Mengenal Tradisi Bi'ibih, Cara Unik Warga Bondowoso Sambut Lailatul Qadar
Merdeka.com - Masyarakat Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur memiliki tradisi khas untuk menyambut datangnya malam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan. Namanya Bi’ibih.
Dikutip dari berbagai sumber, pada zaman dahulu, tradisi Bi’ibih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Bondowoso. Namun, seiring berkembangnya waktu, tradisi warisan leluhur itu mulai ditinggalkan.
Sambut Lailatul Qadar
©2020 Merdeka.com
Tradisi Bi’ibih dilakukan pada sore menjelang malam hari tanggal 25 dan 27 Ramadan. Dua malam itu diyakini sebagai turunnya Lailatul Qadar. Termasuk malam-malam tanggal ganjil lainnya di 15 hari terakhir bulan Ramadan.
Dalam pelaksanaannya, warga saling mengantar nasi kepada para tetangga. Sebagai wujud berbagi dan mempererat tali silaturahmi.
Tradisi yang Mulai Ditinggalkan
©2020 Merdeka.com/commons.wikimedia.org
Dihimpun dari berbagai sumber, Tradisi Bi’bih mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Muslim di Bondowoso. Khususnya oleh masyarakat yang tinggal di kawasan perkotaan.
Namun demikian, masyarakat di daerah perdesaan masih melestarikan tradisi yang merupakan warisan dari para pendahulunya itu. Tradisi tersebut sebagai bagian dari upaya meramaikan malam-malam ganjil di bulan Ramadan yang diyakini sebagai turunnya Lailatul Qadar.
Nasi Biibih
©2020 Merdeka.com/commons.wikimedia.org
Kata Bi’ibih merujuk pada waktu pergantian antara Asar dan Magrib. Dikarenakan tradisi saling antar nasi kepada para tetangga dilakukan pada waktu tersebut, maka tradisi ini disebut Bi’ibih.
Dihimpun dari berbagai sumber, nasi tersebut biasanya diberi lauk sesuai keinginan masing-masing warga. Salah satu yang sering dijumpai adalah serundeng yang terbuat dari kelapa parut yang telah disangrai hingga berwarna cokelat dan teksturnya kering.
Nasi dan lauk itu kemudian dibungkus. Biasanya setiap rumah membuat sekitar tujuh bungkus nasi yang akan diantar ke para tetangga.
Makna Biibih
©2020 Merdeka.com/commons.wikimedia.org
Tradisi Bi’ibih menjadi bukti dari anjuran Nabi Muhammad SAW untuk memperbanyak sedekah. Terutama dalam hal ini terkait dengan amalan pada 10 hari terakhir bulan suci Ramadan.
Anak-anak menjadi pihak yang paling senang mendapati nasi Bi’ibih. Mereka biasanya berebut cepat menyantap nasi bungkus tersebut.
Salah Kaprah Tentang Biibih
©2020 Merdeka.com/commons.wikimedia.org
Dihimpun dari berbagai sumber, seiring dengan merosotnya jumlah warga Bondowoso yang melaksanakan tradisi Bi’ibih, justru terjadi salah kaprah. Kata Bi’ibih digunakan senjata bagi orang tua untuk menakut-nakuti anaknya yang bermain pada waktu menjelang Magrib. Padahal kata Bi’ibih di sini artinya adalah waktu pergantian antara Asar dan Magrib.
Di sisi lain, kata Biibih dalam bahasa Madura memang merujuk pada makhluk halus yakni wewe gombel. Sejak zaman dulu, masyarakat Madura menyakini bahwasanya jika ada anak yang bermain di waktu menjelang azan Dhuhur dan Magrib bisa diculik oleh wewe gombel alias Biibih.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Maleman, Cara Masyarakat Jawa Hidupkan Malam Lailatul Qodar
Maleman merupakan tradisi membagikan nasi kotak maupun dengan tempat lain kepada tetangga maupun saudara
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Balimau Kasai, Tradisi Bersuci Sambut Hari Ramadan Khas Masyarakat Kampar Riau
Dalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.
Baca SelengkapnyaMengenal Ruwahan Tradisi Orang Betawi Jelang Ramadan, Sambut Kedatangan Roh Leluhur ke Rumah
Ruwahan cukup berbeda dari tradisi penyambutan Ramadan di daerah lain
Baca SelengkapnyaMengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaMeriahnya Prosesi Dugderan di Semarang, Tradisi Warga Menyambut Ramadan
Meski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca SelengkapnyaHasilkan Empat Nada, Begini Uniknya Tradisi Menumbuk Padi oleh Ibu-ibu di Kampung Urug Bogor
Tradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug benar-benar unik
Baca SelengkapnyaMengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca Selengkapnya