Gelembung televisi Anas Urbaningrum
Merdeka.com - Anas Urbaningrum adalah gelembung balon yang ditiup oleh media, khususnya televisi yang pemiliknya terobsesi menjadi penguasa negeri. Anas sesungguhnya sudah habis setelah KPK menemukan kaitan namanya dalam kasus yang melibatkan Bendahara Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.
Saat itu, sekitar dua setengah tahun lalu, Nazaruddin menjadi pusat perhatian. Ini bukan semata kasus korupsi yang membelitnya, tetapi karena posisinya sebagai pejabat partai berkuasa. Kasusnya bisa menyeret siapa saja: petinggi partai, pejabat pemerintah, termasuk SBY, orang paling berkuasa di Demokrat.
Nazaruddin bukan bajingan biasa. Meski baru setahun menjadi bendahara partai, namun soal patgulipat duit gelap sudah mahir. Dia tidak mau disalahkan, juga tidak mau dikorbankan, karena apa yang dilakukannya bukan semata untuk memperkaya diri pribadi. Ada misi kelompok, ada tugas partai. Tidak adil kalau dia dikejar-kejar, sementara yang lain ongkang-ongkang di balik dalih demi nama baik partai.
Bajingan muda itu sempat memperingatkan kolega-koleganya, kalau tidak bisa melindungi dirinya, maka akan terseret. Tidak hanya rekan-rekan separtai di DPR dan pemerintah yang diingatkan, tetapi juga Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Bahkan dia menyebar ancaman ke SBY, dengan menyebut Ibas terlibat.
Merasa tidak mendapat perlindungan dari partai dan presiden, Nazaruddin kabur ke luar negeri. Nah dalam pelarian itulah dia mulai menebar kebusukan orang-orang Demokrat: Angelina Sondakh, Andi Mallarengeng, Anas Urbaningrum. Dari sinilah orang mulai meragukan integritas Anas.
Hubungan dekatnya dengan Nazaruddin ditelusuri, demikian juga dengan kaitan perannya dalam proyek-proyek yang dikorupsi Nazaruddin. Di sisi lain bantahan-bantahan Anas tidak meyakinkan. Merujuk pada keterangan Nazaruddin, orang lalu menelusuri harta kekayaan Anas. Janggal memang, berposisi hanya sebagai politisi, tetapi bisa membangun rumah bak istana Cikeas. Uang dari mana?
Kaburnya Nazaruddin tidak membuat KPK berdiam diri. Ini soal pertaruhan nama besar lembaga. Jika Nazarudin tidak tertangkap, benar anggapan orang: KPK tak berdaya menghadapi partai penguasa!
Singkat cerita, KPK berhasil membekuk Nazaruddin di Kolombia. Berita penangkapannya menggegerkan. Tetapi yang tidak kalah menggegerkan adalah pernyataan-pernyataannya yang menyebut Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum terlibat korupsi dalam banyak proyek.
Saking kuatnya opini publik yang dilhami keterangan Nazaruddin, Anas terpaksa bikin pernyataan yang lebih kuat: gantung saya di Monas jika saya terlibat. Nazaruddin tertawa mendengar tantangan itu. Katanya, apapun pernyataan Anas, tidak akan mampu mengelabui fakta korupsi yang sudah dilakoninya.
Sebetulnya Anas sudah habis. Apalagi dia sedang berhadapan dengan KPK yang sedang mendapat sokongan kuat masyarakat. Tapi Anas dan para pengikutnya masih punya cara bertahan dan mengembangkan diri: memperbesar wacana permainan politik internal Demokrat, dengan menempatkan diri sebagai pihak yang dizalimi SBY.
Di sinilah gelembung Anas tertiup kembali. Seperti halnya pertarungan internal partai lainnya, Anas vs SBY sebetulnya hanya berita politik biasa. Tapi oleh media televisi tertentu perseteruan itu berubah menjadi pengembangan opini untuk menghancurkan reputasi SBY. Secara demikian media televisi itu memihak ke Anas. Ya, bisa dipahami karena pemilik televisi itu sedang terlibat persaingan politik, termasuk dengan SBY.
Jadilah Anas orang hebat di layar kaca. Setiap ada momentum perseteruan Anas vs SBY, dua stasiun televisi mewartakannya secara luar biasa. Belakangan beberapa stasiun televisi yang pemiliknya baru mencalonkan diri menjadi presiden, juga ikut-ikutan. Anas pahlawan layar kaca dalam menghadapi kekuasaan SBY.
Rupanya publikasi televisi itu menaikkan kepercayaan diri Anas dan koleganya. Mereka merasa dibela media, sehingga berani mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak bisa dicek kebenarannya. Mereka berpikir masih perang melawan SBY. Padahal yang dihadapi adalah KPK, lembaga yang paling dipercaya rakyat.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies mengatakan, kampanye akbar Anies-Cak Imin di JIS bukan kegiatan wajib yang harus dihadiri pendukungnya.
Baca SelengkapnyaSejauh ini Anies masih mengumpulkan bukti-bukti terkait dugaan kecurangan Pemilu.
Baca SelengkapnyaAnies menilai dengan adanya inisiatif hak angket, proses di DPR bisa berjalan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Anies mengikuti lomba gebuk bantal. Aksinya pun mengundang tawa.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan bercerita pernah diminta untuk membuat pidato kekalahan pada Pilkada DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaAnies juga menginginkan agar demokrasi tetap terjaga dengan baik.
Baca SelengkapnyaAnies meminta semua pihak untuk menghormati segala proses yang tengah berjalan di KPU.
Baca SelengkapnyaAnies mengatakan, penangkapan pelaku pengancaman tersebut setidaknya memberikan pelajaran kepada siapa saja yang melakukan hal serupa.
Baca SelengkapnyaSebelum masuk bilik pencoblosan, Anies memeriksa lembar suara. Dia terlihat membuka dan membolak-balikkan lembar suara itu.
Baca Selengkapnya