Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Memaknai Energi Baru Terbarukan dengan Cara Berbeda, Praktiknya Sederhana

Memaknai Energi Baru Terbarukan dengan Cara Berbeda, Praktiknya Sederhana Iskandar Waworuntu, pendiri Bumi Langit Institut. ©2020 Merdeka.com/Rizka Nur Laily Muallifa

Merdeka.com - “Energi terbarukan itu ada pada amal. Kita ngomong hakikat ya ini. Kalau masalah teknis-teknis seperti panel surya itu sepele dibandingkan alam. Alam punya lebih banyak keajaiban mengolah energi terbarukan. Kehebatan tanaman itu sangat luar biasa dibandingkan dengan teknologi manusia. Misalnya pohon, bisa hidup menciptakan oksigen, membuat tanah subur, kalau mau dibandingkan dengan panel surya, seujung jari aja tidak ada,” ujar Iskandar Waworuntu, salah satu pionir permakultur di Indonesia.

Selama puluhan tahun, pria keturunan Australia-Indonesia itu menjalani laku pencarian “kebenaran” hingga kemudian dipertemukan dengan Islam dan menekuni praktik permakultur. Mengolah tanah dan memanfaatkan sumber daya alam sesuai dengan cara kerja alamiahnya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring mendeskripsikan permakultur sebagai desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam. Pada Sabtu (29/8/2020) sekitar pukul 10.00 WIB, Pak Is (sapaan akrab Iskandar Waworuntu) menemui penulis di bangunan paling ujung di kawasan Bumi Langit yang difungsikan sebagai dapur. Bagian rumah yang sering ia sebut punya peran utama dalam kehidupan. Rekaman wawancara selama 1,5 jam membuktikan kegemaran sekaligus kepiawaiannya bercerita tentang konsep hidup yang ia pilih.

Pak Is memeluk Islam pada tahun 2000, enam tahun kemudian bersama keluarganya ia pindah ke kawasan Imogiri, Yogyakarta. Mengolah tanah berbatu di Jalan Imogiri KM 3 menjadi layak huni bagi beragam spesies makhluk hidup, baik manusia, hewan ternak dan berbagai jenis tanaman.

Di tanah seluas 3 hektare itu, Pak Is bersama keluarga menciptakan siklus kehidupan sesuai kehendak alam. Berkebun dengan cara polikultur, memelihara ayam dan itik di alam terbuka, menekan penggunaan plastik, mengolah kotoran sapi menjadi biogas, serta memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber listrik. Dua hal terakhir akrab disebut publik sebagai pemanfaatan energi baru terbarukan.

Pemaknaan energi baru terbarukan dan konservasi energi ala Pak Is berpijak dari prinsip hidupnya sebagai seorang yang taat. Ia melihat segala sesuatu dalam hidup dari pespektifnya sebagai makhluk spiritual. Menurutnya, segala sesuatu di alam memiliki manfaat dan peran masing-masing. Semua terurai dalam keadaan hidup atau mati untuk memberikan manfaat kepada kehidupan.

Energi baru terbarukan memiliki makna penting karena merupakan dasar penciptaan. Semua makhluk di alam memiliki manfaat. Itu yang kemudian disebut sebagai sunatullah, hukum alam atau law of nature. Semua makhluk hidup memiliki peran untuk mendukung keberlangsungan hidup (sustainability) di alam semesta sesuai proporsi masing-masing.

“Kebetulan menarik dalam perspektif Islam, saya suka mengulang-ulang hal ini. Dalam Islam, dunia dan alam itu pengertiannya terkait tapi terpisah. Dunia di tangan manusia jadi sebaik-baiknya tempat untuk hidup,” terang Pak Is di sela mengaduk teh hangat dan sebutir gula batu di cangkir putih di hadapannya.

Melalui kehendak bebasnya, manusia memiliki kemampuan mendesain dunia seperti apa yang hendak ia tinggali. Alam lah yang menjadi partner manusia dalam membentuk kehidupan. Masalahnya, kehendak bebas itu menjadikan manusia memiliki dua sisi, bisa menciptakan kebaikan maupun kerusakan. Kebaikan yang dilakukan manusia menjamin adanya kepastian kehidupan berkelanjutan. Sebaliknya, tindakan rakus atau eksploitatif terhadap sumber daya alam akan berakibat pada kerusakan.

Saat manusia tidak mendapat dukungan dari alam, keberlangsungan hidup di dunia ini pun terancam. Hilangnya keseimbangan alam saat manusia mengambil sesuatu dari alam secara berlebihan bisa menyebabkan kerusakan.

Penambangan batubara yang didukung dengan teknologi modern menjadi sangat eksploitatif dibandingkan di masa lalu ketika mesin-mesin pengeruk belum ditemukan. Hasilnya, kerugian yang harus dibayar manusia juga semakin besar. Entah berupa gangguan kesehatan, mental, pertanian, dan banyak lagi.

Kepekaan terhadap ukuran mengambil sumber daya dari alam dewasa ini menurut Pak Is hilang lantaran manusia hanya memakai ukuran materi. Nilai-nilai yang sifatnya jauh lebih luhur disebutnya tidak ada dalam praktik kehidupan manusia modern.

Memanfaatkan Listrik Sesuai Kebutuhan

iskandar waworuntu pendiri bumi langit institut

©2020 Merdeka.com/Anugerah Ayu Sendari

“Kalau kita bisa mengukur hidup, hanya dengan 1.000 watt sudah bersyukur dan merasa hidup di rumah yang sudah sangat mewah, kita sebetulnya sudah menjadi bangsa yang mulia. 1000 watt itu bisa didapat dari panel surya, teknologi terjangkau lain, juga subsidi listrik dari pemerintah,” lanjut Pak Is setelah sempat memohon diri memberi makanan untuk Mona, monyet tak bertuan yang tampak senang dengan iklim hidup barunya di kawasan Bumi Langit.

Di lahan seluas tiga hektare dengan beberapa bangunan khas Jawa di atasnya, Bumi Langit memakai tiga sumber listrik. Panel surya, diesel, dan jaringan listrik dari PLN yang belum lama masuk ke kawasan tersebut. Ketika musim kemarau seperti sekarang, matahari cenderung lebih lama bersinar. Hasilnya, panel surya menangkap lebih banyak energi matahari yang kemudian diubah menjadi listrik.

Selama sinar matahari ada, kebutuhan listrik di sana sepenuhnya mengandalkan panel surya. Sumur tanah dengan kedalaman lebih dari 100 meter yang ada di Bumi Langit juga memompa air secara otomatis ketika ada sinar matahari.

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber listrik berakhir sekitar pukul 16.00 WIB. Selanjutnya, pemenuhan listrik mengandalkan energi matahari yang tersimpan dalam baterai panel surya. Penggunaan baterai ini hanya bisa memenuhi kebutuhan listrik sampai sekitar pukul 20.00 WIB lantaran keterbatasan baterai yang dimiliki.

Selanjutnya, sumber listrik beralih menggunakan diesel atau jaringan listrik PLN. Pak Is mengaku memanfaatkan beragam sumber listrik sesuai porsi masing-masing sumber energi. Dari segi pembiayaan, Bumi Langit bisa menghemat lebih dari separuh biaya dibandingkan jika harus mengandalkan sepenuhnya kebutuhan listrik dari PLN.  

Tidak ada aturan baku yang ditetapkan di Bumi Langit terkait pemanfaatan listrik. Semuanya dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Di sana, hanya ada satu televisi yang terletak di rumah tinggal Pak Is. Ia mengaku selalu mematikan televisi begitu tidak lagi ditonton.

Selain televisi di kediamannya, ada satu lagi televisi di bangunan yang disebut Rumah Panjang. Televisi di sana khusus untuk memutar film-film dokumenter terkait lingkungan atau untuk keperluan presentasi ketika sedang berlangsung Permaculture Design Course (PDC) atau program pelatihan lain.

Sedangkan di malam hari, selain untuk penerangan di setiap bangunan, lampu juga terpasang di beberapa bagian lain yang terbuka. Selain untuk urusan keamanan, juga dimaksudkan memudahkan orang yang berjalan. Pasalnya, kontur tanah di Bumi Langit memang berundak-undak, bahkan ada jurang di beberapa bagiannya.

Terkait dengan kebutuhan energi untuk memasak, Bumi Langit memproses dan menggunakan biogas yang diolah dari kotoran sapi yang dipelihara sendiri. Namun, jumlah sapi yang hanya empat ekor itu tidak bisa memenuhi kebutuhan gas dapur secara keseluruhan.

Pasalnya, ada Warung Bumi dan dapur umum di bagian belakang kebun (tempat Pak Is menemui penulis) yang masih menggunakan gas tabung lantaran keterbatasan biogas. Pemanfaatan biogas hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur rumah tinggal Pak Is yang dihuni bersama Darmila (istri) dan Shafira (anak perempuannya).

Ganjalan Konversi Energi Berbasis EBTKE

iskandar waworuntu pendiri bumi langit institut

©2020 Merdeka.com/Ani Mardatila

Sementara itu, terang Pak Is, target-target konsumeristik yang menjadikan masyarakat modern tidak pernah puas menjadi problem utama terwujudnya konversi energi beremisi tinggi menuju energi baru terbarukan dan konservasi energi.

Produk-produk kehidupan manusia modern, menurutnya, sulit dicari kebenarannya secara akal. Proses pembuatannya dilakukan dengan cara tidak sustainable dan berlebihan. Dalam praktiknya, manusia modern melalui kegiatan-kegiatan yang berorientasi ekonomi mengeksploitasi udara, air, tanah, juga manusia lain.

“Ini disebut batil, fasad, korupsi. Misalnya hak saya mengambil 1 dari alam, tapi saya mengambil 5. Ini kan berlebihan,” lanjut lelaki paruh baya yang pernah bergabung dengan Bengkel Teater besutan sastrawan WS Rendra itu.  

Penggunaan segala barang yang berhubungan dengan listrik akhirnya menjadi problematik. Pasalnya, listrik sendiri belum berasal dari apa yang disebutnya sebagai kebaikan. Listrik datang dari proses yang disebut Pak Is menghancurkan kehidupan. Sebagian besar listrik di Pulau Jawa dan Bali masih berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang bahan baku utamanya berupa batubara. Padahal praktik penambangan batubara yang eksploitatif sudah menjadi rahasia umum di Indonesia.

“Hanya dalam waktu 200 tahun, apa yang disimpan Allah di dalam perut bumi sebagai upaya menjaga kesehatan alam justru dikeruk habis oleh manusia. Apa yang seharusnya tertanam dalam bumi dikembalikan lagi ke daratan, air, udara. Hasilnya, kita harus membayar tindakan itu baik melalui tergadainya kesehatan atau yang lain,” ujarnya.

Konversi energi listrik beremisi tinggi menuju energi baru terbarukan memiliki ganjalan serius selama masyarakat tidak mau mengubah gaya hidup. Menurut Pak Is, tindakan menggembar-gemborkan konversi energi susah terwujud jika tidak dibersamai dengan kesadaran seluruh elemen masyarakat memaknai segala hal yang dikonsumsinya.

Tidak hanya soal pemanfaatan listrik sesuai kebutuhan, tetapi juga berkelindan dengan pilihan makanan dan busana. Masyarakat perlu mempertanyakan hingga mengetahui asal usul apa yang dikonsumsinya sehari-hari. Kegemaran mengonsumsi makanan cepat saji atau instan menurutnya juga bagian dari mendukung langgengnya sistem yang selama ini keliru. Termasuk kegemaran bergonta-ganti busana sesuai mode, entah busana modern maupun busana muslim sekalipun. Bagi Pak Is, sudah saatnya masyarakat memikirkan asal muasal busana yang dikenakan. Apakah dihasilkan dari praktik eksploitatif terhadap sumber daya alam maupun manusia atau tidak.

Sebaliknya, konsumerisme terhadap makanan, busana, dan kebutuhan hidup keseharian lain akan mengukuhkan bahkan memperparah tingkat eksploitasi terhadap sumber daya alam maupun manusia yang pada praktiknya memakai dalih diizinkan negara melalui peraturan-peraturan tertentu. Dalam istilah Pak Is, praktik eksploitatif itu disebutnya sebagai kegagalan sistem yang ditandai dengan adanya residu atau sampah. Baik berupa sampah plastik atau polusi di lautan, udara, dan daratan.

Di penghujung wawancara, penulis sempat diajak meninjau ulang makna recycle atau daur ulang yang juga menjadi bagian dari kampanye hidup berkelanjutan dan berdampingan dengan alam.

“Coba, mbak, dikoreksi. Recycle itu artinya apa, plastik misalnya cuma bisa diolah 1-2-3 kali, setelah itu muspro. Praktik recycle lebih tepat disebut downcycle. Plastik yang sudah jadi nano partikel bahkan masih perlu ratusan tahun untuk terurai secara keseluruhan. Padahal kita hidup di dunia ini paling-paling hanya 60-70 tahun rata-rata,” pungkasnya.

(mdk/rka)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ada Faktor Teknologi yang Jadi Tantangan Pengembangan Energi Baru Terbarukan

Ada Faktor Teknologi yang Jadi Tantangan Pengembangan Energi Baru Terbarukan

Energi Baru Terbarukan dihadapkan dengan 4 tantangan.

Baca Selengkapnya
⁠Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana

⁠Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana

Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.

Baca Selengkapnya
Cara Menghemat Listrik dalam Kehidupan Sehari-hari, Efektif dan Mudah Diterapkan

Cara Menghemat Listrik dalam Kehidupan Sehari-hari, Efektif dan Mudah Diterapkan

Cara mengehemat listrik ini perlu diketahui dan diterapkan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jika Penggunaan Gas Bumi Gangguan saat Libur Lebaran, Segera Lakukan Hal Ini

Jika Penggunaan Gas Bumi Gangguan saat Libur Lebaran, Segera Lakukan Hal Ini

PGN memperketat pengamanan dan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah insiden keamanan yang dapat mengganggu ataupun merugikan lingkungan.

Baca Selengkapnya
Kembangkan Energi Terbarukan, KLHK dan PPLI Siapkan Teknologi Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM

Kembangkan Energi Terbarukan, KLHK dan PPLI Siapkan Teknologi Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM

Langkah ini penting dilakukan karena ada 13 juta ton lebih sampah plastik dalam setahun.

Baca Selengkapnya
Sains Ungkap Cara ini Meningkatkan Peluang Hidup Manusia 90 Persen jika Tersambar Petir

Sains Ungkap Cara ini Meningkatkan Peluang Hidup Manusia 90 Persen jika Tersambar Petir

Berikut cara agar manusia punya peluang hidup jika kepalanya tersambar petir.

Baca Selengkapnya
7 Kebiasaan Malam Hari yang Bisa Bantu Lancarkan Pencernaan untuk Esok Hari

7 Kebiasaan Malam Hari yang Bisa Bantu Lancarkan Pencernaan untuk Esok Hari

Melancarkan pencernaan dan mempermudah buang air besar bisa dilakukan dengan sejumlah cara mudah.

Baca Selengkapnya
Gantikan Batu Bara, 30 Ton Olahan Sampah Dipasok ke Pabrik SBI untuk Jadi Bahan Bakar

Gantikan Batu Bara, 30 Ton Olahan Sampah Dipasok ke Pabrik SBI untuk Jadi Bahan Bakar

Langkah ini untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, sekaligus membantu perusahaan mendapatkan sumber energi alternatif.

Baca Selengkapnya
Perusda Kaltim Segera Terapkan Model Bisnis Berbasis Energi Terbarukan

Perusda Kaltim Segera Terapkan Model Bisnis Berbasis Energi Terbarukan

Dia mendorong perusda merespon transformasi itu untuk masuk ke bisnis kendaraan listrik.

Baca Selengkapnya