Pameran Odyssey, Ruang Alternatif Unjuk Karya Kolaborasi Kediri
Merdeka.com - Di ruangan sebuah café berukuran sekitar 7 x 5 meter tergantung 4 kain batik yang berjuntai mengelilingi pakaian batik beraksara Jawa. Di sampingnya terdapat foto-foto dalam bingkai dan monitor yang menayangkan tari-tarian sedang terus berputar.
Jika terus berkeliling, pegunjung akan menemui ragam seni lintas disiplin seperti seni lukis, fotografi hingga seni kriya, pemandangan yang sebenarnya masih cukup langka ditemukan di Kota Tahu tersebut.
Karya-karya itu tergabung dalam sebuah pameran bertajuk “Odyssey” atau “Pengembaraan” yang digelar mulai dari 3-9 Mei di SK Coffe Labs dengan protokol kesehatan. Penggagasnya tak lain adalah Suddenly Movement, sebuah gerakan yang dicetuskan oleh tujuh anak muda yang mengalami keresahan serupa.
“Keresahannya kan di Kediri memang ada kegiatan komunitas-komunitas kan, namun kegiatannya masih satu lingkup, kalau saya secara pribadi bukan tipikal orang yang suka mengkotakkan, misal film saja, seni rupa saja, fotografi aja, maksudnya tidak ada kegiatan kolaborasi dan jadinya sesimpel itu. Nah saya pengennya campur aja,” kata Gigih (32 tahun) mahasiswa lulusan Filsafat UGM kala ditemui oleh tim merdeka.com usai Artist Talk (8/5).
Menghidupkan Atmosfer Berkesenian Melalui Suddenly Movement
©2021 Merdeka.com/ instagram Suddenly Movement
Di tengah pandemi sekitar Oktober tahun 2020, Gigih yang pulang usai merantau dari luar kota merasakan kegamangan dan kekosongan sebab tak memiliki ruang berekspresi di Kediri.
Ia pun secara tak sengaja bertemu dengan enam orang lainnya yang kelak ikut menggagas Suddenly Movement di sebuah kedai kopi. Ternyata mereka memiliki keresahan yang serupa, perihal ruang berkesenian di Kediri.
Dalam obrolan yang acak dan tak terencana, di tengah redupnya kegiatan berkesenian, Suddenly Movement pun tercipta. Nama gerakan ini lantas tercetus seperti bagaimana proses gerakan ini terpikirkan, yakni secara tiba-tiba.
Mereka bertujuh memiliki latar disiplin ilmu yang berbeda seperti film, seni lukis, seni kriya, fotografi, dan seni tari. “Dengan bercampurnya setiap disiplin ilmu kesenian kan kita akan membawa pengetahuan tentang kesenian di luar apa yang kita ketahui. Niatnya ya bikin ekosistem yang sehat dan saling support antar disiplin ilmu itu.” ujar Gigih.
“Harapannya Suddenly Movement ini juga bisa menjadi pemantik movement-movement lain di Kediri dalam rangka berkesenian dan semakin menghidupkannya.” lanjut Fara Suharno (24 tahun), salah satu penggagas lainnya.
Odyssey, Dialog Diri dan Refleksi
©2021 Merdeka.com
Pameran Odyssey ini seperti yang disebutkan sebelumnya menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin. Odyssey dalam Bahasa Indonesia berarti pengembaraan merupakan sebuah upaya mempelajari manusia yang berarti mempelajari diri sendiri dengan upaya autokritik dan autorefleksi yang menandakan suatu perjalanan, tulis deskripsi pembuka dalam ruang pameran.
Karya-karya dipamerkan dengan media yang berbeda, namun memiliki konteks yang selaras perihal penggalian eksistensi diri terlihat misalnya pada lukisan berjudul Siklus karya Jihan Alfn, Mengais dalam Samudera karya Rahangtyrex dan beberapa lainnya.
Proses pengembaraan ihwal refleksi spiritual juga tertuang pada karya lainnya seperti instalasi milik Gelapekat yang berjudul dis’harmene, menyuguhkan sebuah kotak kayu menyerupai peti mati dengan bunga-bunga bertebaran di lantai diiringi latar musik yang menambah suasana tegang namun asing.
Karya yang dipamerkan sejalan dengan kegelisahan, ingatan, dialog diri, serta proses bertumbuh dari masing-masing seniman.
Merangkul Segala Usia, dan Wadah Unjuk Bakat Bagi Anak SMA
©2021 Merdeka.com/ Pameran seni bertajuk Odyssey yang digelar di SK Coffe Labs Kediri 3-9 Mei 2020 (Ani M)
Sebelumnya Suddenly Movement telah menggelar empat volume pameran beserta artist talk dan berbagai workshop seperti batik tulis, pembuatan tembikar, dan scanography.
Menariknya, Suddenly Movement merangkul peserta pameran dari segala lini dan usia. Dua orang anak SMA Stefanusdarpito dan Galuh (18 tahun), juga turut memamerkan karyanya dalam pameran Odyssey. Stefanusdarpito mengakui mengetahui acara Suddenly Movement dari sosial media.
“Dari dulu saya memang mencari pameran yang kecil-kecilan, karena dari dulu mikirnya kalau ikut pameran itu orang yang udah berpengalaman, ternyata enggak.” kata Stefanusdarpito siswa SMAK St. Augustinus Kediri.
“Setelah ikut pameran jadi tahu dunia seni kayak gini, ada aturan-aturan tapi enggak ketat, dan jadi tahu semua orang bisa ikut pameran terlepas usia.” pungkas Stefanusdarpito.
Tak hanya itu, adanya serangkaian acara pameran ini juga disambut dengan antusias oleh beberapa pengunjung. Salah satunya yakni Pricil (23 tahun) “Di Kediri kan masih jarang ya pameran-pameran kayak begini, bagus sih ini, apalagi buat seniman-seniman di Kediri,” katanya.
(mdk/amd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Metode Belajar Membaca untuk Anak TK, Orang Tua Harus Coba
Kemampuan membaca tidak hanya membantu anak dalam belajar, tetapi juga membuka pintu bagi mereka untuk mengeksplorasi dunia.
Baca SelengkapnyaTujuan Orde Baru, Latar Belakang, Kelebihan, dan Perbedaannya dengan Orde Lama
Orde Baru dapat didefinisikan sebagai suatu penataan kembali kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia berlandaskan dasar negara indonesia.
Baca SelengkapnyaKecerdasan Buatan Kini Dimanfaatkan untuk Belajar Mengaji, Begini Kisah di Balik Pembuatannya
Dengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bagaimana Proses Gurun Terbentuk? Begini Penjelasannya
Gurun merupakan dataran yang umumnya berupa hamparan pasir yang luas. Namun bagaimana proses terciptanya?
Baca SelengkapnyaDiseminasi adalah Penyebaran Informasi kepada Khalayak, Begini Strateginya
Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh orang-orang.
Baca SelengkapnyaPemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya
Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca SelengkapnyaPamer Program Indonesia Mengajar, Cak Imin Pede Anies Kuasai Debat Pamungkas Capres Tema Pendidikan
Anies punya perhatian pada bidang pendidikan sejak lama.
Baca Selengkapnya100 Pertanyaan Menjebak Bikin Mikir, Mainkan Bersama Sahabat
Menguji ketajaman pikiran dan kreativitas, pertanyaan menjebak menawarkan pengalaman interaktif yang tak terduga.
Baca SelengkapnyaMinta Tak Direpotkan Isi Platform Merdeka Mengajar, Guru: Beri Kami Ruang untuk Bercengkerama dengan Keluarga
Guru harus fokus dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran.
Baca Selengkapnya