Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Medis Jalanan di Malam Mencekam

Medis Jalanan di Malam Mencekam Korban Bentrokan di Penjompongan. ©2019 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Merdeka.com - Ponsel Joko Istanto terus berdering. Sebuah panggilan masuk datang dari Eki, Kepala Markas PMI Jakarta Timur. Ketika itu dia bersama tim sedang bertugas membagikan makan malam kepada korban kebakaran di Jatinegara. Setelah telepon dijawab, Joko diminta bergegas kembali ke markas.

Telpon dari atasannya itu sekitar pukul 19.30 WIB. Joko mendapat tugas khusus menuju lokasi demonstrasi di area gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu, 25 September 2019. Kebetulan itu hari ketiga demo mahasiswa #ReformasiDikorupsi. Sebagai petugas medis mereka mengikuti perintah.

Joko dan rekannya memang sedang kena giliran jadwal piket malam. Tak sampai setengah jam, mereka sudah tiba di markas PMI. Kemudian menyiapkan segala peralatan medis buat pertolongan pertama ke dalam ambulans.

korban bentrokan di penjomponganKorban Bentrokan di Penjompongan ©2019 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Dinas malam itu, Joko ditemani empat relawan KSR PMI Jakarta Timur ditambah satu relawan PMI Pemprov DKI Jakarta. Total ada enam personel PMI yang berdinas. Mereka adalah Joko, Supri, Abdul Rojak, Arif, Iwan dan Aray. Tim dipimpin Supri sekaligus bertugas sebagai sopir ambulans.

Sesuai arahan, Supri diminta membawa ambulans ke Jembatan Slipi di Palmerah, Jakarta Barat. Sayangnya jalan menuju lokasi sudah ditutup. Pantauan navigasi digital pun menunjukkan kemacetan total pada wilayah tersebut.

Tanpa pikir panjang, Supri ambil jalan pintas lain. Mobil ambulans akhirnya berhenti di Jembatan Semanggi. Di sana mereka bertemu ambulans Puskesmas sedang siaga. Tidak lama kemudian diminta berkumpul dengan ambulans PMI DKI Jakarta lainnya.

Dalam perjalanan, laju ambulans kerap tertahan. Mereka sebenarnya ingin menuju sekitar area pintu belakang Gedung DPR, namun jalan sudah tertutup. Kemudian memutuskan berhenti kembali di SPBU Pejompongan.

Suasana malam itu memang mencekam. Joko ingat betul korban pertama yang datang seorang anak sekolah. Kondisinya kepalanya bocor bersimbah darah. Lalu tak lama disusul korban lainnya terkena gas air mata. Ada juga korban datang yang hanya lecet di dagu.

"Lebih kurang ada 4-5 orang yang ditolong di sana," ucap Joko menceritakan keadaan mencekam itu kepada merdeka.com, Rabu lalu.

Mereka tak lama di sana. Setelah 25 menit, ambulans PMI Jakarta Timur kembali bergerak. Warga setempat menyarankan agar PMI lebih mendekat lokasi kerusuhan. Kabarnya banyak korban terluka membutuhkan pertolongan. Setelah berkoordinasi tim membawa ambulans menuju Menara BNI 46. Apalagi di SPBU Pejompongan sudah ada beberapa ambulans dari kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat lain sudah siaga.

korban bentrokan di penjomponganKorban Bentrokan di Penjompongan ©2019 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Tiba di Menara BNI 46,ambulans PMI diarahkan menuju lobi. Joko tidak menyangka sudah ada banyak mobil ambulans di sana dari berbagai instansi. Salah satunya dari Ambulans Gawat Darurat 118 milik Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Tim medis di area ini hanya menunggu korban yang datang atau permintaan pertolongan. Kata Joko, banyak korban terluka enggan datang ke pusat kesehatan. Sebab, untuk kasus serius biasanya akan langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. Hal ini biasanya dihindari para korban.

Semakin malam gesekan antara pendemo dan kepolisian tidak dapat terhindarkan. Korban luka terus bertambah. Para petugas medis ini silih berganti memberikan pertolongan.

Demonstrasi mahasiswa mengusung tema #ReformasiDikorupsi sebenarnya hanya direncanakan pada 23-24 September 2019. Adapun aksi lanjutan sehari setelahnya banyak dilakukan para pelajar Sekolah Menengah Atas turun (SMA) yang justru turun ke jalan. Alasan mereka lebih kepada urusan solidaritas.

Adapun pemicu demonstrasi untuk mendesak pemerintah dan DPR untuk menerbitkan Perppu KPK dan membatalkan pengesahan RUU KUHP. Dua poin itu paling ditonjolkan, selain masih ada tuntutan mereka lainnya, seperti penyelesaian konflik di Papua.

Petugas Medis Tak Boleh Diserang

Ambulans PMI terparkir di Jembatan Semanggi menuju arah Slipi. Tanpa suara sirine, kilau cahaya lampu rotator menjadi tanda hadirnya tim para medis. Di dalam ada lima petugas berseragam merah sedang sibuk memberikan pertolongan korban gesekan antara mahasiswa dan polisi.

Mereka bertugas membantu siapa saja demi misi menyelamatkan jiwa. Korban bentrok bukan hanya dari mahasiswa. Sebagian polisi juga menerima pertolongan ambulans PMI.

Mayoritas korban mengeluhkan rasa pedih di mata akibat tembakan gas air mata. Biasanya pertolongan pertama dengan dibilas air bersih. Namun, ada beberapa korban dari mahasiswa sampai mengalami sesak napas. Bila dirasa sudah di tahap ini maka tabung oksigen jadi pilihan.

Tidak sedikit korban dengan luka berdarah berdatangan. Mulai dari lecet akibat timpukan batu sampai kepala bocor. Satu per satu ditangani petugas para medis dengan sigap. Dalam kondisi di tengah ricuh, para medis dituntut berusaha tidak panik dan fokus meski kondisi makin mencekam.

"Kalau kita tidak bisa memberikan kehidupan, minimal kita tidak mematikan kehidupan," kata Wakil Ketua PMI Jakarta Timur, Budi Pranoto di kantornya.

ilustrasi pmi jakarta timur

PMI Jakarta Timur 2019 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Sebelum aksi #ReformasiDikorupsi terjadi, PMI DKI Jakarta sudah memberikan instruksi. Mereka meminta tiap cabang menyiapkan tim medis untuk bergerak mengantisipasi banyak korban berjatuhan.

Setelah mendapat instruksi, Tim Medis PMI Jakarta Timur mulai bergerak ke lokasi. Dipimpin langsung Budi Pranoto dengan membawahi empat orang dari anggota KSR PMI Jakarta Timur.

Para medis ini terlatih dan berpengalaman dan bersertifikasi. Mereka memakai seragam warna merah. Berlambang Palang Merah Indonesia sebagai identitas. Tujuannya agar lebih mudah dikenali sebagai tim medis.

Selama ada aksi unjuk rasa, tim medis diminta menuju titik demonstrasi. Budi mengarahkan sopir ambulans ke jembatan Semanggi. Saat ambulans berhenti, banyak korban berjatuhan. Tak hanya dari pendemo yang terluka. Aparat kepolisian pun turut jadi korban.

Dari lima tim medis, mereka berbagi tugas. Ada yang mengamankan kondisi dan memberikan pertolongan. Meski sudah ada pembagian tugas, namun mereka kerja secara fleksibel. Penanganan pasien pun dilakukan di tempat. Perawatan medis di lakukan di jalanan. Menggunakan perlengkapan yang dibawa.

Pertolongan korban akibat gas air mata dilakukan tindakan sederhana. Mata perih dicuci dengan air bersih. Luka berdarah segera ditangani sesuai prosedur. Dibersihkan lalu dibalut dengan perban. Begitu juga cidera lain. Beruntung tak ada korban yang perlu dirujuk untuk perawatan lebih lanjut. Semua bisa diatasi di jalanan.

"Kita enggak masalah itu siapa. Pokoknya kita menolong yang butuh penanganan," ujar Budi.

Di tengah penanganan korban, Budi mengaku sempat hampir terjadi kesalahpahaman. Saat tim medis bertugas, dia melihat sekelompok aparat bertameng dan tongkat datang. Melihat gelagat tidak enak, dia segera menemui pemimpin regu dan memperkenalkan sebagai tim medis.

Dirinya sadar pentingnya komunikasi di lapangan dengan banyak pihak guna menghindari kesalahpahaman. Sekaligus menjelaskan sebagai tim medis tugasnya menolong siapa saja. Baik pendemo maupun aparat yang terluka.

PMI tidak memiliki kepentingan apapun dalam kondisi seperti ini. Mereka bergerak sesuai dengan 'Tujuh Prinsip Palang Merah dan Bulan Sabit Merah'. Dua di antaranya prinsip kemanusiaan dan kenetralan.

Dua prinsip ini bermakna PMI bertugas atas dasar kemanusiaan sehingga menolong orang terluka dalam konflik dan tidak memihak siapa pun. Kepentingannya hanya menyelamatkan jiwa orang yang terluka.

Dalam hukum humaniter hasil konvensi Jenewa merumuskan tawanan yang sudah menyerah atau terluka tidak boleh diserang. Selain itu, tim medis dan jurnalis tidak boleh jadi sasaran dalam pertempuran.

Negosiasi berjalan baik. Aparat yang semula hendak merangsek para pendemo bersikap lebih kooperatif. Menurut Budi, justru aparat keamanan itu akhirnya mengingatkan para pendemo yang luka untuk segera membubarkan diri setelah mendapat perawatan medis.

(mdk/ang)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada, Bisa Jadi Tanda 5 Masalah Kesehatan Ini!

Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada, Bisa Jadi Tanda 5 Masalah Kesehatan Ini!

Nggak hanya karena keringat berlebih, ini beberapa masalah kesehatan yang bisa jadi penyebabnya.

Baca Selengkapnya
Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat

Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat

Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda

Baca Selengkapnya
Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya

Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya

Gejala selesma pada anak biasanya meliputi bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga demam ringan. Namun kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kenali 4 Hal yang Harus Diperhatikan Orangtua saat Anak Sakit

Kenali 4 Hal yang Harus Diperhatikan Orangtua saat Anak Sakit

Pada saat anak sedang sakit, orangtua biasanya akan mengalami sejumlah kebingungan. Penting bagi orangtua untuk memerhatikan sejumlah hal.

Baca Selengkapnya
Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%

Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%

"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan

Baca Selengkapnya
Cara Mencegah Usus Buntu pada Anak, Jaga Asupannya tetap Sehat

Cara Mencegah Usus Buntu pada Anak, Jaga Asupannya tetap Sehat

Usus buntu pada anak adalah kondisi medis di mana apendiks, organ kecil yang menempel pada usus besar mengalami infeksi dan peradangan.

Baca Selengkapnya
Tak Mau Diajak Bolos Sekolah hingga Kerap Diejek Temannya, Alasan Pelajar Ini Tuai Pujian Warganet

Tak Mau Diajak Bolos Sekolah hingga Kerap Diejek Temannya, Alasan Pelajar Ini Tuai Pujian Warganet

Meski kerap di-bully oleh temannya karena tak mau bolos sekolah, pria ini ungkap alasannya.

Baca Selengkapnya
Ibu Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Benturkan Kepala ke Tembok Rutan, Mengaku Nabi & Bicara Kiamat

Ibu Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Benturkan Kepala ke Tembok Rutan, Mengaku Nabi & Bicara Kiamat

Atas rekomendasi dokter, ibu muda rekomendasi dokter, ibu muda itu membutuhkan perawatan sekitar dua minggu.

Baca Selengkapnya
7 Masalah Kesehatan yang Umum Dialami saat Berjalan-jalan di Alam Terbuka

7 Masalah Kesehatan yang Umum Dialami saat Berjalan-jalan di Alam Terbuka

Berkelana dan menjelajah alam bebas memang menyenangkan namun juga bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.

Baca Selengkapnya
Anak-Anak di Inggris Beri Pesan Dukungan untuk Anak-Anak Palestina dalam Unjuk Rasa di London

Anak-Anak di Inggris Beri Pesan Dukungan untuk Anak-Anak Palestina dalam Unjuk Rasa di London

Anak-Anak di Inggris Beri Pesan Dukungan untuk Anak-Anak Palestina dalam Unjuk Rasa di London

Baca Selengkapnya