Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Disleksia adalah Gangguan Belajar pada Anak, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Disleksia adalah Gangguan Belajar pada Anak, Berikut Penyebab dan Gejalanya ilustrasi disleksia. www.wikihow.com

Merdeka.com - Disleksia adalah sebuah kondisi gangguan kesehatan di mana penderitanya memiliki ketidakmampuan atau kesulitan untuk membaca dan menulis. Penderita disleksia sulit untuk membaca dan menulis dengan baik karena mereka memiliki masalah identifikasi suara, di mana hal tersebut berhubungan dengan huruf dan kata (decoding).

Penderita disleksia umumnya mengalami kesulitan dengan pemahaman membaca, mengeja, dan menulis. Tetapi, penyakit ini tidak berkaitan dengan masalah kecerdasan. Penyakit disleksia hanya memengaruhi area otak yang memproses bahasa saja.

Orang dengan penyakit disleksia biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang normal dan juga memiliki penglihatan yang normal. Sebagian besar anak disleksia dapat ikut belajar dengan baik di sekolah dengan bimbingan atau program pendidikan khusus. Dukungan emosional juga memainkan peran penting bagi para penderita penyakit ini.

Meskipun hingga kini masih belum ada obat untuk penyakit disleksia, penilaian dan intervensi awal dapat sangat membantu untuk mengatasinya. Terkadang, penyakit disleksia tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun dan tidak dikenali sampai dewasa. Meski begitu, tak ada kata terlambat untuk mencari bantuan pengobatan.

Berikut beberapa informasi mengenai disleksia seperti penyebab, gejala dan cara menanganinya yang menarik untuk dipelajari, dilansir dari mayoclinic.org dan medicalnewstoday.com.

Penyebab Disleksia

Disleksia adalah penyakit yang seringkali mendera sejak masa kanak-kanak. Para peneliti hingga kini masih belum menemukan penyebab pasti dari penyakit ini. Namun, telah diketahui bahwa gen dan perbedaan otak berperan penting sebagai faktor pemicu dari disleksia. Berikut beberapa kemungkinan penyebab disleksia yang paling umum:

Gen dan keturunan

Penyebab utama disleksia adalah gen dan keturunan. Disleksia sering diturunkan dalam keluarga. Sekitar 40% saudara kandung penderita disleksia juga kesulitan membaca. Sebanyak 49% orang tua dari anak disleksia juga mengalaminya. Para ilmuwan juga menemukan gen yang terkait dengan masalah membaca dan memproses bahasa.

Anatomi dan aktivitas otak

Penyebab lainnya dari disleksia adalah anatomi dan aktivitas otak. Studi pencitraan otak telah menunjukkan perbedaan otak antara orang dengan dan tanpa disleksia. Perbedaan ini terjadi di area otak yang terlibat dengan keterampilan membaca utama.

Keterampilan ini adalah mengetahui bagaimana suara direpresentasikan dalam kata-kata, dan mengenali seperti apa kata-kata tertulis. Tetapi, otak bisa berubah. Studi menunjukkan bahwa aktivitas otak pada penderita disleksia berubah setelah mereka mendapatkan instruksi atau bimbingan yang tepat.

Gejala Disleksia

Gejala penyakit disleksia mungkin sulit dikenali sebelum anak mulai masuk sekolah. Tetapi, beberapa petunjuk awal dapat menjadi petunjuk tentang adanya masalah yang berkenaan dengan kondisi ini.

Begitu anak mencapai usia sekolah, guru dari anak Anda mungkin adalah orang pertama yang menyadari adanya masalah. Tingkat keparahan penyakit disleksia bervariasi, tetapi kondisinya akan menjadi jelas saat seorang anak mulai belajar membaca.

1. Usia sebelum sekolah

Tanda-tanda atau gejala bahwa seorang anak mungkin berisiko mengalami disleksia meliputi:

Terlambat berbicara Belajar kata-kata baru secara perlahan Bermasalah dalam membentuk kata-kata dengan benar, seperti membalikkan suara dalam kata-kata atau bingung terhadap kata-kata yang terdengar sama Masalah mengingat atau menamai huruf, angka, dan warna Kesulitan mempelajari lagu anak-anak atau bermain game berima

2. Usia sekolah

Setelah anak bersekolah, tanda dan gejala penyakit disleksia mungkin menjadi lebih jelas, di antaranya:

Kemampuan membaca jauh di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia rata-ratanya Masalah memproses dan memahami apa yang didengar Kesulitan menemukan kata yang tepat atau membentuk jawaban atas pertanyaan Bermasalah dalam mengingat urutan hal-hal Kesulitan melihat (dan kadang-kadang mendengar) persamaan dan perbedaan huruf dan kata Ketidakmampuan untuk mengucapkan pengucapan kata yang tidak dikenal Kesulitan mengeja Menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan membaca atau menulis Menghindari kegiatan yang melibatkan membaca

3. Remaja dan dewasa

Gejala penyakit disleksia pada remaja dan orang dewasa mirip dengan pada anak-anak. Beberapa tanda dan gejala penyakit disleksia yang umum pada remaja dan orang dewasa meliputi:

Kesulitan membaca, termasuk membaca nyaring Lambat dalam membaca dan menulis Masalah ejaan Menghindari kegiatan yang melibatkan membaca Salah mengucapkan nama atau kata Kesulitan memahami lelucon atau ungkapan dengan makna yang tidak mudah dipahami dari kata-kata (idiom) tertentu Menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan membaca atau menulis Kesulitan meringkas cerita Kesulitan belajar bahasa asing Kesulitan menghafal Kesulitan mengerjakan soal matematika

Meskipun sebagian besar anak sudah siap untuk belajar membaca sejak taman kanak-kanak atau kelas satu, anak-anak dengan disleksia seringkali tidak dapat memahami dasar-dasar membaca pada saat itu.

Konsultasikan dengan dokter jika tingkat membaca anak Anda di bawah apa yang diharapkan untuk usianya atau jika Anda melihat tanda-tanda disleksia lainnya. Ketika disleksia tidak terdiagnosis dan tidak diobati, kesulitan membaca masa kanak-kanak dapat berlanjut hingga dewasa.

Komplikasi Disleksia

Disleksia adalah penyakit yang dapat menyebabkan sejumlah komplikasi seperti;

Kesulitan belajar. Karena membaca adalah keterampilan dasar untuk sebagian besar mata pelajaran sekolah lainnya, seorang anak dengan disleksia berada pada posisi yang kurang menguntungkan di sebagian besar kelas dan mungkin mengalami kesulitan mengikuti teman sebayanya. Masalah sosial. Jika tidak diobati, disleksia dapat menyebabkan kemunculan rasa rendah diri, masalah perilaku, kecemasan, agresi, dan penarikan diri dari teman, orang tua, dan guru. Masalah sebagai orang dewasa. Ketidakmampuan membaca dan memahami dapat menghalangi seorang anak untuk mencapai potensinya saat anak itu tumbuh dewasa. Hal ini dapat memiliki konsekuensi pendidikan, sosial dan ekonomi jangka panjang.

Anak-anak yang mengalami disleksia juga memiliki peningkatan risiko mengalami attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), dan sebaliknya. ADHD juga dapat menyebabkan kesulitan mempertahankan perhatian serta hiperaktif dan perilaku impulsif, yang dapat membuat disleksia lebih sulit untuk diobati.

Penanganan Disleksia yang Tepat

Meski belum ada obat untuk penyakit disleksia, tetapi berbagai pendekatan dapat membantu untuk mengatasi kondisi ini. Disleksia memengaruhi setiap penderitanya secara berbeda, dan kebanyakan dari mereka akan menemukan cara untuk mengakomodasi perbedaan belajar dan berkembang dengan cara masing-masing.

Menerima diagnosis dan dukungan sejak dini dapat memiliki manfaat jangka panjang bagi para penderita disleksia. Menangani disleksia pada anak-anak dapat dilakukan dengan:

Evaluasi kebutuhan individu: Hal ini dapat membantu guru mengembangkan program yang ditargetkan untuk anak. Alat pembelajaran yang disesuaikan: Anak-anak dengan disleksia dapat mengambil manfaat dari alat belajar yang memanfaatkan indra mereka, seperti sentuhan, penglihatan, dan pendengaran. Bimbingan dan dukungan: Konseling dapat membantu meminimalkan efek pada harga diri. Bentuk dukungan lain mungkin melibatkan, misalnya, memberikan waktu ekstra untuk ujian. Evaluasi berkelanjutan: Orang dewasa dengan disleksia dapat mengembangkan strategi koping dan mengidentifikasi area di mana mereka akan mendapat manfaat dari lebih banyak dukungan.

Pusat Disleksia dan Kreativitas Yale menawarkan tips untuk belajar bagi para penderita disleksia. Hal-hal tersebut adalah:

menggunakan strategi manajemen waktu seperti memecah proyek atau tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyusun garis besar sebelum memulainya. menggunakan alat seperti kartu flash dan teknologi teks-ke-suara. mengatur catatan secara visual, menggunakan stabilo atau sistem kode warna. bekerja di tempat yang tenang dan bersih — dengan penyumbat telinga atau headphone peredam bising jika perlu dan meminimalkan gangguan.

(mdk/edl)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya

Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya

Gejala selesma pada anak biasanya meliputi bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga demam ringan. Namun kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya.

Baca Selengkapnya
Kenali 4 Hal yang Harus Diperhatikan Orangtua saat Anak Sakit

Kenali 4 Hal yang Harus Diperhatikan Orangtua saat Anak Sakit

Pada saat anak sedang sakit, orangtua biasanya akan mengalami sejumlah kebingungan. Penting bagi orangtua untuk memerhatikan sejumlah hal.

Baca Selengkapnya
8 Cara Mengatasi Anak Malas Belajar, Panduan Penting untuk Orang Tua

8 Cara Mengatasi Anak Malas Belajar, Panduan Penting untuk Orang Tua

Mengatasi anak yang malas belajar memerlukan pemahaman mengenai penyebab yang mendasarinya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dampak Anak Sering Tidur Larut Malam, Bisa Ganggu Perkembangan si Kecil

Dampak Anak Sering Tidur Larut Malam, Bisa Ganggu Perkembangan si Kecil

Anak yang sering tidur larut malam bisa mengalami berbagai masalah, mulai dari fisik, emosional, hingga akademik. Dampaknya pun bisa memengaruhi perkembangannya

Baca Selengkapnya
Ditanya Begini Jawabnya Begitu, Kenali Penyebab Seseorang Melantur saat Berbicara

Ditanya Begini Jawabnya Begitu, Kenali Penyebab Seseorang Melantur saat Berbicara

Melantur saat berbicara bisa disebabkan oleh kondisi bernama psikosis yang merupakan keadaan mental yang kompleks.

Baca Selengkapnya
Selesma pada Anak-anak Bisa Sembuh Sendiri dalam 7-10 Hari

Selesma pada Anak-anak Bisa Sembuh Sendiri dalam 7-10 Hari

Masalah selesma yang memicu batuk pilek pada anak bisa sembuh sendiri dalam 7-10 hari sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua.

Baca Selengkapnya
Mengapa Sindiran ke Anak Bisa Jadi Kesalahan Parenting yang Berdampak Buruk bagi Perkembangan

Mengapa Sindiran ke Anak Bisa Jadi Kesalahan Parenting yang Berdampak Buruk bagi Perkembangan

Menyindir anak terkait hal yang mereka lakukan bisa menimbulkan dampak buruk dalam pola pengasuhan yang dilakukan.

Baca Selengkapnya
Ketahui Berbagai Kecerdasan yang Terdapat pada Anak, Penting untuk Terus Dikembangkan

Ketahui Berbagai Kecerdasan yang Terdapat pada Anak, Penting untuk Terus Dikembangkan

Kecerdasan pada anak memiliki bentuk yang berbeda-beda satu sama lain. Ketahui sejumlah jenis kecerdasan pada anak.

Baca Selengkapnya
8 Cara Mencegah DBD pada Anak, Lakukan Sejak Dini

8 Cara Mencegah DBD pada Anak, Lakukan Sejak Dini

Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk melakukan pencegahan DBD.

Baca Selengkapnya