Merdeka.com - Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur melakukan penertiban dengan membubarkan segala jenis kegiatan hajatan yang berpotensi menyebabkan kerumunan dan menjadi titik penyebaran virus Corona.

"Kami melakukan patroli terarah setelah mendapat pengaduan dari warga lainnya," terang anggota Penegakan Hukum Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung, Artista Nindya Putra di Tulungagung, Minggu (1/8/2021).

Bubarkan Hajatan

Hingga berita ini ditulis, sudah lebih dari enam lokasi hajatan warga yang dibubarkan Satgas setempat. Tim Satpol PP yang didampingi aparat kepolisian, babinsa TNI serta perangkat desa mendatangi lokasi hajatan.

"Terakhir kegiatan hajatan yang kami bubarkan ada di Desa Waung, Kecamatan Boyolangu dan di Desa Gondanggunung Kecamatan Pagerwojo," imbuh Genot, sapaan akrab Artista Nindya Putra.

Sasar Seluruh Kecamatan

Sebuah kiriman dibagikan oleh INFO TULUNGAGUNG & SEKITARNYA (@kabar.tulungagung)

Penertiban menyasar seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung. Tidak hanya yang ada di pusat kota, tetapi juga menyasar perkampungan di pelosok desa dan pegunungan setempat.

Genot menjelaskan, larangan kegiatan hiburan dan hajatan berlaku di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung. Hal ini mengacu pada kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4.

"Padahal kami sudah seringkali melakukan sosialisasi kepada perangkat desa maupun masyarakat terkait larangan hajatan ini. Tetapi nyatanya di lapangan masih banyak masyarakat yang bandel dan melakukan hajatan dengan keramaian," ungkapnya, mengutip dari ANTARA.

Satgas Tingkat Desa

Satgas penanganan Covid-19 di Kabupaten Tulungagung telah dibentuk mulai tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Seluruh Satgas mempunyai tugas yang sama untuk mengedukasi dan memberikan sanksi kepada masyarakat yang melanggar aturan PPKM level 4.

“Jadi berjenjang, mulai tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten,” lanjutnya.

Pelanggaran hajatan biasanya terjadi di wilayah pinggiran atau pegunungan yang jauh dari pengawasan. Di Desa Gondanggunung misalnya, meski ada larangan, hajatan tetap digelar dengan dekorasi mewah.

Meski makanan sudah dengan sistem take away berupa nasi kotak yang dibawa pulang oleh para tamu undangan, namun pengaturan tempat duduk masih berhimpitan.