Merdeka.com - Bhre Bhawana Praja Kawula, pelajar sekolah dasar (SD) kelas IV SDN Pacar Keling V Kota Surabaya Jawa Timur tampak berbeda dari anak-anak sepantarannya.

Di sudut rumahnya, sejumlah stoples berukuran besar penuh dengan puntung rokok. Masing-masing stoples isinya berbeda, ada yang isinya puntung rokok masih utuh, lalu sisa-sisa tembakau, kertas rokok, filter rokok, dan ada juga stoples yang isinya khusus filter rokok yang sudah dipotong kecil-kecil.

Tindakan Bhre mengoleksi puntung-puntung rokok itu bukan tanpa tujuan. Anak berusia 10 tahun itu mengaku prihatin melihat puntung rokok berserakan di mana-mana.

Dari permasalahan itulah, Bhre berinisiatif membuat barang sisa yang kerap disepelekan orang menjadi barang yang berguna.

Belum Banyak Orang Peduli

©2018 Merdeka.com/Nuryandi Abdurohman

Menurut dia, selama ini puntung rokok sering dianggap sampah kecil yang tidak mengganggu lingkungan. Padahal sampah rokok termasuk sampah jenis limbah yang memerlukan waktu hingga puluhan tahun agar terurai di dalam tanah.

Menurut penelusuran Bhre di internet, puntung rokok  bisa diolah menjadi barang-barang yang berguna dan bernilai ekonomis. Misalnya di India, puntung rokok bisa diolah menjadi boneka, bantal dan kasur.  Kemudian, di Amerika diolah menjadi plastik dan bantalan rel. Di Australia puntung rokok diolah menjadi batu bata dan lapisan jalan.

Sedangkan di Indonesia yang menjadi negara penyumbang puntung rokok terbesar kedua di dunia, sampah ini belum dikelola dengan baik. 

Inisiatif pertama Bhre muncul ketika sepulang bermain bola ia melihat puntung rokok berserakan di mana-mana. Bagi dia, pemandangan itu mengganggu kebersihan. 

“Saya diskusikan sama ayah, apa puntung rokok bisa diolah. Ayah menyuruh saya buka internet dan youtube," ungkapnya, dikutip dari Antara.

Tidak Malu

Bhre memulai kegiatannya mengumpulkan sampah puntung rokok di sekitar kampung halamannya. Anak 10 tahun itu tidak malu memungut puntung rokok di lapangan, pasar, pinggir jalan, hingga di sekitaran warung kopi. 

Dia mengumpulkan sampah puntung rokok sebelum berangkat sekolah atau sepulang sekolah. Dalam sebulan, Bhre bisa mengumpulkan 1.300 lebih puntung rokok. 

Bhre mengaku pernah dianggap anak tidak waras oleh beberapa orang karena memungut puntung rokok.

"Ada juga yang marah-marah, katanya orang tuamu kok nyuruh anaknya 'ngothes' (Ngothes adalah kosa kata Surabaya yang berarti memungut puntung rokok). Sejak itu saya dijuluki Bhre Othes," lanjut dia.

Jadi Berbagai Barang Berguna

©2018 Merdeka.com/Nuryandi Abdurohman

Puntung rokok yang terkumpul, dia pisah menjadi tiga bagian yakni kertas, filter, dan tembakaunya. Masing-masing bagian diolah menjadi kerajinan berbeda. 

Kertasnya diolah menjadi kertas daur ulang, patung, miniatur daun, dan kotak perhiasan. Filternya diolah menjadi miniatur pohon, miniatur meja dan kursi, lukisan, tempat pensil, pigura foto, pot dan vas bunga, gantungan kunci hingga kopiah. Sedang tembakaunya bisa diolah menjadi pestisida alami.

Sebelum diolah menjadi kerajinan, filter rokok direndam dengan air yang sudah dicampur larutan cuka, garam, dan jeruk nipis selama sehari semalam. Tujuannya untuk menghilangkan zat-zat berbahaya yang masih menempel di filter. 

Selanjutnya, filter rokok dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Kemudian dicuci kembali menggunakan pewangi untuk menghilangkan bau rokok. Dengan demikian, puntung rokok yang diolah menjadi kerajinan sudah tidak berbau rokok dan sudah higienis.