Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kelas MBA besar dari Mandiri-Ciputra

Kelas MBA besar dari Mandiri-Ciputra Dahlan Iskan di Merdeka.com. ©2013 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - p>Saya terharu panjang di hari Minggu lalu di Hongkong. Bahagia. Juga bangga. Dan ikut bergelora.

Lebih 500 Tenaga Kerja Wanita (TKW) hari itu menyelesaikan pendidikan entrepreneurship tiga jenjang selama 18 minggu. Sebuah pendidikan yang metode dan pelaksanaannya dilakukan oleh Pusat Entrepreneurship Universitas Ciputra dengan dukungan pembiayaan penuh dari Bank Mandiri.

Mereka tidak hanya diberi pengetahuan bisnis, tapi -dan yang utama- dibangkitkan harga dirinya, dimunculkan kemampuan usahanya, dan dihidupkan rasa percaya dirinya.

Mereka juga terus dilatih menuliskan mimpi, mengemukakan mimpi, dan merencanakan melaksanakan mimpi mereka. Mimpi itu harus ditulis dengan amat pendek, ditempel di dinding, dilihat saat sebelum tidur. Setiap hari. Dan boleh diubah.

Mereka juga dilatih mengemukakan ide dalam pidato tiga menit di depan umum. Di depan kelas. Tidak boleh lebih tiga menit. Saya setuju. Pengusaha itu harus berani bicara, pandai bicara, tapi tidak boleh banyak bicara.

Ketika menyaksikan mereka tampil dengan penuh percaya diri (ada yang bicara dalam bahasa Mandarin, Canton, dan sebagian lagi dalam bahasa Inggris), saya angkat topi pada para TKW itu. Juga kepada para instruktur yang sudah berhasil membuat mereka berubah.

Antonius Tanan, Rektor Universitas Ciputra Entrepreneurship Center dan timnya rupanya tidak hanya telah mengajar tapi lebih-lebih telah memotivasi mereka.

Antonius rupanya berhasil menemukan faktor utama untuk memotivasi mereka: keluarga. Semua wanita yang pergi ke Hongkong untuk menjadi TKW itu adalah mereka yang berjuang untuk keluarga.

Lebih dari 2/3 yang ikut program ini berstatus ibu rumah tangga. Mereka meninggalkan anak yang masih kecil dan suami mereka. Hanya dorongan yang amat kuat untuk memperbaiki ekonomi keluargalah yang membuat mereka rela berpisah bertahun-tahun.

Tentu anak-anak mereka amat sedih tumbuh tanpa ibu. Anak-anak itu juga amat rindu pada kasih sayang ibunda. Kesedihan dan kerinduan anak-anak yang ditinggal di kampung itulah yang direkam dalam bentuk video dan diputar di depan kelas. Kelas bisnis itu hening. Lalu terdengar isak tangis. Mereka menangis. Juga saya. Juga Dirut Bank Mandiri Zulkifli Zaini.

Tapi di kelas itu Antonius tidak mau menimbulkan kesan bahwa mereka adalah ibu-ibu yang tega. Antonius lebih memberikan gambaran betapa Sang Ibu sebenarnya juga amat sedih meninggalkan anak-anak kecil mereka. Sang Ibu meninggalkan anak-anak itu bukan karena tega tapi justru demi anak itu sendiri. Demi masa depan mereka. Pendidikan mereka. Meninggalkan anak untuk anak itu sendiri.

Memang kenyataannya banyak ibu yang lantas tergantung pada penghasilan sebagai TKW. Selesai kontrak dua tahun mereka balik lagi ke Hongkong dua tahun berikutnya. Berikutnya lagi. Begitu seterusnya hingga banyak yang sudah delapan tahun masih juga belum bisa kembali berkumpul dengan anak.

Bisnislah yang akan bisa membuat mereka kembali berkumpul dengan keluarga. Kerinduan akan keluarga itu harus jadi motivasi utama untuk memulai bisnis.

Ilmu diberikan. Cara disimulasikan. Jalan ditunjukkan. Tabungan ada. Kemampuan dimunculkan. Percaya diri sudah tinggi. Tekad sudah membaja.

Terutama tekad untuk kumpul keluarga.

Melihat semua itu, hari itu, saya putuskan tidak jadi pidato. Tidak jadi mengajar. Pidato sudah tidak akan penting lagi. Mereka sudah begitu siap memulai bisnis di kampung masing-masing. Saya hanya menyampaikan keyakinan bahwa mereka bisa.

Bisnis itu yang paling sulit adalah memulainya. Sedang mereka sudah sangat siap memulai. Yang juga sulit adalah mengubah sikap dari seorang penganggur atau seorang pekerja menjadi seorang pengusaha. Sedang mereka sudah siap berubah.

Orang yang sulit berubah akan sulit jadi pengusaha. Padahal mereka adalah orang-orang yang sudah membuktikan bahwa dirinya pernah membuat perubahan besar dalam hidupnya. Yakni waktu mereka memutuskan berani meninggalkan kampung halaman untuk pergi ke Hongkong.

Itu adalah sebuah perubahan yang amat besar yang pernah mereka buat. Ini modal penting untuk perubahan berikutnya: dari pekerja ke calon juragan pekerja.

Waktu saya tamat Madrasah Aliyah (SMA) dan memutuskan meninggalkan kampung halaman di pelosok desa di Magetan untuk merantau ke Kaltim, itulah perubahan terbesar dalam hidup saya. Waktu memutuskan itu rasanya dunia seperti mau kiamat. Gelap dan kalut. Putuslah semua akar kehidupan. Apalagi harus meninggalkan Aishah.

Padahal para TKW itu tidak sekadar ke Kaltim yang hanya beda propinsi, melainkan ke negara orang lain dengan bahasa dan budaya yang amat berbeda.

Program Bank Mandiri ini sudah berlangsung tiga angkatan. Berarti sudah 1.500 TKW yang sudah dan siap berubah jadi pengusaha. Lulusan angkatan pertama yang kini sudah jadi pengusaha sapi perah dan resto lesehan di Purwokerto, Kartilah, ditampilkan sebagai role model. Ia juga membawa anaknya yang kini sudah SMA, yang dulu bertahun-tahun ditinggalkannya.

"Waktu saya kembali dari Hongkong mengakhiri status sebagai TKW saya tidak langsung pulang," ujar Kartilah dengan gaya yang sudah benar-benar pengusaha. "Saya langsung ke pasar sapi. Beli sapi," katanya.

"Kalau pulang dulu, bisa-bisa tertarik beli-beli yang lain dan gagal jadi pengusaha," tambah Kartilah. Itu menandakan kuatnya motivasi untuk menjadi pengusaha.

Salah seorang peserta program ini, yang juga sudah siap bisnis di Malang, punya permintaan ke Bank Mandiri: agar ada pendidikan serupa untuk para suami mereka di kampung. Dia khawatir usaha mereka tidak lancar hanya karena suami tidak mendukung.

Program Bank Mandiri ini sangat membanggakan. Begitu intensifnya program bisnis ini sampai-sampai saya merasa seperti tidak sedang di tengah-tengah TKW. Saya lebih merasa sedang dalam kelas MBA yang besar!

"Kami akan lanjutkan program ini," ujar Zulkifli Zaini. Tepuk tangan menggemuruh.

Bank Mandiri yang juga memiliki program besar Wirausaha Muda Mandiri untuk mahasiwa, akan terus diberkahi oleh Yang Mahakuasa. Kini labanya mencapai rekor terbesar dalam sejarah Bank Mandiri: Rp 15,5 triliun.

*Oleh Dahlan Iskan

Menteri BUMN

(mdk/rin)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perluas Layanan Finansial, Bank DKI Rambah Sektor Pendidikan

Perluas Layanan Finansial, Bank DKI Rambah Sektor Pendidikan

Sedangkan dalam upaya mendukung pariwisata di Kota Jakarta, Bank DKI berkolaborasi bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.

Baca Selengkapnya
Sosok Lukman Hakim, Teman Dekat Bung Karno yang Pernah Jadi Direktur Bank Dunia

Sosok Lukman Hakim, Teman Dekat Bung Karno yang Pernah Jadi Direktur Bank Dunia

Pria kelahiran Tuban ini tercatat pernah menduduki banyak jabatan strategis.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sindikat Penipuan Modus Limit Kartu Kredit Dibongkar Polisi, Empat Pelaku Ditangkap

Sindikat Penipuan Modus Limit Kartu Kredit Dibongkar Polisi, Empat Pelaku Ditangkap

Keempat pelaku berpura-pura sebagai pegawai bank untuk mengelabui korbannya.

Baca Selengkapnya
Tak Hanya UMKM, Amar Bank Bakal Salurkan Kredit ke Sektor Korporasi dan Komersil

Tak Hanya UMKM, Amar Bank Bakal Salurkan Kredit ke Sektor Korporasi dan Komersil

Amar Bank juga telah memiliki tim kerja yang berfokus untuk menggarap segmen korporasi dan komersil.

Baca Selengkapnya
Sosok Pemuda di Kalideres Tersangka Penjual Sertifikat Habib Palsu Dikenal Tertutup

Sosok Pemuda di Kalideres Tersangka Penjual Sertifikat Habib Palsu Dikenal Tertutup

Tersangka dikenal tetangga sebagai mahasiswa di salah satu kampus Jakarta.

Baca Selengkapnya
Nekat Tinggalkan Jabatan Mentereng di Bank, Pria Tulungagung Ini Pilih Buka Bisnis Cukur Rambut

Nekat Tinggalkan Jabatan Mentereng di Bank, Pria Tulungagung Ini Pilih Buka Bisnis Cukur Rambut

Sesaat setelah pensiun dini dari bank, orang tuanya sempat khawatir karena dia belum bekerja lagi dan bisnis yang dijalankan belum jelas nasibnya

Baca Selengkapnya
Ketua LPS: Tak Hanya Dua, Ada Bank BPR Lain Bakal Bangkrut di 2024

Ketua LPS: Tak Hanya Dua, Ada Bank BPR Lain Bakal Bangkrut di 2024

Ketua LPS menjamin peristiwa itu tidak sampai menimbulkan gejolak dalam sektor perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya
Membedah KJMU, Program Pemprov DKI yang Bikin Was-Was Mahasiswa

Membedah KJMU, Program Pemprov DKI yang Bikin Was-Was Mahasiswa

Pemprov DKI Jakarta diisukan mencoret sejumlah nama mahasiswa dari keluarga miskin sebagai peserta Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU).

Baca Selengkapnya