Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Gejala Campak yang Mudah Dikenali Sejak Dini, Ketahui Penyebab dan Cara Pencegahannya

Gejala Campak yang Mudah Dikenali Sejak Dini, Ketahui Penyebab dan Cara Pencegahannya Ilustrasi sakit. ©2012 Shutterstock/StockLite

Merdeka.com - Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak. Gejala klinis terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium prodromal, eksantem, dan konvalesens. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan antibodi IgM campak dalam darah.

Tatalaksana bersifat suportif disertai pemberian vitamin A. Komplikasi yang sering menyebabkan kematian pada anak adalah pneumonia. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin.

Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Campak timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak.

Sejak program imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini kembali meningkat. Di Amerika Serikat, timbul Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan 147 kasus sejak awal Januari hingga awal Februari 2015.

Berikut ulasan lengkap mengenai gejala campak, penyebab dan cara mencegahnya.

Penyebab Penyakit Campak

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia. Pada 2013 terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD.

Campak disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan rantai tunggal RNA yang memiliki satu tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya pejamu alami bagi penyakit ini. Virus campak mengenai traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe regional dan menyebar secara sistemik selama viremia yang berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah.

Cara Penyebaran Campak

Penyebaran infeksi dari penyakit campak terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional.

Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfa. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.

Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.

Gejala Campak

Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala campak secara klinis terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:

1. Stadium prodromal

Gejala campak yang pertama ini berlangsung kira-kira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam yang dapat mencapai 39,50 C ± 1,10 C. Selain demam, dapat timbul gejala campak lain berupa malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk.

Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia).

Tanda patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.

2. Stadium eksantem

Gejala campak yang kedua, timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari.

Demam umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.

3. Stadium penyembuhan (konvalesens)

Gejala campak ketiga yang terjadi setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.

Diagnosis Campak

Berikut diagnosis penderita campak;

Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh. Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380 C), mata merah, dan ruam makulopapular Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam.5-7 IgM campak ini dapat tetap terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi.

Komplikasi pada Penyakit Campak

Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:

Usia muda, terutama di bawah 1 tahun. Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor). Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor. Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV, malnutrisi, atau keganasan. Anak dengan defisiensi vitamin 

Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:

Saluran pernapasan: bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup). Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi. Telinga: otitis media. Susunan saraf pusat;  Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan, dan kejang berulang. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak, timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan motorik.  Mata: keratitis. Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder.

Cara Mencegah Penyakit Campak

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Vaksin hidup campak mencegah terjadinya infeksi campak dan direkomendasikan sebagai vaksin MMR untuk anak berusia 12-15 bulan dan 4-6 tahun.

Vaksin measles, mumps, rubella, and varicella (MMRV), vaksin MMR yang dikombinasi dengan vaksin varisela, merupakan vaksin alternatif yang dapat diberikan pada anak usia 12 bulan–12 tahun. Dosis kedua MMR bukan merupakan dosis penguat (booster) tetapi ditujukan untuk mengurangi angka kegagalan vaksin yang telah diberikan pertama kali, yaitu sebesar 5%.

Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah keadaan immunokompromais akibat immunodefisiensi kongenital, infeksi HIV berat, leukimia, limfoma, terapi kanker, atau pemberian terapi immunosuppresif kortikosteroid (>2mg/kg/hari selama lebih dari 14 hari), kehamilan, atau pernah menerima immunoglobulin (dalam jangka waktu 3-11 bulan, tergantung dosis yang diberikan).

Vaksinasi MMR direkomendasikan untuk pasien HIV yang tidak memiliki gejala imunosupresi berat, pasien kanker anak yang sedang dalam masa remisi yang tidak menerima kemoterapi dalam waktu 3 bulan, anak yang tidak sedang dalam pengobatan terapi imunosupresan kortikosteroid pada bulan sebelumnya.

Penderita penyakit kronik atau penderita immunokompromais apabila didalam lingkungan rumahnya terdapat anggota keluarga yang terpajan campak harus menerima profilaksis pasca pajanan dengan vaksin campak dalam waktu 72 jam setelah terjadinya pajanan, atau pemberian immunoglobulin dalam kurun waktu 6 hari setelah pajanan.

(mdk/edl)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Mengenal Berbagai Gejala Kanker Serviks dan Langkah Pertama yang Penting Dilakukan Jika Mendeteksinya

Mengenal Berbagai Gejala Kanker Serviks dan Langkah Pertama yang Penting Dilakukan Jika Mendeteksinya

Semakin dini mengetahui dan menangani berbagai gejala kanker serviks, maka tingkat kesembuhannya pun juga bisa lebih meningkat.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Gejala ISPA pada Anak, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

Gejala ISPA pada Anak, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang sering menjangkiti si kecil.

Baca Selengkapnya
Penyakit yang Bisa Sebabkan Sesak Napas, Salah Satunya karena Rasa Cemas

Penyakit yang Bisa Sebabkan Sesak Napas, Salah Satunya karena Rasa Cemas

Sesak napas bukanlah suatu kondisi yang dapat diabaikan, karena dapat menjadi tanda adanya gangguan pada sistem pernapasan atau organ tubuh lainnya.

Baca Selengkapnya
Cara Mencegah Usus Buntu pada Anak, Jaga Asupannya tetap Sehat

Cara Mencegah Usus Buntu pada Anak, Jaga Asupannya tetap Sehat

Usus buntu pada anak adalah kondisi medis di mana apendiks, organ kecil yang menempel pada usus besar mengalami infeksi dan peradangan.

Baca Selengkapnya
Ada Faktor Pancaroba, Ini 3 Penyebab Kenaikan Kasus Covid-19 di Jakarta

Ada Faktor Pancaroba, Ini 3 Penyebab Kenaikan Kasus Covid-19 di Jakarta

Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Penyebab Susah Sendawa yang Penting Diketahui, Berikut Cara Mengatasinya

Penyebab Susah Sendawa yang Penting Diketahui, Berikut Cara Mengatasinya

Penyebab susah sendawa dapat bervariasi, mulai dari faktor-faktor sehari-hari hingga kondisi medis tertentu.

Baca Selengkapnya
Ketahui Cara Tepat Penanganan Batuk Pilek Biasa pada Anak

Ketahui Cara Tepat Penanganan Batuk Pilek Biasa pada Anak

Sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna serta usia anak menyebabkan kondisi batuk pilek rentan terjadi pada anak. Ketahui cara tepat untuk menanganinya.

Baca Selengkapnya