Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Daniel Alexander, Lentera Bagi Anak-Anak Papua

Daniel Alexander, Lentera Bagi Anak-Anak Papua Daniel Alexander Pendiri Sekolah Asrama di Papua. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Senyum terpancar dari wajah seorang pria berkaca mata, berbaju batik. Saat keluar dari mobil, dia langsung disambut suka cita anak-anak di Nabire, Papua.

Binar-binar kebahagiaan terlihat jelas dari mata anak-anak yang menyambut kedatangan pria itu. Mereka berebut memeluknya. Seperti orangtua dengan anak kandungnya, pria itu membalas satu per satu pelukan penuh kasih sayang. Ini menjadi kebiasaan mereka.

"Kami orang tua bagi mereka. Kami sudah terbiasa hidup dengan mereka, mereka manja sekali," kata Daniel saat berbincang dengan merdeka.com akhir pekan lalu.

Itulah sosok Daniel Alexander. Pria kelahiran Surabaya. Seorang pendeta yang mencurahkan hidup dan cintanya demi pendidikan anak-anak di Bumi Cenderawasih.

Kisah Daniel di Papua dimulai 10 April 1990. Untuk pertama kalinya Daniel Alexander menginjakkan kaki di Jayapura, Papua. Berbekal keinginan mulia. Berbuat kebajikan untuk Papua.

Tanah Papua paling kaya. Sumber alamnya melimpah. Tapi masyarakatnya justru hidup dalam kemiskinan. Ibarat pepatah, induk ayam mati di lumbung padi. Kekayaan alam yang melimpah tapi tak dirasakan langsung masyarakatnya.

"Saya melihat, kenapa ya bisa begini? Apa yang menyebabkan mereka tidak bisa jadi tuan di tanahnya sendiri?" kata Daniel.

Segudang pertanyaan itu membawa Daniel menuju Papua. Dia meneguhkan diri. Ingin mengabdi. Berbagai cara dilakukan. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan. Sampai akhirnya dia mendapatkan. Jawabannya adalah Pendidikan. Minimnya pendidikan membuat masyarakat Papua tidak bisa menjadi tuan di tanahnya sendiri.

daniel alexander pendiri sekolah asrama di papua

Langkah Awal

Daniel menemui beberapa tokoh masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah. Berdiskusi untuk memulai menghadirkan pendidikan yang cocok untuk anak-anak Papua.

Tahun 1993 menjadi tahun bersejarah. Daniel menemukan pola pendidikan yang cocok untuk anak-anak Papua. Yakni sistem sekolah asrama. Dimulai sejak taman kanak-kanan atau TK. Tapi tidak mudah bagi Daniel meyakinkan para orang tua.

"Kenapa harus ada itu? Karena sistem, maaf orang Papua ini sistem keluarga dan rumah beda dengan suku-suku di Indonesia. Buat mereka yang di pedalaman, alam ini rumah buat mereka," jelasnya.

Sekolah sistem asrama digagas dengan dasar kuat. Agar anak-anak Papua memahami struktur keluarga dan rumah. Daniel bercerita, sistem rumah bagi masyarakat Papua sangatlah unik. Honai, rumah adat Papua, dihuni beberapa keluarga. Bisa sampai 20 orang. Tergantung besar kecilnya rumah. Tidak ada kamar. Semua tidur bersama-sama. Hanya ada satu pembeda. Honai laki-laki dihuni oleh laki-laki, sedangkan Honai perempuan dihuni para perempuan bersama anak-anak.

"Ini memang ironi hidup mereka. Yang namanya ayah ibu, sudah tidak tahu begitu banyaknya," ujarnya.

Daniel mulai membangun sekolah asrama. Anak-anak diperkenalkan dengan bapak dan ibu asrama. Sebagai orang tua mereka selama di asrama. Di dalam asrama, mereka diajarkan untuk saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lain. Diajarkan untuk tidak segan meminta maaf jika menyinggung orang lain.

Masa-masa awal sekolah berdiri, menjadi perjuangan yang amat berat bagi Daniel. Dia menjemput satu per satu anak-anak di suku pedalaman. Meminta mereka menjadi siswa di sekolah sekaligus penghuni asrama.

"Jadi awal-awal kami mulai itu, guru-guru keliling ke rumah-rumah ambil anak-anak, jemput mereka," katanya.

Belum lagi berbagai ancaman menghampiri. Ancaman sekolah dibakar hingga ancaman dibunuh. Ancaman itu datang bukan tanpa sebab. Dari cerita banyak orang, Daniel mengetahui. Sebelum kedatangannya, banyak LSM-LSM yang datang dan menjanjikan beasiswa pendidikan untuk anak-anak mereka.

"Anak-anak mereka katanya dicarikan bantuan ke luar negeri. Tapi (bantuan) tidak pernah sampai. Mereka marah 'kalian datang ke sini hanya jual anak-anak kami'," kata Daniel.

daniel alexander pendiri sekolah asrama di papua

17 Sekolah

Selama kurun waktu 1995 - 2005, Daniel mendirikan sejumlah sekolah. Mulai dari SD Kristen Agape Terpadu di Nabire, Sugapa dan Manokwari. Kemudian SMP Kristen Anak Panah Nabire pada 2002 hingga SMA Kristen Anak Panah Nabire.

Hingga saat ini, sudah 17 sekolah dari tingkat TK sampai SMA dibangunnya. Tersebar di dua Provinsi, Papua dan Papua Barat. Nabire menjadi pusatnya. Setidaknya ada 300 tenaga pendidik. Muridnya lebih kurang 3.000 orang.

Menghadirkan sekolah asrama gratis di Papua, Daniel harus memutar otak. Agar tak kekurangan dana. Sebab kebutuhan sangat besar. Contohnya di Nabire. Dalam sebulan harus menyiapkan setidaknya 3 ton beras untuk guru dan anak-anak di asrama.

Ternyata banyak yang peduli dengan pendidikan anak-anak di Papua. Banyak orang baik yang membuat sekolah ini bisa berdiri sampai detik ini. Sudah lebih kurang 25 tahun.

"Jadi pembiayaan begini, dari pemerintah pasti ada yang namanya dana BOS, terus pengusaha-pengusaha di Nabire mereka membantu juga, lalu teman-teman saya yang dari luar papua, mereka juga tahu," katanya.

daniel alexander pendiri sekolah asrama di papua

Tuan di Atas Tanahnya Sendiri

Daniel punya harapan besar. Masa depan anak-anak Papua. Mereka harus menjadi tuan di rumahnya sendiri. Di tanahnya sendiri.

"Harapan kami semua, tidak ada anak Papua tidak sekolah tidak kuliah itu target kami. target kami terbesar mereka jadi pemimpin di tanahnya sendiri. Jadi harapan kami Papua berubah lewat anak-anak ini sendiri."

daniel alexander pendiri sekolah asrama di papua

Daniel memperkenalkan banyak sektor untuk mengembangkan kehidupan. Sehingga anak-anak Papua tidak hanya terbatas pada dua cita-cita saja. Menjadi TNI atau PNS. Memperluas cara pandang mereka adalah pekerjaan besar. Tapi Daniel yakin. Papua akan berkembang dengan kemampuan anak-anak mereka sendiri.

"Bagaimana mereka bisa mengelola tanah sendiri. Harapan kami Papua berubah lewat anak-anak ini sendiri" tutupnya.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Luar Biasa! Ternyata Lingkungan Hijau Beri Banyak Manfaat Bagi Pertumbuhan Tulang Anak, Ini Kata Peneliti

Luar Biasa! Ternyata Lingkungan Hijau Beri Banyak Manfaat Bagi Pertumbuhan Tulang Anak, Ini Kata Peneliti

Benarkah lingkungan hijau beri banyak manfaat bagi pertumbuhan tulang anak? Simak penjelasan berikut ini.

Baca Selengkapnya
Tiga Orang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Ditemukan Setelah Tulis

Tiga Orang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Ditemukan Setelah Tulis "HELP" di Atas Pasir

Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.

Baca Selengkapnya
Selesma pada Anak-anak Bisa Sembuh Sendiri dalam 7-10 Hari

Selesma pada Anak-anak Bisa Sembuh Sendiri dalam 7-10 Hari

Masalah selesma yang memicu batuk pilek pada anak bisa sembuh sendiri dalam 7-10 hari sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menjelajahi Sungai hingga Alam Liar di Pulau Dongeng Depok, Letaknya di Dalam Mal

Menjelajahi Sungai hingga Alam Liar di Pulau Dongeng Depok, Letaknya di Dalam Mal

Pulau dongeng di Depok bikin liburan keluarga akhir tahun makin seru dan ceria

Baca Selengkapnya
Terungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia

Terungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia

Aturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.

Baca Selengkapnya
Tanggapan Menohok Aurel Hermansyah yang Kerap Dapat Sindiran Pedas Mengenai Tubuhnya yang Disebut Gendut

Tanggapan Menohok Aurel Hermansyah yang Kerap Dapat Sindiran Pedas Mengenai Tubuhnya yang Disebut Gendut

Aurel seringkali menjadi sasaran sindiran pedas terkait dengan penampilannya yang dianggap gendut oleh beberapa orang.

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Anak di Surabaya Disiksa Ibu, Dipaksa Minum Air Panas hingga Dicabut Giginya Pakai Tang

Kisah Pilu Anak di Surabaya Disiksa Ibu, Dipaksa Minum Air Panas hingga Dicabut Giginya Pakai Tang

Seorang ibu di Surabaya menyiksa anak kandungnya sendiri yang masih berumur 9 tahun secara sadis.

Baca Selengkapnya
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.

Baca Selengkapnya
Pria di Lumajang Bakar Diri Setelah Bacok Adik Ipar, Diduga Dipicu Utang Piutang

Pria di Lumajang Bakar Diri Setelah Bacok Adik Ipar, Diduga Dipicu Utang Piutang

Seorang warga Lumajang, Jawa Timur menjadi korban pembacokan. Penganiayaan itu dilakukan kakak iparnya yang kemudian nekat membakar dirinya.

Baca Selengkapnya