Merdeka.com - Salah satu pekerjaan impian banyak orang yakni menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selain membutuhkan banyak persiapan untuk mengikuti rangkaian seleksi panjang, banyaknya pesaing juga menjadikan cita-cita menjadi TNI tidak mudah.

Meski demikian, sejumlah orang bertekad kuat mengejar cita-citanya mendapatkan pekerjaan impian ini. Di antara mereka ialah para pemuda yang berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi yang terbatas. Mereka berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-citanya menjadi TNI, seperti melansir dari Abdi Negara News.

Perjuangan Anak Petani

©2021 Merdeka.com/liputan6.com

Berasal dari keluarga dengan kemampuan ekonomi terbatas tak membuat Samsul Huda menyerah pada keadaan. Sehari-hari kedua orangnya melakoni pekerjaan sebagai petani di Dusun Tutup, Desa Sidodowo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Sebelumnya, Samsul Huda sudah mencoba mengikuti seleksi masuk TNI. Namun, nasib baik belum berpihak kepadanya. Meski demikian, ia tidak patah semangat. Pada 2013 ia kembali mengikuti seleksi masuk TNI dan berhasil lolos.

Bahkan, di akhir pendidikannya pada 2017, ia menjadi lulusan terbaik. Ia pun mendapat penghargaan Adhi Makayasa dari Presiden Joko Widodo. “Saya tidak menyangka bisa dinyatakan sebagai lulusan terbaik, karena saya tidak pernah berharap sama sekali mendapatkan gelar itu” ungkapnya di Istana Negara Jakarta, Selasa (25/7/2017).

Selain Samsul Huda, kisah sukses anak petani yang menjadi prajurit TNI juga dialami Irwanda Wicaksono. Justru motivasi terbesar Irwan menjadi prajurit TNI lantaran ia berasal dari keluarga petani.

Irwan bahkan dilantik sendiri oleh Presiden Jokowi. Ia merasa semua yang didapatkan kini tak lepas dari kerja keras kedua orang tuanya yang sehari-hari bekerja sebagai petani di sebuah desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Anak Penjual Gorengan

©2021 Merdeka.com/tni.mil.id

Kisah inspiratif berikutnya datang dari Hafid Bahtiar, lulusan berprestasi TNI AL pada 2018. Kesuksesan Hafid tidak bisa dilepaskan dari kerja keras ayahnya. Diketahui, sehari-hari sang ayah menjual gorengan di pinggiran jalan untuk menghidupi keluarganya. “Saya ingat sekali, dulu saat SD sampai SMP saya menjual gorengan di sekolah,” kenang Hafid.

Pernah Jadi Loper Koran

Perjuangan tak mudan menggapai cita-cita menjadi TNI juga dialami Satya. Sebelum lolos menjadi prajurit TNI, pemuda itu sempat melakoni beragam pekerjaan, di antaranya ialah menjadi loper koran hingga sales supermarket.

Ia melakukan semua itu demi menyambung hidup. Pasalnya, sudah tiga kali ia mencoba mendaftarkan diri dan mengikuti serangkaian tes menjadi TNI, namun belum berhasil. Meski demikian, ia masih yakin bisa meraih cita-citanya.

Satya pun mendaftar untuk mengikuti seleksi penerimaan prajurit TNI untuk keempat kalinya. “Saya gak menyangka, karena saya berjuang keras sendiri dibantu ibu. Karena ayah sudah meninggal,” ungkapnya.