Broker gelar sarjana ijazah asli

Merdeka.com - Telepon genggam miliknya tiba-tiba saja berdering. Seorang lelaki muda menelepon membisikkan suatu hal yang penting. Dia meminta tolong agar bisa masuk Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

FA nama singkatan, lelaki yang menerima telpon itu. Dia lantas mengabulkan permohonan si penelpon yang dikenal berinisial O. O tercatat masih terdaftar sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta. Perbincangan itu berlanjut untuk kopi darat di daerah, Kaliurang, Yogyakarta.

Keduanya sepakat, Rp 225 juta untuk duduk mengenyam pendidikan sebagai Fakultas Kedokteran Gigi. O meminta adiknya agar masuk Fakultas Kedokteran Umum, namun permintaannya dinilai sulit. "Saya sarankan biar dapat masuk mending ambil FKG, dia setuju" kata FA saat berbincang dengan merdeka.com Senin kemarin.

FA mengaku sebagai broker, dia bisa memasukkan mahasiswa atau mahasiswi ke Fakultas Kedokteran UGM. Selain sebagai broker, FA juga mengaku bisa membuatkan ijazah asli perguruan tinggi swasta di Yogyakarta seharga Rp 40 juta per satu ijazah asli.

Modus yang dilakukan FA untuk memasukkan mahasiswa dan mahasiswi di UGM begitu panjang. Jika peminta bantuan setuju, maka calon mahasiswa akan menjalani masa karantina selama satu hari sebelum melakukan ujian. Dalam ujian saringan masuk tahun ajaran kemarin, FA mendapatkan proyek 20 calon mahasiswa kedokteran yang berminat memilih UGM.

Lima belas orang diantaranya tercatat memilih Fakultas Kedokteran Umum, sedangkan lima orang memilih Fakultas Kedokteran Gigi. Untuk memastikan kliennya lolos ujian saringan masuk, dia bersama-sama temannya membagi tugas.

Ada 15 orang yang ikut melancarkan calon mahasiswa itu masuk UGM. Masing-masing memiliki tugas, ada yang mengantar hingga ruang ujian, ada yang menggarap soal dan ada juga yang menjemput klien untuk kembali ke tempat karantina.

"Sistem kerjanya dibagi menjadi dua, yang pertama sudah ada kunci jawabannya. Yang kedua, bersamaan ketika klien masuk," ujarnya. FA menjelaskan cara kerja kedua agar kliennya bisa lolos ujian saringan masuk. Seperempat jam setelah kliennya duduk mengikuti ujian, rekannya yang menggarap soal ujian akan membisikkannya melalui earphone yang diselipkan di dalam telinga.

"Paling mudah jika calon mahasiswi itu perempuan, berambut panjang dan berjilbab. Biasanya kita setelah 15 menit masuk, ada tim yang garap soal untuk menentukan jawaban. Misalnya soal matematika, bahasa inggris, pengetahuan umum yang diadakan semua fakultas. Semua soal sama," katanya.

Untuk memberikan kepercayaan ke klien, proses pembayarannya dibagi menjadi dua. Pertama klien bayar di depan sebelum diterima masuk sebagai mahasiswa kedokteran UGM. Kedua, klien bayar di belakang setelah anaknya lolos masuk ujian seleksi.

"Kalau bayar di belakang itu ada jaminan, kartu keluarga, ijazah asli sama buku rekening dan KTP," kata FA. Dia mematok harga untuk Kedokteran Umum Rp 320 juta, sedangkan untuk kedokteran gigi Rp 225 juta.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Universitas Gajah Mada, Wijayanti tidak memungkiri adanya praktik Joki yang dilakukan saat proses seleksi ujian masuk. Tahun lalu, UGM menemukan sepuluh calon mahasiswa kelas Internasional Fakultas Kedokteran yang menggunakan joki saat ujian. Sepuluh mahasiswa itu langsung digugurkan oleh pihak universitas karena terbukti menggunakan perantara.

"Prinsip jujur tetap kita pegang, jadi kalau ada kecurigaan kita tindak," katanya saat dihubungi melalui seluler semalam. Dia mengatakan, sepuluh calon mahasiswa itu tertangkap menggunakan alat bantu berupa telepon genggam yang sudah di modifikasi yang disambungkan melalui earphone kepada sang joki. selain itu, UGM juga menemukan alat bantu berupa jam tangan.

UGM sudah mengantisipasi adanya peran Joki saat ujian saringan masuk. Untuk saat ini, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah praktik tersebut. Tahun ini semua pendaftaran dilakukan secara online untuk meminimalisir adanya praktik joki saat ujian saringan masuk UGM.

"Kalau dari kami memperketat pengawasan, membuat sistem pendaftaran, kalau dulu datang bawa berkas, Sekarang modelnya online kita menghindari proses tatap muka. Menurut kami itu membuat praktik tersebut bisa dihindari, mereka pendaftarannya online, datang ke kampus saat tes," ujarnya.