Merdeka.com - Para penyintas diabetes tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan aman. Sebagaimana dikatakan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Endokrin Metabolik dan Diabetes Siloam Hospitals Surabaya Dr. dr. Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD-KEMD.

"Diabetes memiliki dua gejala yaitu gejala akut dan kronis. Gejala ini terkadang tidak disadari oleh sebagian besar masyarakat," tutur dr. Soebagijo di Surabaya, Kamis (15/4/2021).

Konsumsi Obat

©2021 Merdeka.com/siloamhospitals.com

Para penyintas diabetes dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin guna mengetahui kadar gula dalam darah. Pasalnya, komplikasi akibat diabetes seperti hipoglikemia, hiperglikemia, stroke, kebutaan, dan serangan jantung akan terus menghantui penyintas diabetes.

"Obat untuk diabetes tidak boleh ditakar atau ditentukan sembarangan secara mandiri, pemakaiannya harus sesuai anjuran dokter agar sesuai dengan kebutuhan," imbuhnya, mengutip dari ANTARA (16/4).

Ketahui Kondisi Tubuh

iStock

Mereka diperbolehkan berpuasa dengan syarat memenuhi kriteria scoring. "Disarankan bagi penderita diabetes untuk melakukan scoring bagi diri sendiri untuk mengetahui apakah kondisi tubuh memungkinkan untuk melakukan ibadah puasa," lanjutnya.

Jika hasil scoring-nya menunjukkan risiko tinggi, penyintas diabetes tidak disarankan untuk berpuasa. Kemudian, jika risikonya rendah mereka diperbolehkan berpuasa dengan ekstra hati-hati. Lalu, jika risikonya rendah, para penyintas diabetes diperbolehkan berpuasa.

Tips Aman Berpuasa

Dokter Soebagijo memberikan tips aman bagi para penyitas diabetes dalam menjalankan ibadah puasa, di antaranya tidak minum obat (kecuali metformin dan TZD) saat sahur (disarankan mengonsumsi obat saat berbuka), dianjurkan melakukan olahraga ringan setelah salat tarawih, kemudian mengatur pola makan.

Selanjutnya, Soebagijo menyarankan penyintas diabetes mengonsumsi buah secara langsung. "Atau jika ingin dibuat jus, maka disarankan untuk menggunakan pemanis khusus diabetes atau tidak untuk menambahkan. Hal ini bertujuan agar kandungan gula tidak meningkat," ungkapnya.

Perlu Perhatian Khusus

Data tahun 2019 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke-7 di seluruh dunia terkait jumlah penduduk pengidap diabetes. Selain itu, menurut Diabetes Care 2013, setiap 7 detik ada 1 orang meninggal akibat diabetes dan setiap 20 detik terdapat 1 kaki diamputasi pada pasien diabetes.

"Kondisi tersebut membuktikan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang perlu memperhatikan kesehatan khususnya kadar gula dalam darah," kata dr Soebagijo.