Dunia Alami Resesi Hadapi Pandemi
Merdeka.com - Ekonomi puluhan negara ambruk seketika. Serangan pandemi Covid-19 seolah meluluhlantakkan dunia. Banyak negara resesi. Pertumbuhan ekonomi minus selama dua kuartal berturut-turut. Pendapatan Domestik Buroto (PDB) mereka terkontraksi.
National Bureau of Economic Research (NBER) mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang tersebar di seluruh ekonomi. Biasanya berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Inggris menjadi salah satu negara mengonfirmasi masuk dalam jurang resesi. Tercatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 minus 20,4 persen, setelah sebelumnya di kuartal I-2020 minus 2,2 persen.
Selain Inggris, Australia juga sudah masuk jurang resesi. Ekonomi Negari Kanguru itu pada kuartal I-2020 minus 0,3 persen dan kuartal II-2020 minus 7 persen.
Di tengah ancaman resesi, China menjadi negara cukup beruntung. Ekonomi mereka sempat minus 6,8 persen pada kuartal I-2020. Kemudian tumbuh kembali positif 3,2 persen pada kuartal II-2020.
International Monetary Fund atau IMF memperkirakan perekonomian dunia akan mengalami krisis keuangan terburuk sejak depresi besar tahun 1930-an. Perekonomian dunia diproyeksi bakal mengalami kontraksi hingga 3 persen pada 2020.
OECD atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi meramal pertumbuhan ekonomi global tahun ini minus 6 hingga 7,6 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi Bank Dunia yang minus 5,2 persen.
Berikut Data Negara Besar yang Terjerumus ke Jurang Resesi:
Amerika Paling Terpuruk
1. Amerika Serikat
Kuartal I-2020: -5 persenKuartal II-2020: -32,9 persen
Kondisi ini merupakan penurunan terburuk sepanjang sejarah. AS terjerumus dalam jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Bisnis yang berhenti akibat kebijakan lockdown memusnahkan pertumbuhan ekonomi yang telah dicetak selama bertahun-tahun.
2. Jerman
Kuartal I-2020: -2,2 persenKuartal II-2020: -10,1 persen
Penurunan ekonomi Jerman diakibatkan penurunan konsumsi rumah tangga, investasi bisnis dan ekspor.
3. Korea Selatan
Kuartal I-2020: -1,3 persenKuartal II-2020: -3,3 persen
Angka tersebut merupakan kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998. Kegiatan ekspor, yang menyumbang hampir 40 persen perekonomian adalah sektor yang paling besar menarik kemerosotan pertumbuhan.
4. Spanyol
Kuartal I-2020: -5,2 persenKuartal II-2020: -18,5 persen
Sektor belanja domestik jadi penyumbang utama kontraksi tersebut, ditambah lagi turunnya investasi dan nilai ekspor. Perekonomian Spanyol sempat tumbuh dalam 24 kuartal berturut-turut sampai akhirnya melambat pada Kuartal I-2020. Padahal, perekonomian Spanyol baru akan pulih dari krisis keuangan 2008.
5. Jepang
Kuartal I-2020: -0,6 persenKuartal II-2020: -7,8 persen
Kinerja perekonomian Jepang pada kuartal II-2020 merupakan yang terburuk sejak pandemi Covid-19 yang menyebabkan berbagai aktivitas terhenti. Kontraksi ekonomi dialami Jepang meski negara tersebut tidak memberlakukan lockdown atau isolasi total.
Infografis Resesi Ekonomi Dunia Akibat Pandemi Corona ©2020 Merdeka.com
Ancaman Resesi di ASEAN
Negara ASEAN tak luput dari ancaman resesi ekonomi akibat pandemi. Penyebaran virus Covid-19 yang tak bisa dibendung membuat sebagian negara melakukan penguncian yang membuat aktivitas ekonomi berhenti. Terlebih di kuartal II-2020, di mana virus mulai tumbuh subur di ASEAN.
Satu per satu ekonomi negara ASEAN tumbang akibat pandemi. Negara sebesar Singapura bahkan sudah lebih dulu menyerah melawan virus corona. Ekonomi Singapura resmi memasuki jurang resesi setelah pertumbuhan ekonomi kuartal II mengalami kontraksi yang cukup dalam diangka minus 13,2 persen (yoy).
Bayang-bayang ini akan menghantui negara anggota ASEAN lainnya termasuk Indonesia yang juga akan mengalami nasib yang sama sebagai dampak pandemi Covid-19, yang telah menghancurkan berbagai aktivitas bisnis di berbagai negara belahan dunia.
Negara di ASEAN Alami Resesi Ekonomi
1. Singapura
Kuartal I-2020: -2,2 persenKuartal II-2020: -13,2 persen
Resesi Singapura dipicu kebijakan circuit breaker untuk mencegah penularan virus corona (covid-19) menyebabkan permintaan eskternal melemah di tengah perekonomian global yang juga loyo.
2. Malaysia
Kuartal I-2020: -2 persenKUartal II-2020: -16,5 persen
Penurunan ekonomi negeri jiran di kuartal II-2020 merupakan yang terdalam sejak krisis keuangan Asia tahun 1998. Pada saat itu, PDB anjlok setelah tumbuh 0,7 persen pada kuartal I-1998.
3. Filipina
Kuartal I-2020: -15,2 persenKuartal II-2020: -16,5 persen
Hal tersebut merupakan yang terburuk sejak pencatatan pertumbuhan ekonomi Filipina pertama kali dilakukan pada tahun 1981.
4. Thailand
Kuartal I-2020: -2 persenKuartal II-2020: -12,2 persen
Ekonomi Thailand mengalami tekanan besar, bahkan terparah sejak krisis keuangan 1998. Penurunan pariwisata asing memberikan tekanan besar pada Thailand karena pandemi corona.
Nasib Indonesia Kurang Beruntung
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini juga kurang menguntungkan. Jurang resesi sudah di depan mata. Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 tercatat -5,32 persen. Jika ekonomi tumbuh minus lagi di kuartal III-2020, maka dipastikan Indonesia resmi masuk jurang resesi.
Dengan melihat kondisi data perekonomian pada kuartal II-2020, sejumlah pihak memprediksi Indonesia akan memasuki zona resesi pada kuartal III-2020. Terlebih lagi, pertumbuhan ekonomi masih banyak dipengaruhi oleh peningkatan kasus positif virus corona yang kian meningkat setiap hari.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 berada pada kisaran 0 hingga -2 persen. Dengan pergeseran yang belum solid, bahkan dia memperkirakan keseluruhan outlook untuk 2020 pada kisaran -1,1 sampai dengan 0,2 persen.
"Indikator di bulan Juli kita memang melihat downside ternyata tetap menunjukkan suatu risiko yang nyata. Jadi untuk Kuartal ketiga kita outlooknya adalah antara 0 hingga negatif 2 persen. Kita lihat karena negatif 2 persen tadi pergeseran dari pergerakan yang belum terlihat, ini sangat sulit meskipun ada beberapa yang sudah positif," kata Sri Mulyani.
Dia mengatakan, kunci utama dalam menghadapi situasi ini adalah konsumsi dan investasi. Menurutnya, meskipun pemerintah sudah all out, namun jika kedua kunci tersebut masih negatif, maka akan sangat sulit mencapai zona netral.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
IMF Didirikan pada 27 Desember 1945, Simak Sejarah dan Tujuan Organisasi Moneter Dunia Ini
IMF adalah organisasi yang berperan penting dalam kancah perekonomian negara-negara Dunia Ketiga.
Baca SelengkapnyaEkonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya
Ramalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaJokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaJepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi, Ternyata Begini Dampaknya ke Ekonomi Dunia
Padahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca Selengkapnya