Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bermalam di kampung yang nyaris tenggelam

Bermalam di kampung yang nyaris tenggelam Kampung Beting Bekasi. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Saat azan Magrib berkumandang, warga Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, rata-rata sudah berada di dalam rumahnya masing-masing. Kampung itu begitu sepi. Tidak ada aktivitas yang dilakukan warga di luar rumah. Dari kejauhan hanya terdengar sayup-sayup suara anak-anak kecil melantunkan ayat suci Alquran.

Malam itu, Senin (24/7), kami menginap di rumah Alpiah. Dia tinggal bersama suaminya, Rakhmat, anak perempuan satu-satunya, Kaila, serta adik bungsu Alpiah. Rumah berukuran 6x10 meter itu bekas peninggalan orang tuanya. Rumah itu sudah beberapa kali direnovasi, diberi tanggul. Minimal, itu bisa mengurangi keresahan Alpiah dan keluarga.

"Sudah biasa air rob datang ke rumah. Ini sudah hari ke-5," kata Alpiah saat berbincang dengan kami teras rumahnya.

Angin malam itu berhembus cukup kencang, pertanda bagi warga untuk bersiap-siap menyambut air rob yang datang tanpa diundang. Benar saja, sekitar pukul 21.00 WIB, air mulai mengalir ke teras rumah Alpiah.

Biasanya, jika musim panas air rob datang menjelang subuh. Sedangkan ketika musim hujan, air datang saat malam hari hingga pagi. Tapi sekarang, air bisa datang kapan saja. "Sekarang mah enggak bisa diprediksi. Kita mah siap-siap saja," lanjutnya.

Alpiah menunjukkan beberapa ruangan di rumahnya yang sudah ditinggikan pondasinya. Tapi tetap saja tak membuat tidurnya nyenyak. Rumahnya tetap saja kebanjiran meski sudah ditinggikan. Repotnya, beberapa bagian rumah terkikis akibat terendam air laut.

Hanya sekitar 48 menit, air sudah menggenangi halaman rumah Alpiah. Tak ada gurat kekhawatiran di wajah Alpiah. Sambil membersihkan dapur usai memasak, dia bercerita. Saat masih berusia 1 tahun, kondisi Kampung Beting tidak seperti sekarang.

Dulu, mendiang ayahnya memiliki hampir tujuh hektare tambak udang dan ikan yang terletak di belakang rumah. Saban kali panen ikan dan udang, keluarganya bisa mengantongi Rp 2 juta per hari. "Dulu mah, waktu pulang sekolah, tuh halaman di depan rumah yang luas itu sering penuh sama tong besar setiap hari. Panen ikan sama udang," kenang Alpiah.

Sampai akhirnya pada 2005, ladang tambak mulai sering tergenang banjir. Ikan dan udang terbawa air pasang. Abrasi perlahan mengikis bibir pantai. Kisaran tahun 2008, warga yang semula berjaya dari hasil tambak, kini justru sulit mencari sumber penghasilan. Sejak saat itu, abrasi semakin kuat menggerus bibir pantai. Hutan mangrove telah gundul, tak ada lagi yang bisa menahan derasnya arus laut.

Sambil menyapu, sesekali pandangannya mengarah ke teras rumah. Air semakin tinggi menggenangi halaman rumah. Banjir rob menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Alpiah dan warga Kampung Beting. Setiap bulan, mereka pasti kebanjiran. Tak peduli itu musim kemarau. Ketika laut pasang, air pasti mengalir.

"Sebulan sekali pasti banjir. Sampai batas jendela itu," ujar Alpiah menunjuk jendela ruang tengah yang tingginya 75 cm dari lantai.

Sekitar pukul 23.05 Wib, Alpiah memutuskan untuk tidur. "Saya tidur duluan ya. Pasrah saya mah. Kalau masuk ke dalam rumah juga sudah biasa. Ini hari ke lima jadi enggak terlalu tinggi kayaknya," kata Alpiah pamit masuk ke dalam kamarnya.

Pukul 23.57 Wib, air menembus ke ruang tamu. Udang kecil, kepiting kecil ikut terbawa air, singgah ke ruang tamu rumah Alpiah. Anggota keluarga Alpiah tertidur pulas. Seolah tak peduli angin kencang dan air yang menggenang sudah menyentuh mata kaki orang dewasa dan makin tinggi.

Setelah hampir dua jam, air berangsur surut. Malam itu Alpiah dan keluarga cukup beruntung lantaran air tak merendam rumahnya seperti hari-hari sebelumnya.

Suara azan Subuh membangunkan Alpiah. Dia bergegas bangun dan menuju kamar mandi yang letaknya di samping rumah. "Kalau ambil air wudhu di samping ya. Maklum airnya asin. Kalau dulu kan ada sungai bersih kalau sekarang pakai air asin," kata dia.

Selepas salat subuh, dia bergegas membersihkan beberapa bagian rumah yang basah dan lengket karena air laut. Dimulai dari teras rumah, lalu ruang tamu dan terakhir bagian dapur. Setelah semua beres, Alpiah ke luar rumah. Tak berselang lama, dia kembali dengan menjinjing kantong plastik berisi sarapan. Pagi itu dia membeli nasi uduk dan beberapa gorengan pisang dan bakwan.

Jarum jam dinding menunjukkan pukul 07.00 Wib, waktunya Alpiah membangunkan Kaila. "Kaila kalau berangkat sekolah jam 07.30 Wib, cuma sampai jam 10.00 Wib juga sudah pulang," kata Alpiah sambil menuju kamar.

"Alka, neng bangun," seru Alpiah.

Setelah membangunkan Kaila, Alpiah menggelar tikar anyaman. Dia menata piring dan membuka bungkusan nasi uduk yang dibelinya dari warung tak jauh dari rumah. Segelas kopi panas dihidangkan untuk suaminya yang akan berangkat kerja. Suaminya bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Cikarang, Jawa Barat.

Kaila sudah mandi dan siap berangkat ke sekolah yang letaknya tidak jauh dari rumah. Bocah perempuan itu tidak memakai sepatu. Dia memakai sandal karet berwarna putih. Sebab, sekolahnya di SDN 04 Pantai Bahagia, juga ikut tergenang air rob.

"Di sana becek teh (kakak). Semuanya juga pada pakai sandal," kata Kaila.

Alpiah menceritakan, anaknya dan murid lainnya jarang mengikuti upacara. Sebab, halaman sekolah selalu becek. Dalam setahun, murid SDN 04 Pantai Bahagia hanya upacara tak lebih dari lima kali.

"Sekolah juga becek. Kaila enggak pernah upacara. Jadinya si neng enggak hafal UUD 1945 sama Pancasila. Kalau pagi ada air rob ya enggak sekolah, " kata dia sambil melewati makam yang tidak layak dan masjid yang tidak terawat.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pengakuan Ibu di Bekasi Bunuh Anaknya Pakai Pisau saat Tidur Karena Dapat Bisikan Gaib

Pengakuan Ibu di Bekasi Bunuh Anaknya Pakai Pisau saat Tidur Karena Dapat Bisikan Gaib

Ibu di Bekasi tega menikam anak kandungnya yang masih berusia 5 tahun karena bisikan gaib.

Baca Selengkapnya
Melihat Keindahan Kampung Stabelan di Boyolali, Jaraknya Hanya 3 Km dari Puncak Gunung Merapi

Melihat Keindahan Kampung Stabelan di Boyolali, Jaraknya Hanya 3 Km dari Puncak Gunung Merapi

Di luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.

Baca Selengkapnya
Menilik Desa Sekar Gumiwang yang Berada di Tengah Waduk Gajah Mungkur, Sempat Muncul saat Musim Kemarau

Menilik Desa Sekar Gumiwang yang Berada di Tengah Waduk Gajah Mungkur, Sempat Muncul saat Musim Kemarau

Di musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tujuh Pelaku Tawuran di Bekasi Ditangkap Polisi, Satu Masih di Bawah Umur

Tujuh Pelaku Tawuran di Bekasi Ditangkap Polisi, Satu Masih di Bawah Umur

Peristiwa itu terjadi di Jalan Raya Narogong Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Bekasi Timur, pada Sabtu (9/3) subuh.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Bekas Rumah Pemotongan Hewan Peninggalan Belanda di Semarang, Kini Kondisinya Angker dan Terbengkalai

Menyusuri Bekas Rumah Pemotongan Hewan Peninggalan Belanda di Semarang, Kini Kondisinya Angker dan Terbengkalai

Rumah itu sempat menjadi tempat tidur para pemulung dan anak jalanan.

Baca Selengkapnya
Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai

Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai

Akses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kampung Nagog yang Terpencil di Cilacap, Konon Banyak Warganya Tidak Betah Tinggal di Sini

Mengunjungi Kampung Nagog yang Terpencil di Cilacap, Konon Banyak Warganya Tidak Betah Tinggal di Sini

Akses yang sulit membuat warga yang tinggal di sana sulit pergi ke mana-mana

Baca Selengkapnya
Kelakuan Aneh Ibu Bocah 5 Tahun di Bekasi yang Tewas dengan 20 Tusukan

Kelakuan Aneh Ibu Bocah 5 Tahun di Bekasi yang Tewas dengan 20 Tusukan

Ibu di Bekasi diduga tega membunuh anaknya dan mengaku mendapat bisikan gaib sebelum melakukan aksinya.

Baca Selengkapnya
Kabupaten Bandung dan Sumedang Diterjang Puting Beliung, Sejumlah Bangunan Rusak dan Warga Terluka

Kabupaten Bandung dan Sumedang Diterjang Puting Beliung, Sejumlah Bangunan Rusak dan Warga Terluka

Puting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2). Sejumlah rumah rusak serta belasan warga terluka akibat bencana ini.

Baca Selengkapnya