Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Warung Musiman, Berdaya Pangan dan Ekonomi di Tengah Pandemi ala Ibu-ibu Sleman

Warung Musiman, Berdaya Pangan dan Ekonomi di Tengah Pandemi ala Ibu-ibu Sleman Produk Warung Musiman Yogyakarta. ©2020 Merdeka.com/Instagram @yayasanbringin

Merdeka.com - Sejak kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia diketahui pada Maret 2020, pandemi ini tidak hanya menjadi ujian berat bagi dunia kesehatan, tetapi juga menimbulkan dampak buruk pada bidang ekonomi dan sosial. Di tengah hiruk-pikuk upaya penanganan Covid-19, pemerintah pusat dan daerah menggenjot sejumlah program untuk menggeliatkan kembali roda perekonomian.

Sementara itu, gerakan-gerakan berskala kecil di masyarakat akar rumput berkenaan dengan upaya bertahan di tengah pandemi massif dijumpai di berbagai daerah, salah satunya di Yogyakarta. Merdeka berbincang dengan Dwi Pertiwi, penggagas Warung Musiman, gerakan jual-beli hasil pertanian di Dusun Gunungsari, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.

Pagi itu (Sabtu, 14/11), Dwi (44) –begitu ia akrab disapa, menyambut di depan rumah bambu berlantai tiga, tempat ia tinggal sehari-hari. Di lantai dasar rumah itulah ia menceritakan bagaimana pandemi Covid-19 sempat memukul perekonomian masyarakat di Dusun Gunungsari, meski dalam waktu sebentar.

“Waktu awal-awal pandemi, Maret sampai Juli itu tukang belanja yang biasanya membeli sayur dari hasil pertanian ibu-ibu di sini tidak datang, karena yang bisa masuk desa ini hanya yang ber-KTP Gunungsari,” ujar perempuan berperawakan ramping itu.

Akibatnya, para ibu di Dusun Gunungsari pun mengeluh, lantaran selama ini menjual sayur hasil pertanian merupakan sumber perekonomian utama keluarga mereka. Beberapa ibu menyampaikan keluhan tersebut kepada Dwi. Spontan, Ia menanggapi keluhan para ibu dengan gagasan yang ada di kepalanya.

“Jadi aku bilang, yuk aku mau bikin Warung Musiman, tapi delivery dulu. Jadi aku beli dari ibu-ibu, aku deliver ke kota. Ke temen-temenku sendiri, awalnya hanya 5 orang, sekarang 20 lebih,” kata pendiri Yayasan Bringin, organisasi non-profit yang fokus pada isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan hidup.

Hampir satu jam, Dwi yang pagi itu mengenakan kaos merah muda dan celana skiny panjang bermotif garis-garis, menjawab berbagai pertanyaan dari Merdeka. Di sampingnya, Nokkie –anjing berusia tujuh tahun duduk santai sambil sesekali menyondongkan muka ke arah Dwi.

Ide Awal Membuat Warung Musiman

dwi pertiwi pendiri warung musiman dan yayasan bringin yogyakarta

©2020 Merdeka.com/Rizka Nur Laily Muallifa

Perempuan kelahiran Surabaya itu menceritakan, sebenarnya ide membuat Warung Musiman sudah ada sejak Ia pertama kali pindah ke Yogyakarta pada 2016 silam. Namun, karena satu dan lain hal, ide itu belum dieksekusi.

Sehari-hari Dwi memang sibuk mengelola Yayasan Bringin yang di dalamnya memiliki sejumlah unit kerja, mulai dari penginapan bernama Omah Lor hingga klinik untuk anak berkebutuhan khusus yang dikenal dengan nama Kampung Musmus Therapy Center. Omah Lor ada di lokasi yang sama dengan tempat ia tinggal, sementara Kampung Musmus Therapy Center berada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Aku pengen ada kegiatan bareng ibu-ibu di sini, karena kan aku sama mereka beda banget. Cuma persamaannya sama-sama suka menanam. Terus pandemi, ibu-ibu mengeluh sayur hasil pertaniannya nggak ada yang beli, yaudah bikin Warung Musiman. Jadi lebih cepat terealisasi karena pandemi,” ungkapnya sembari membetulkan letak kacamatanya.

Warung Musiman sendiri beroperasi sejak Juni 2020. Promosi produk hasil pertanian dan komoditas lain dilakukan secara daring melalui instagram @yayasanbringin dengan jumlah pengikut lebih dari 4000 akun. Dari hari ke hari, peminat produk Warung Musiman terus meningkat. Dwi pun berinisiatif menambah jenis dagangannya, beberapa di antaranya ialah roti fermentasi yang dikenal dengan sebutan sourdough, roti pisang, hingga wild salad.

Terkait sistem antar-pesan, Dwi mengaku, acapkali dibantu oleh teman-temannya. “Kadang mahasiswa-mahasiswa dari kota ke sini, terus bilang, mbak kuanter aja yuk,” ujarnya.

Respons Ibu-ibu Dusun

produk warung musiman yogyakarta

©2020 Merdeka.com/Instagram @yayasanbringin

Sejak pertama kali beroperasi, Dwi menceritakan, respons ibu-ibu di Dusun Gunungsari semakin hari semakin baik, terlebih sekarang pesanan dari kota semakin banyak. Sementara itu, toko offline Warung Musiman sendiri belum beroperasi. Dwi mengaku masih memaksimalkan penjualan dengan sistem pesan-antar, supaya hasil pertanian ibu-ibu dusun bisa terjual dengan cepat.

“Bahkan ada permintaan sayur-sayur yang ibu-ibu bingung. Jadi rencanaku, buka (offline) di sini, bawa beberapa produk yang bukan dari ibu-ibu sini, biar mereka tahu, oh ini laku, ini laku. Yang masih asing kayak asparagus, kubis ungu, deal. Setelah tahu, jadi akhirnya mereka mulai nanam. Jadi aku pengen edukasi juga di sini,” ungkap alumnus Sastra Inggris Universitas Jember (Unej) itu.

Disinggung mengenai pemilihan nama, perempuan yang hobi berkebun itu menceritakan, nama Warung Musiman merujuk pada hasil pertanian dan komoditas yang dijual berdasarkan musim panen.

“Karena kita nggak mau memaksakan kehendak. Kalau alamnya nggak memungkinkan menanam kubis ya jangan, tanam yang lain, dan costumer harus ikut. Kita nggak mau menentang alam lah, pasti kalahnya kok,” terangnya.

Ke depan, Dwi merencanakan Warung Musiman memiliki toko offline. Sebuah bangunan bambu berlantai tiga di bagian paling depan kompleks tempat tinggalnya siap menjadi ruang pamer produk-produk pertanian organik yang dihasilkan ibu-ibu dusun setempat.

Warung Musiman sendiri hanya menjual sayur-sayur organik. Dwi menceritakan, ada beberapa orang di Gunungsari yang sebelumnya menggunakan pupuk kimia untuk sayurnya, kini beralih menanam dengan cara organik.

“Bikin warung yang ibu-ibu bisa naruh dagangan di sini. Karena kan sini jujukannya (dikunjungi) banyak orang ya. Awalnya ini di luar program, tapi akhirnya jadi bagian dari program Yayasan Bringin, khususnya Omah Lor Projects ya, akhirnya jadi women empowerment, community development,” kata Dwi sembari mengelus moncong anjing di sampingnya.

Selanjutnya, terkait penentuan harga. Perempuan yang memelihara empat anjing di rumahnya itu menjelaskan, ia membeli sayur dari ibu-ibu dusun dengan harga lebih tinggi, hingga dua kali lipat dibandingkan dengan harga pasar.

“Penentuan harga apapun dari mereka aku dobel. Kangkung di pasar Rp1000-Rp3000, aku beli Rp6000. Sistemnya ada yang beli-putus, ada yang nitip. Kalau nitip 70-30 persen, mereka 70 persen, aku 30 persen. Tergantung mereka milih yang mana. Prefer-nya beda-beda, kalau udah nyaman, udah percaya sama aku, biasanya nitip karena mereka tahu hasilnya lebih gede,” ungkapnya.

Pakai Pendekatan Organik

produk warung musiman yogyakarta

©2020 Merdeka.com/Instagram @yayasanbringin

Dwi melakukan pendekatan organik kepada ibu-ibu di sekitarnya untuk bersama-sama memulai Warung Musiman. Setiap kali membutuhkan jenis sayuran tertentu, Dwi menanyakan di grup Whatsapp (WA) apakah ada di antara ibu-ibu yang memilikinya. Akhirnya, setiap panen, ibu-ibu saling memberi kabar di grup WA.

“Kalau ada yang panen akhirnya ditawarin, “aku punya ini mau nggak”. Sekarang udah pada tahu. Di sini kalau panen berlimpah banget, meskipun kelihatannya dusunnya kecil. Kemarin aku satu pohon alpukat ini dapat 17 kilo, sampai busuk-busuk, udah dimakan sendiri, dijual, masih sisa. Dan di kebun, masing-masing punya buah, pepaya, pisang, macem-macem,” ujarnya.

Grup WA yang beranggotakan ibu-ibu dusun dibuat sekitar April 2020. Sebelumnya, ada beberapa orang yang mengirim pesan WA kepada Dwi, curhat mengenai hasil panen sayur yang melimpah tapi tidak bisa dijual lantaran tengkulak tidak bisa masuk ke desanya. Dwi pun mengajak mereka untuk membuat grup WA guna memudahkan komunikasi.

“Ibu-ibu curhat nggak bisa jualan, nggak boleh keluar, nggak boleh masuk. Akhirnya saling menginformasikan, sekarang (grupnya) penuh, malah dari dusun luar ada juga,” ungkap vegetarian itu.

Kendati akrab dengan ibu-ibu, Dwi mengaku tidak pernah datang di acara Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan arisan yang ada di dusunnya. Ia mengatakan, bahwa kegiatan tersebut hanya membuang-buang waktu.

“Ibu-ibu di sini sudah pada tahu, “Bu Dwi nggak suka kegiatan begini”. Nggak pernah ikut PKK, arisan. Ibu-ibu udah tahu dan mereka menghargai itu, yang penting aku udah bayar kan, kupikir kayak-kayak gitu kegiatan yang buang-buang waktu. Mending kita punya public garden, kita nyangkul sambil arisan. Misalnya kerjain kebun pagi-pagi, makan siang sambil arisan, terus pulang. Lebih bermanfaat. Daripada yang sekarang, kumpul sejam, nggosip sambil arisan, terus pulang,” ceritanya.

Dampak Pandemi

dwi pertiwi pendiri warung musiman dan yayasan bringin yogyakarta

©2020 Merdeka.com/Rizka Nur Laily Muallifa

Ditanya mengenai dampak pandemi, Dwi justru menyatakan, pandemi Covid-19 memberinya lebih banyak waktu untuk mengurus kebun dan menjalin hubungan baik dengan tetangga.

“Berdampaknya nggak ada kegiatan offline, tapi dengan begitu kita malah banyak waktu untuk ngerjain kebun, bertetangga dengan baik, koordinasi dengan tetangga. Jadi selama pandemi kebutuhan pangan kita dipenuhi oleh tetangga kita sendiri. Kita saling support, karena waktu itu kan tengkulak-tengkulak nggak boleh masuk, jadi ibu-ibu tuh bilang ‘aku punya apa’, ‘aku punya apa’, malah kayak pasar. Nah sekarang kita nanam sendiri juga kan, sampai beras nggak beli. Sayur, ikan, susu, semua ada di sini, di dusun ini,” jelasnya.

Menurut Dwi, pandemi justru berdampak baik bagi hubungan sosial masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. “Kita tahulah ketika ada krisis dan imbasnya ke krisis pangan, kita akan baik-baik saja di situ. Enggak limbung, malah semakin kuat interaksi masyarakat, saling melindungi, menjaga, keterusan itu pasar desa sampai sekarang,” imbuhnya.

Kini, setiap kali ada panen, yang bersangkutan langsung menginformasikannya di grup WA. Tak jarang, hasil panen yang ditawarkan di grup langsung ludes terjual.

“Baru kalau sisa, kujual di Warung Musiman. Kita nggak bisa kok bertahan sendiri, tapi bisa bertahan dengan tetangga, orang-orang di sekitar kita, bukan saudara ya. Saudara terdekat ya tetangga,” imbuhnya.

Sejak awal, konsep Warung Musiman menekankan pada terpenuhinya kebutuhan pangan di dalam keluarga terlebih dahulu. Sebelum akhirnya dijual kepada orang lain. “Kebutuhan makan keluarga dulu, sisa dijual ke tetangga, sisa lagi baru dijual ke Warung Musiman,” pungkasnya.

(mdk/rka)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemuda 20 Tahun Ini Tak Kenal Gengsi, Lulus SMA Langsung Terjun Bisnis Bawang Goreng dan Kini Tinggal Menikmati Hasil

Pemuda 20 Tahun Ini Tak Kenal Gengsi, Lulus SMA Langsung Terjun Bisnis Bawang Goreng dan Kini Tinggal Menikmati Hasil

Adit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.

Baca Selengkapnya
Penemuan Spesies Baru Ular yang Tiba-Tiba Muncul di Pohon, Ilmuwan Langsung Teliti

Penemuan Spesies Baru Ular yang Tiba-Tiba Muncul di Pohon, Ilmuwan Langsung Teliti

Di selatan Provinsi Yunnan, Tiongkok terdapat sebuah penemuan yang menarik telah menggemparkan para ilmuwan saat ular baru muncul di atas pohon setinggi 2 kaki.

Baca Selengkapnya
Seharian Diguyur Hujan Deras, Sejumlah Wilayah di Bandung dan Lembang Kebanjiran

Seharian Diguyur Hujan Deras, Sejumlah Wilayah di Bandung dan Lembang Kebanjiran

Hujan deras mengguyur sejak siang. Intensitasnya meningkat pada sore hari hingga menjelang petang.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Orang Desa Ingin Maju, Wanita Lulusan SMP ini Sukses Buka Usaha Durian & Salak Tiap Minggu Kirim 80 Ton ke Luar Negeri

Orang Desa Ingin Maju, Wanita Lulusan SMP ini Sukses Buka Usaha Durian & Salak Tiap Minggu Kirim 80 Ton ke Luar Negeri

Hanya lulusan SMP, Sri mampu berjaya dengan usaha ekspor buah-buahan lokal.

Baca Selengkapnya
Minta Warga Tak Panik, Kepala Daerah Ini Ungkap Penyebab Harga Bahan Pokok Naik di Pasaran

Minta Warga Tak Panik, Kepala Daerah Ini Ungkap Penyebab Harga Bahan Pokok Naik di Pasaran

Meski harga mengalami kenaikan, Pj Wali Kota memastikan pasokan beras dan sembako masih aman.

Baca Selengkapnya
Ledakan di Pabrik Semen Padang Indarung V, Begini Kondisi Korban

Ledakan di Pabrik Semen Padang Indarung V, Begini Kondisi Korban

Ledakan terjadi di pabrik Semen Padang Indarung V, Sumbar, Selasa (20/2) sekitar pukul 11.00 WIB. Empat pekerja mengalami luka bakar akibat peristiwa itu.

Baca Selengkapnya
Curhat Pengusaha Minuman Ringan Makin Terpuruk: Kondisi Industri Ini Sangat Menyedihkan

Curhat Pengusaha Minuman Ringan Makin Terpuruk: Kondisi Industri Ini Sangat Menyedihkan

Selama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Kebakaran Ponpes Al Washilah Lemo Polman Renggut Korban Jiwa, 2 Santri Meninggal Dunia

Kebakaran Ponpes Al Washilah Lemo Polman Renggut Korban Jiwa, 2 Santri Meninggal Dunia

Kebakaran Pondok Pesantren (ponpes) Al Wasilah Lemo, Polewali Mandar, merenggut korban jiwa. Dua santri meninggal dunia akibat mengalami luka bakar parah.

Baca Selengkapnya
Penjualan Rokok Eceran Bakal Dilarang, Pemilik Warung Kelontong: Omzet Kami Turun Drastis

Penjualan Rokok Eceran Bakal Dilarang, Pemilik Warung Kelontong: Omzet Kami Turun Drastis

UMKM di Indonesia baru saja bangkit dari pandemi dan memiliki peran penting dalam perekonominan nasional.

Baca Selengkapnya
Potret Suasana Rumah Maxime Bouttier Pasca Kematian sang Ibundaya - Luna Maya Terekam Bagikan Kopi ke Pelayat.

Potret Suasana Rumah Maxime Bouttier Pasca Kematian sang Ibundaya - Luna Maya Terekam Bagikan Kopi ke Pelayat.

Rumah Maxime Bouttier dipenuhi oleh pelayat yang menyampaikan duka cita atas kepergian Ibunda

Baca Selengkapnya