Disebut Jahiliah, Begini Cerita Keraton Solo Sebarkan Islam di Wonoketro Ponorogo
Merdeka.com - Desa Wonoketro di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur memiliki cerita unik. Konon, dulu kawasan ini merupakan hutan belantara. Selain itu, peradabannya masih sangat tradisional, bahkan ada yang menyebut masa itu sebagai masa jahiliah.
Awalnya, wilayah Desa Wonoketro tidak seluas sekarang. Sebelumnya, Dukuh Wonoketro dan Dukuh Jintap berdiri sendiri-sendiri. Mengutip dari laman resmi desawonoketro.com, baru pada tahun 1918 kedua dukuh ini tergabung menjadi satu desa, yakni Desa Wonoketro.
Asal-usul Dukuh Wonoketro
Konon, Dukuh Wonoketro dulunya ditemukan oleh dua orang perantau dari daerah selatan Jawa. Suatu saat sampailah keduanya di suatu tempat yang masih berupa hutan rimba. Daerah tersebut kemudian dinamai Wonoketro, berasal dari kata Wono yang artinya hutan dan Ketro yang berarti rimba atau lebat.
Salah satu perantau yang bernama Mbah Randi memutuskan bermukim di daerah itu sampai akhir hayatnya. Makamnya kemudian dikenal sebagai petilasan Njeblokan, salah satu tempat yang dianggap keramat hingga kini. Sepeninggal Mbah Randi, daerah Wonoketro kembali menjadi hutan rimba.
Penyebaran Islam
©2021 Merdeka.com/ikomedua.umpo.ac.id
Kemudian, datanglah utusan dari Keraton Solo (Surakarta) yang mengemban misi menyebarkan agama Islam. Pangeran Semendi, utusan Keraton Solo melakukan perjalanan menuju ke arah timur. Saat menjumpai daerah yang masih berupa hutan rimba, Pangeran Semendi dan rombongannya memutuskan bermukim di situ.
Dalam rangka menyebarkan agama Islam, Pangeran Semendi mendirikan tiga masjid di daerah tersebut. Pertama Masjid Setono, kemudian diikuti dengan Masjid Wonoketro dan Masjid Tegalsari. Saat meninggal dunia, Pangeran Semendi dimakamkan di bekas hutan Wonoketro tempat dia pertama kali datang. Namun kemudian, makamnya dipindahkan ke kompleks makam di Masjid Sentono.
Adapun, Kiai Wonoketro pertama yang ikut dalam rombongan Pangeran Semendi ialah Imam Kamil. Namanya diabadikan menjadi nama masjid yakni Masjid Al Kamil di Desa Wonoketro, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo.
Setelah Pangeran Semendi meninggal, Keraton Solo kembali mengirim utusan untuk membantu Imam Kamil menjalankan misi menyebarkan agama Islam. Utusan itu bernama Kasan Puro, yang kemudian berperan membentuk pemerintahan di wilayah setempat.
Asal-usul Dukuh Jintap
Sama seperti Dukuh Wonoketro, dulunya Dukuh Jintap juga merupakan kawasan hutan. Nama Jintap disebut berasal dari gabungan nama Taptojani dan Jayaniman, sepasang bapak dan anak yang memulai penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Sebelum kedatangan Taptojani dan Jayaniman kawasan tersebut dikenal dengan nama Dusun Templek.
Taptojani dan Jayaniman merupakan murid dari Kiai Imam Besari. Sang kiai kemudian mengutus pasangan bapak anak itu berdakwah di Jintap, hingga akhirnya keduanya dikenal sebagai sesepuh di Jintap.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi
Dilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!
Baca SelengkapnyaMengenal Sederet Keistimewaan Sunan Gunung Jati, dari Dakwah Pakai Gamelan sampai Bisa Operasi Tanpa Bedah
Ulama dari tanah Jawa Barat ini dulunya merupakan salah satu wali yang mensyiarkan Agama Islam di pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Tonggeyamo, Cara Unik Menentukan Tanggal 1 Ramadan ala Masyarakat Gorontalo
Selain dengan cara melihat hilal untuk menetapkan Bulan Ramadan, di Gorontalo memiliki tradisi yang unik dan berlangsung secara turun-temurun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ditolak Bidan Desa, Ibu di Pelosok Jember Melahirkan di Pinggir Jalan
Perempuan tersebut bernama Kholila (37), warga Desa Jambesari, Kecamatan Sumberbaru yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh perkebunan.
Baca SelengkapnyaDigelar Setiap Jelang Tahun Baru Imlek, Begini Serunya Ritual Pao Oen di Kota Solo
Tradisi itu digelar dengan harapan menyambut tahun baru Imlek dengan jiwa raga yang bersih.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca Selengkapnya11 Jerapah Tertua di Dunia, Sang Raksasa Abadi yang Tercatat Sejarah
Jerapah, simbol keanggunan dan ketahanan, mempesona dunia dengan leher panjangnya.
Baca SelengkapnyaKapolri Wanti-Wanti Anak Buah Cegah Gangguan Keamanan Selama Ramadan
Jenderal Sigit memberikan atensi seluruh jajaran menjaga kamtibmas selama Ramadan untuk menjaga kekhusyukan masyarakat selama menunaikan ibadah puasa.
Baca SelengkapnyaKini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan
Samin Surosentiko dikenal sebagai penentang keras kolonialisme.
Baca Selengkapnya