdapat sel memori. Sel ini akan banyak berperan menghadapi penyakit termasuk Covid-19. "Kalaupun antibodi kita sudah nol, tapi sel memori akan ada seumur hidup," jelasnya.

Dia mencontohkan vaksin cacar yang diberikan saat anak-anak. Antibodinya tidak akan bertahan seumur hidup. Tetapi sampai sekarang kebanyakan masih kebal terhadap cacar. Karena dalam tubuh ada sel memori. Sel memori biasanya membuat zat kebal jauh lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan virus. "Begitu ilmunya," jelas Mahardika.

Namun ada orang yang membutuhkan dukungan antibodi aktif berupa suntikan dosis ketiga atau booster. Yakni para tenaga kesehatan. Tuntutan pelayanan dan lokasi kerja membuat mereka harus terus memiliki antibodi yang tinggi. Sementara untuk masyarakat umum, belum perlu.

Amin Soebandrio menambahkan, ketika seseorang terserang virus, maka akan terbentuk dua jenis sel. Yakni sel antibodi dan sel memori. Setelah virus berhasil dikalahkan, sel antibodi otomatis akan menurun. Lantaran tak ada lagi ‘musuh’ yang harus dihadapi. Sel memori menyimpan informasi terkait virus yang pernah masuk dan dihadapi. Sehingga lebih cepat reaksi dan responsnya ketika virus masuk dalam tubuh.

"Sel memori itu walaupun nanti (antibodi) sudah menurun, sel memori itu masih ada. Cuma memang kadarnya ada yang tinggi ada yang rendah. Juga tergantung dari jenis mikrobanya," lanjut dia.

Terkait suntikan vaksin ketiga untuk masyarakat, Zubairi Djoerban menilai belum diperlukan. Sebaiknya vaksin yang ada saat ini digunakan terlebih dulu untuk mengejar target vaksinasi. Masih banyak masyarakat yang belum divaksinasi. Namun pemberian suntikan ketiga bagi tenaga medis diperlukan. Atas dasar pertimbangan risiko yang dihadapi.

"Kalau dokter mati yang rugi masyarakat. Harus dilindungi dengan vaksin ketiga. Untuk masyarakat yang lain, menurut saya fairnya yang belum vaksinasi, vaksinasi dulu. Nanti kalau vaksinasi sudah hampir rata, ya silakan," kata Zubairi.

Kementerian Kesehatan juga belum memutuskan vaksin ketiga untuk masyarakat. Pemerintah masih menunggu hasil kajian ilmiah dan rekomendasi WHO untuk mengambil langkah tersebut.

"Kita tunggu kajian ilmiah dan rekomendasi dari WHO," singkat Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cara Menjaga Kesehatan Mata dengan Langkah Sederhana, Ini Ulasannya

Cara Menjaga Kesehatan Mata dengan Langkah Sederhana, Ini Ulasannya

Jangan abaikan kondisi kesehatan mata Anda! Mulailah menjaganya sedini mungkin.

Baca Selengkapnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Penyakit Autoimun, Kondisi Tubuh yang Diserang Pelindungnya Sendiri

Mengenal Penyakit Autoimun, Kondisi Tubuh yang Diserang Pelindungnya Sendiri

Penyakit autoimun merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.

Baca Selengkapnya
Bisa Sebabkan Masalah dan Penyakit, Ketahui 8 Bagian Tubuh yang Tak Boleh Disentuh Sembarangan

Bisa Sebabkan Masalah dan Penyakit, Ketahui 8 Bagian Tubuh yang Tak Boleh Disentuh Sembarangan

Sejumlah bagian tubuh ternyata tidak boleh kita sentuh sembarangan, terutama dengan kondisi tangan yang belum steril.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Cara Menjaga Kesehatan Mata, Hindari Ragam Penyakit Berbahaya Sedari Dini

Cara Menjaga Kesehatan Mata, Hindari Ragam Penyakit Berbahaya Sedari Dini

Seiring bertambahnya usia, memang fungsi mata akan menurun dengan sendirinya. Namun Anda harus tetap bisa melakukan beragam cara untuk menjaga kesehatannya.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Meningkat, Kemenkes Siapkan Vaksin Booster Ke-3 Gratis Sampai 31 Desember

Covid-19 Meningkat, Kemenkes Siapkan Vaksin Booster Ke-3 Gratis Sampai 31 Desember

Vaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya